Warga Papua bagian utara diminta mewaspadai dampak siklon tropis Wutip, Sabtu hingga Senin pekan ini. Banjir dan longsor berpotensi terjadi.
JAYAPURA, KOMPAS—Siklon tropis Wutip melanda Papua bagian utara, Sabtu hingga Senin (23-25/2/2019). Warga diimbau mewaspadai dampak badai, yakni curah hujan dengan intensitas lebat dan kecepatan angin hingga 60 kilometer per jam.
Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura Petrus Demon Sili di Jayapura, Sabtu, memaparkan, siklon tropis Wutip yang berasal dari Samudra Pasifik dapat menyebabkan suhu permukaan air laut di Papua bagian utara menghangat sehingga mempercepat pertumbuhan awan hujan.
Kondisi ini menyebabkan tingginya curah hujan hingga di atas batas normal, yakni 50 milimeter per hari. Kecepatan angin pun dapat mencapai 50-60 kilometer per jam.
”Warga di Papua bagian utara, seperti Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, dan sejumlah kabupaten lain, harus mewaspadai banjir dan longsor. Pengendara motor dan mobil harus berhati-hati potensi pohon tumbang karena angin kencang,” katanya.
Menurut Petrus, banjir dan longsor yang terjadi di sejumlah distrik (kecamatan) di Kota Jayapura, Sabtu ini, disebabkan siklon tropis Wutip.
”Hasil pengamatan kami, sebelum banjir terjadi hujan dengan intensitas lebat, 87,4 milimeter, di sejumlah distrik, yakni Abepura, Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Abepura, dan Sentani,” ujar Petrus.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Jayapura Bernard Lamia mengatakan, banjir dan longsor menerjang sejumlah permukiman warga, pasar, dan jalan umum. Hal ini dipicu tingginya curah hujan dari Jumat pukul 22.00 WIT hingga Sabtu pukul 04.00 WIT.
Sekitar 500 rumah terendam banjir 80 sentimeter hingga 2 meter di Distrik Jayapura Selatan, Distrik Abepura, dan Distrik Heram. Sekitar 1.800 warga terdampak banjir di Kota Jayapura. Sementara itu, longsor merusak satu ruas jalan di Distrik Jayapura Selatan.
”Hingga pukul 18.00 WIT, 260 rumah dan Pasar Induk Youtefa di Distrik Abepura dan Distrik Heram masih tergenang. Di lokasi lain air telah surut,” tutur Bernard.
Siaga
BPBD Kota Jayapura bersama dinas sosial setempat menyediakan tenda darurat dan bantuan makanan di sejumlah lokasi yang tergenang air.
”Seluruh petugas BPBD Kota Jayapura bersiaga mengantisipasi banjir dan longsor susulan jika hujan lebat terjadi lagi,” katanya.
Catatan Kompas, ini merupakan banjir dan longsor kedua yang melanda Kota Jayapura pada 2019. Pada 6 Januari, terjadi banjir dan longsor akibat hujan lebat selama 8 jam.
Wali Kota Jayapura Benhur Tommy Mano berpendapat, Kota Jayapura rawan banjir tidak hanya karena faktor cuaca, tetapi juga rendahnya kesadaran warga menjaga lingkungan.
”Ada sekelompok warga menebang hutan di kawasan Cagar Alam Cycloop yang merupakan daerah resapan air. Banyak pengembang yang membangun perumahan di daerah aliran sungai,” ujarnya.
Pemkot Jayapura akan berkoordinasi dengan aparat keamanan dan tokoh masyarakat adat untuk mengatasi masalah kerusakan lingkungan di Kota Jayapura. (FLO)