LONDON, MINGGU – Setelah dua minggu kelam Maurizio Sarri bersama Chelsea, isu pemecatan pelatih asal Italia itu semakin santer terdengar. Sarri memperpanjang napasnya sebagai pelatih “The Blues” setelah membawa klubnya lolos ke babak 16 besar Liga Eropa.
Chelsea menang telak 3-0 saat menjamu klub Swedia, Malmo FF, di Stadion Stamford Bridge, pada leg kedua babak 32 besar Liga Eropa, Jumat (22/2/2019) dini hari WIB. Kemenangan lewat gol Olivier Giroud, Ross Barkley, dan Callum Hudson-Odoi, mengantarkan “The Blues” ke babak 16 besar.
“Saya benar-benar sangat senang depan apa yang kami terapkan di babak pertama. Yang terpenting kami memainkan sepak bola kami dengan percaya diri,” kata Sarri kepada UEFA.COM setelah laga.
Menurut Sarri meski sedikit tegang di awal laga, penampilan tim cukup memuaskan. Tanpa Eden Hazard, N’golo Kante, dan Higuain, pemainnya masih mampu beradaptasi dengan permainan cepat racikannya.
Hasil itu sedikit mengamankan posisi Sarri sebagai pelatih Chelsea. Sebelumnya, dikabarkan pemilik klub Roman Abramovich berencana memecatnya. Taipan asal Rusia itu sudah menyiapkan asisten pelatih Sarri, Gianfranco Zola, untuk menjadi pelatih sementara jika rencana itu terealisasi.
Kekesalan Abramovich cukup beralasan. Dalam dua pekan terakhir, Chelsea takluk atas Manchester City, 0-6, yang membuat mereka keluar dari posisi empat besar klasemen Liga Primer Inggris. Selain itu, Eden Hazard dan rekan-rekan juga gugur dari Piala FA saat kalah 0-2 dari Manchester United.
Mantan penyerang Chelsea sekaligus pengamat sepak bola Inggris, Chris Sutton, menilai semestinya pelatih asal Italia itu sudah dipecat setelah kekalahan di Piala FA. “Ini seharusnya menjadi laga terakhir baginya. Dia terbukti tidak mampu memotivasi pemain lagi. Dia tidak mampu mengubah situasi dalam keterpurukan,” katanya kepada BBC.
Kursi kepelatihan Sarri semakin panas. Karena pendukung Chelsea juga mulai kehilangan kesabaran. Setelah kekalahan dari MU, sebagian pendukung sempat menyoraki Sarri.
Sementara itu, pada laga melawan Malmo, pemain kesayangan Sarri, Jorginho, yang pernah bersama-sama di Napoli, juga menjadi kambing hitam. Dia disoraki saat masuk menggantikan Barkley pada menit ke-76.
Kesempatan terakhir
Pertandingan akhir pekan ini, Minggu (24/2/2019), menghadapi Manchester City, di Final Piala Liga, kemungkinan besar menjadi kesempatan terakhir mantan pelatih Napoli tersebut. Jika kalah, apalagi dibantai, kemungkinan besar Sarri akan masuk daftar pelatih yang dipecat saat tengah musim di Chelsea, seperti Andre Villas-Boas, Jose Mourinho, dan Roberto Di Matteo.
Menarik untuk dilihat, apakah Sarri akan mengganti gaya bermain “Sarri Ball” pada laga tersebut. Adapun sejak awal musim, pelatih yang dulunya bekerja di bank itu, selalu memakai formasi 4-3-3 dengan tiga gelandang sejajar. Pemain dalam formasi itu pun sama. Gaya main itu pula yang dipakai saat Chelsea menjadi bulan-bulanan tim asuhan Josep Guardiola.
“Kami tentunya akan menambahkan beberapa hal tanpa mengubah arah permainan kami. Dua tahun lalu mungkin orang juga meragukan Pep, seperti Sarri. Tetapi cara main itu akhirnya membuahkan hasil,” kata Zola membela Sarri.
Zola masih mengingat perkataan Pep kala itu saat ditanya wartawan terhadap gaya bermainnya. “Dia mengatakan hal itu bukan untuk dipertahankan karena merupakan bagian dari permainannya. Dia juga yakin pasti melalui masa sulit. Dan itu terbukti,” tambah mantan penyerang Chelsea itu.
Di sisi lain, juara bertahan, City, ingin mempertahankan gelar termasuk menggapai target meraih quadruple, atau empat gelar dalam semusim. Pep berkomitmen akan menampilan skuad terbaik pada laga Minggu nanti.
“Siapa klub terbaik di dekade ini? Juventus, Bayern Munchen, atau Barcelona. Mengapa mereka terbaik? Karena mereka berhasil memenangi liga dan turnamen lain setiap musim. Dan itu yang saya inginkan,” kata Pep.(UEFA.COM)