BANYUWANGI, KOMPAS — Dinas Kesehatan Banyuwangi melakukan berbagai hal untuk memberantas nyamuk Aedes agepty penyebab penyakit demam berdarah. Selain memiliki program pemberantasan di lingkup kabupaten, dinas juga mendorong puskesmas berinovasi sesuai kondisi daerah masing-masing.
Hingga minggu lalu, jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) di Banyuwangi mencapai 32 orang. Jumlah tersebut hampir menyamai jumlah penderita DBD pada 2018 yang mencapai 38 orang.
”Tahun lalu dalam 12 bulan ada 38 kasus, tahun ini baru dua bulan jumlah penderita DBD sudah 32 kasus. Karena itu, kami melakukan gerakan serentak di seluruh wilayah untuk mencegah penyebaran virus dengue tersebut,” kata Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit (Kabid P2P) Dinas Kesehatan Banyuwangi Andriyani Hamzah di Banyuwangi, Minggu, (24/2/2019).
Dua inovasi pencegahan dan pemberantasan penyakit demam berdarah di tingkat kabupaten adalah Gertak PSN dan Ceples Nyamuk.
Andriyani menuturkan, Gertak PSN ialah akronim dari Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk. ”Gerakan ini merupakan kegiatan bersih-bersih rumah dan lingkungan di seluruh Banyuwangi. Gertak PSN dilakukan serentak bersamaan dengan kegiatan Jumat Bersih setiap hari Jumat pagi,” ujarnya.
Adapun program Ceples Nyamuk adalah akronim dari Cukup 60 menit Lenyapkan Sarang Nyamuk. Program ini merupakan program pemberantasan sarang nyamuk secara mandiri secara rutin.
”Programnya tetap mengadopsi 3M, yaitu, menguras, mengubur, dan menutup. Namun, ditambah dengan menghindari gigitan, memelihara ikan, memasang kawat kasa, dan memakai kelambu. Cara tersebut tidak perlu dilakukan dengan kerja bakti, tetapi bisa dilakukan secara mandiri dan terus-menerus,” kata Andriyani.
Andriyani mengatakan, gerakan pemberantasan sarang nyamuk harus dilakukan serentak. Pasalnya, jika tidak dilakukan serentak, nyamuk hanya akan berpindah tempat dan membuat sarang baru. Apalagi, nyamuk Aedes agepty mampu terbang sejauh 100 meter.
”Jadi, jangan merasa aman jika rumah Anda sudah bersih dari jentik, tetapi rumah tetangga di sekitar Anda justru banyak menyimpan sarang nyamuk," katanya.
Gerakan pemberantasan sarang nyamuk harus dilakukan serentak. (Andriyati)
Gencar di puskesmas
Di tingkat puskesmas, pemberantasan DBD juga gencar dilakukan. Di Puskesmas Kertosari, misalnya, upaya pencegahan DBD dilakukan melalui program Melek Nyamuk atau Melenyapkan Ekosistem Nyamuk. Salah satu kegiatannya ialah sosialisasi di sekolah-sekolah yang berada di dalam wilayah administrasi puskesmas.
”Kami mengirim petugas juru pemantau jentik (jumantik) ke sekolah tidak hanya untuk memeriksa jentik, tetapi juga memberikan penyuluhan kepada siswa-siswi. Harapannya para pelajar juga bisa menjadi jumantik di rumahnya masing-masing,” ujar Kepala Puskesmas Kertosari Wahyu Primawati.
Di Puskesmas Sempu, inovasi yang diterapkan ialah Berantas Nyamuk Lingkungan Bersih, Sehat, dan Indah yang disingkat Bernyali Besi.
Kepala Puskesmas Sempu Hadi Kusairi mengatakan, Bernyali Besi merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk menjadi jumantik. Para pemuda dilatih untuk menjadi jumantik di rumah penduduk di sekitarnya.
”Setiap desa ada lima pemuda-pemudi yang kami bina menjadi jumantik. Sebagai bentuk terima kasih, kami memberi mereka uang transpor Rp 30.000 per bulan. Anggaran tersebut kami ambil dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK),” ungkap Hadi.
Adapun di Puskesmas Sobo, program diberi nama Jari Lentik yang merupakan akronim dari Kejar, Cari, dan Lenyapkan Jentik. Melalui program tersebut, Puskesmas Sobo melatih 1.000 kader yang terdiri dari ibu rumah tangga menjadi jumantik.