JAKARTA, KOMPAS - International Tripartite Rubber Council atau ITRC akan membahas rencana pembentukan dewan karet tingkat negara-negara Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN. Tujuannya adalah melibatkan negara produsen karet lain di ASEAN dan memperkuat posisi tawar di pasar internasional.
Pertemuan ITRC yang beranggotakan Indonesia, Thailand, dan Malaysia digelar di Thailand untuk membahas strategi mengatasi anjloknya harga karet di pasar global, pada Jumat pekan lalu. Dalam pertemuan itu, tiga negara anggota ITRC, yaitu Indonesia, Thailand, dan Malaysia akan mengurangi ekspor karet mentah sebanyak 200.000 ton-300.000 ton pada tahun ini.
Ketiga negara juga sepakat meningkatkan serapan karet dalam negeri. Serapan itu baik untuk bahan baku industri ban, vulkanisir, dan alas kaki, maupun Infrastruktur jalan, pelabuhan, jembatan, dan kereta api.
Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Rizal Affandi Lukman, Senin (25/2/2019), di Jakarta, mengatakan, inisiasi dewan karet tingkat ASEAN datang dari delegasi Thailand. Langkah itu merupakan strategi menggandeng negara-negara produsen karet anggota ASEAN yang belum bergabung dalam ITRC.
"Strategi ini juga menjadi salah satu langkah menggaet Vietnam sebagai produsen karet global yang cukup besar," kata dia.
Association of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC) mencatat, produktivitas karet Indonesia dan Malaysia rata-rata mencapai 1,3 ton per hektar dan Thailand 1,9 ton per hektar.
Sementara itu, empat Negara ASEAN lain yang merupakan produsen karet adalah Kamboja, Vietnam, Myanmar, dan Laos. Total luas perkebunan mereka 3,4 juta hektar dengan rata-rata produksi karet sebanyak 1 juta ton per hektar.
Sejak dua tahun terakhir, ITRC berupaya menggandeng keempat Negara itu, khususnya Vietnam. Namun Vietnam baru menyatakan minat untuk berpartisipasi.
Menurut Rizal, dari 10 negara ASEAN, hanya Singapura dan Brunei Darussalam yang bukan produsen karet. Jika terbentuk dewan karet ASEAN, ASEAN akan menyuplai 90 persen pasokan karet internasional. Saat ini, ITRC menyuplai 70 persen kebutuhan karet dunia.
Untuk mewujudkan dewat karet ASEAN, ITRC tengah menyusun dokumen yang berisi rancangan bentuk kelembagaan, tugas, pokok, fungsi, dan iuran dewan karet ASEAN untuk diajukan pada sekretariat ASEAN.
"Pembahasannya membutuhkan waktu sekitar 2 tahun-3 tahun. Dewan karet ASEAN itu nantinya dapat bermuara salah satunya pada rubber regional market (RRM)," kata Rizal.
Jika terbentuk dewan karet ASEAN, ASEAN akan menyuplai 90 persen pasokan karet internasional. Saat ini, ITRC menyuplai 70 persen kebutuhan karet dunia.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Moenardji Soedargo berpendapat, kehadiran RRM seharusnya dapat memberikan transparansi data pergerakan harga karet internasional yang lebih mencerminkan kondisi suplai dan permintaan.
Sebelumnya, Ketua Umum Dewan Karet Indonesia Azis Pane turut mengapresiasi inisiasi pembentukan dewan karet ASEAN. "Secara politis, kehadiran dewan karet ASEAN itu dapat memperkuat posisi tawar negara-negara produsen karet, termasuk Indonesia, di kancah internasional," kata dia. (JUD)