BANYUWANGI, KOMPAS — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menargetkan renovasi 12 pos pemantauan gunung api. Modernisasi peralatan juga dilakukan untuk sejumlah pos pemantauan gunung api yang menjadi prioritas.
Renovasi dilakukan untuk mempermudah pengamatan gunung api. Selain itu, pos pemantauan gunung api juga didorong untuk menjadi sarana edukasi tentang mitigasi bencana gunung api bagi masyarakat umum.
Hal itu disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan ketika meresmikan renovasi Pos Pemantauan Gunung Api Ijen di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (22/2/2019). ”Tahun lalu ada 66 gedung bangunan pos pemantauan gunung api yang telah direnovasi. Tahun ini kami menargetkan 12 pos pemantauan gunung api yang bisa direnovasi,” katanya.
Jonan mengatakan, pos-pos pemantauan tersebut bukan bangunan baru. Beberapa bangunan bahkan sudah ada sejak masa sebelum kemerdekaan. Renovasi yang dilakukan saat ini merupakan usaha untuk menjaga, memperbaiki, dan memodernisasi infrastruktur tersebut.
Selain merenovasi Gedung Pos Pemantauan Gunung Api, Kementerian ESDM juga menganggarkan penambahan sejumlah alat pemantau baru. Alat-alat tersebut akan dipasang di sejumlah gunung sesuai skala prioritas.
”Tahun ini kami menganggarkan Rp 50 miliar untuk penambahan alat. Penambahan alat baru itu berdasarkan kajian tingkat ancamannya. Gunung yang makin kritis akan kami tambah alat pemantauannya,” kata Jonan.
Jonan mencontohkan, gunung dengan masa krisis yang sangat panjang mendapat alat pemantauan yang lebih lengkap. Beberapa gunung tersebut antara lain Gunung Agung (Bali), Gunung Sinabung (Sumatera Utara), dan Gunung Merapi (DIY-Jateng).
Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar menyebut, peningkatan fungsi sarana dan prasarana pos pengamatan gunung api merupakan komitmen dan upaya pemerintah dalam memberikan layanan mitigasi bencana gunung api. Pelayanan tersebut memerlukan dukungan fasilitas berupa alat-alat pemantauan ataupun bangunan pendukung yang memadai dan berkualitas.
”Pos-pos pengamatan yang direnovasi kini juga dilengkapi dengan ruang display (tampilan) informasi untuk masyarakat umum. Dengan demikian, pos pengamatan tidak hanya menjadi tempat untuk memantau, tetapi juga bisa jadi sarana edukasi bagi warga,” kata Rudy.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kasbani menjelaskan, di Banyuwangi, peningkatan kapasitas pos pengamatan gunung api dilakukan untuk Gunung Ijen dan Gunung Raung. Beberapa alat telah ditambahkan di kedua pos pengamatan tersebut.
”Di Gunung Ijen, penambahan alat pemantau gas sudah kami lakukan pada 2016. Sementara di Raung baru kami tambahkan empat alat global positioning system (GPS),” ujar Kasbani.
Dengan demikian, Kasbani mengatakan, pos di Gunung Ijen sudah memiliki empat stasiun seismik (pendeteksi/perekam gempa bumi), dua multigas (pendeteksi gas), dan satu kamera pemantau (CCTV). Sementara di Gunung Raung sudah ada empat stasiun seismik dan empat GPS.
Alat ini sangat dibutuhkan karena gas beracun merupakan salah satu ancaman paling berbahaya dari Gunung Ijen.
Kasbani mengatakan, kendati peralatan untuk pemantauan Ijen dan Raung sudah dinilai cukup, dalam beberapa tahun ke depan pihaknya akan menambahkan lagi alat pemantau gas. Alat ini sangat dibutuhkan karena gas beracun merupakan salah satu ancaman paling berbahaya dari Gunung Ijen.
Tahun lalu, dua dusun di lereng Gunung Ijen yang masuk dalam wilayah Kabupaten Bondowoso harus dievakuasi karena sebaran gas beracun. Beberapa warga yang menghirup gas beracun tersebut tiba-tiba pingsan dan harus mendapat perawatan medis.
Petugas pemantau Gunung Api Ijen, Bambang Heri, bersyukur dengan renovasi pos tempatnya bekerja. Heri yang sudah 34 tahun bekerja sebagai pemantau Gunung Api Ijen merasa dipermudah dengan adanya renovasi tersebut.
”Dulu sebelum direnovasi, pengamatan visual manual kami lakukan di luar kantor dan harus naik pohon. Sekarang, karena (bangunannya) sudah dua lantai, kami cukup melihat dari jendela di ruang pengamatan,” ujarnya.
Heri pun berharap renovasi ini membuat tugasnya semakin ringan sehingga informasi yang ia berikan juga lebih akurat.