BENGKALIS, KOMPAS - Kabut asap dari kebakaran lahan di Provinsi Riau sejak Januari hingga saat ini telah berdampak buruk bagi kehidupan warga. Selama dua bulan sebanyak 1.753 orang dilaporkan mengalami gangguan pernafasan, 14 sekolah diliburkan, dan puluhan petani kehilangan mata pencaharian. Tenaga dan peralatan untuk pemadaman telah ditambah, namun api masih menyala.
Titik kebakaran paling parah berada di Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau. Pada Senin (25/2/2019) pagi asap tebal menyelimuti permukiman warga di Rupat. Jarak pandang hanya sekitar 100 meter. Warga memakai masker dan mulai membatasi diri beraktifitas di luar rumah.
Di Kecamatan Rupat, sebanyak 14 sekolah terpaksa diliburkan lantaran lingkungan sekolah diselimuti kabut asap. Kebijakan menghentikan kegiatan belajar mengajar untuk menghindari siswa terpapar asap. Sekolah diliburkan hingga kondisi kembali normal. “Kabut asap semakin parah, tidak mungkin kegiatan belajar dilakukan karena bisa berdampak buruk bagi siswa,” kata Koordinator Wilayah Kecamatan Rupat Dinas Pendidikan Bengkalis, Rais.
Kebakaran lahan gambut di Rupat kian parah. Luas lahan yang terbakar bertambah. Api dengan cepat merambat ke kebun-kebun sawit dan karet milik warga. Sejak Januari hingga 25 Februari 2019, luas lahan yang terbakar mencapai 996 hektar.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Riau Yohanes ditemui di Rupat mengatakan sejak Januari hingga 24 Februari jumlah warga yang mengalami gangguan penafasan sebanyak 1.753 orang. Kata Yohanes, gangguan pernafasan disebabkan paparan asap dari kebakaran lahan. Tingkat gangguan beragam dari hanya sekedar batu ringan hingga inspeksi saluran pernafasan akut.
“Paling banyak korban di Dumai. Kami sudah mengintruksikan tenaga medis di puskesmas agar selalu siap menangani warga,” kata Yohanes.
Dinas Kesehatan Riau membagikan masker, makanan tambahan, dan tabung oksigen kepada warga dan petugas pemadam api di Rupat. Pembagian di Rupat, kata Yohanes karena kebakaran lahan terparah terjadi di sana. Puskesmas Rupat dijadikan posko kesehatan bagi korban dampak asap.
Sampai dengan Senin malam, api masih menyala di lahan gambut. Pergerakan angin dari utara ke selatan membawa kabut asap dari Rupat ke Dumai. Yohannes mengingatkan warga membatasi aktifitas di luar rumah, selalu menggunakan masker, dan minum air yang banyak.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bengkalis Tajul Mudaris mengatakan, api belum berhasil dipadamkan. Kata Tajul, anggota satuan tugas pemadaman berusaha keras memadamkan api dengan cara menyiram dan menyekat area lahan yang terbakar. Namun, karena kondisi lahan yang terbakar sangat kering dan angin kencang api cepat merambat.
Tajul tidak mau menyebutkan sumber api penyebab kebakaran. Kata Tajul saat ini semua personel fokus pada pemadaman. “Anggota sudah ditambah dan alat juga sudah memadai, mudah-mudahan pemadaman semakin efektif,” kata Tajul.
Namun, pemadaman melalui udara pada Senin tidak dilakukan. Kata Tajul, pemadaman udara akan dilanjutkan pada Rabu menggunakan helikopter milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Sedangkan helikopter milik TNI sampai Senin belum dikerahkan ke Rupat.
Warga Rupat berharap pemadaman berhasil dilakukan. Sebab, kebakaran lahan gambut selain berdampak buruk bagi kesehatan warga juga menyebabkan kerugian ekonomi. Puluhan petani kehilangan sumber ekonomi karena lahan sawit dan karet musnah terbakar.
Camat Rupat Hanafi mengatakan saat ini pihaknya sedang mendata jumlah kerugian petani termasuk luas lahan yang terbakar. Kata Hanafi, Pemkab Bengkalis akan membantu bibit baru bagi petani korban kebakaran lahan.
Tahun 2018, kebakaran lahan dan hutan gambut di Riau mencapai 5.776 hektar. Adapun target restorasi lahan gambut di Riau mencapai 814.000 hektar sejak dicanangkan pemerintah tahun 2016.