Modal Asing Masuk Indonesia Diperkirakan Akan Terus Bertambah
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kontributor utama dari derasnya aliran modal asing yang masuk ke Indonesia dalam bentuk portofolio adalah laris-manisnya surat berharga negara. Sejumlah kalangan menilai, modal asing yang masuk Indonesia itu akan terus bertambah sepanjang tahun ini.
Hal itu terjadi karena sikap bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, telah membangun sentimen positif terhadap pasar keuangan Indonesia. Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) terus menjaga suku bunga acuannya untuk mempertahankan imbal hasil portofolio Indonesia, termasuk surat berharga negara (SBN), menarik.
BI mencatat, sejak 1 Januari hingga 21 Februari 2019, modal asing masuk melalui instrumen SBN senilai Rp 33,9 triliun, emisi saham (Rp 11,3 triliun), dan Sertifikat Bank Indonesia (Rp 1,1 triliun).
Secara total, nilai aliran modal asing melalui ketiga instrumen tersebut mencapai Rp 46,3 triliun. Jumlah ini lebih besar dari seluruh arus modal asing yang masuk sepanjang 2018 senilai Rp 13,9 triliun.
Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar menilai, tingginya pertumbuhan dana asing di instrumen SBN sejak awal dipengaruhi hasil rapat dewan kebijakan bank sentral AS (FOMC) pada akhir Januari.
”Bank sentral AS menyatakan sikap lebih berhati-hati dalam menerapkan kebijakan suku bunga acuan tahun ini seiring ancaman perlambatan ekonomi global. Pasar keuangan negara berkembang jadi laris manis,” ujarnya saat dihubungi pada Minggu (24/2/2019).
Tingkat suku bunga acuan The Fed saat ini masih berada di kisaran 2,25-2,5 persen. Adapun suku bunga acuan BI berada di level 6 persen.
Aliran modal asing akan tetap masuk ke pasar SBN Indonesia ketika BI benar-benar menurunkan suku bunga acuan suatu saat nanti.
Kumar mengatakan, sentimen positif bagi pasar SBN Indonesia membuat arus masuk dana dari investor asing tak terbendung. Dia meyakini, agenda pemilihan umum serentak tidak akan berpengaruh signifikan terhadap sikap investor asing terhadap pasar SBN Indonesia.
Defisit
Aliran modal asing, lanjut Kumar, akan tetap masuk ke pasar SBN Indonesia ketika BI benar-benar menurunkan suku bunga acuan suatu saat nanti. Pasalnya, kenaikan suku bunga acuan yang telah dilakukan BI sepanjang tahun lalu didorong oleh sentimen di pasar keuangan global, bukan akibat inflasi.
”Sentimen pasar keuangan Indonesia akan semakin positif di mata investor asing kalau suku bunga acuan turun. Batu sandungan yang bisa menghambat aksi beli investor asing di pasar SBN adalah data neraca transaksi berjalan,” ujarnya.
Defisit neraca transaksi berjalan Indonesia (CAD) pada triwulan IV-2018 mencapai 9,1 miliar dollar AS atau 3,57 persen dari produk domestik bruto (PDB) di kuartal IV lalu. Adapun sepanjang 2018, CAD Indonesia tercatat sebesar 31,1 miliar dollar AS atau setara dengan 2,98 persen PDB.
“Batu sandungan yang bisa menghambat aksi beli investor asing di pasar SBN adalah data neraca transaksi berjalan.
Analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta, menilai, kenaikan aliran modal asing ke dalam negeri disebabkan sepanjang 2018 investor cenderung menarik dana dari pasar modal di Indonesia.
Nafan mengatakan, memasuki awal 2019, terdapat Januari Effect yang didorong oleh pernyataan The Fed terkait suku bunga. Adapun BI belum melakukan pelonggaran kebijakan moneter lewat penurunan suku bunga.
”Saya mencatat tren penguatan aliran modal asing juga sudah mulai terlihat sejak November 2018. Peningkatan capital inflow di awal tahun ini merupakan waktu untuk menanam modal di Indonesia,” ujar Nafan.
Nafan memprediksi, total dari aliran modal asing yang masuk masih akan bertambah sepanjang tahun ini. Sebab, pada bulan kedua, modal asing yang kembali sudah mencapai sekitar 20 persen dari modal asing yang keluar atau capital outflow yang terjadi pada 2018 sekitar Rp 50 triliun.
”Jadi, tidak menutup kemungkinan akan terus berlanjut, apalagi kalau kita lihat Indonesia di kondisi yang akan ada satu kepastian. Dalam artian kondisi politik, di mana nantinya akan ada presiden terpilih,” ujarnya.
Pada bulan kedua modal asing yang kembali sudah mencapai sekitar 20 persen dari modal asing yang keluar yang terjadi pada 2018 sekitar Rp 50 triliun.
Pasar modal
Di pasar modal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup akhir perdagangan pekan lalu di zona merah. Dalam sepekan, laju pergerakan IHSG tergolong tinggi karena dipengaruhi faktor eksternal. IHSG berada di level 6.501 pada akhir perdagangan pekan lalu, tumbuh 1,76 persen dibanding pekan sebelumnya.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), rata-rata nilai transaksi harian BEI pekan lalu mengalami peningkatan 5,18 persen menjadi Rp 9,63 triliun dari Rp 9,16 triliun pada penutupan pekan sebelumnya.
Adapun untuk rata-rata volume transaksi harian BEI juga mengalami peningkatan 0,03 persen menjadi 14,22 miliar saham dari 14,21 miliar saham pekan sebelumnya. (DIM)