Dalam beberapa kampanye di Jawa Timur, pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mendapat ‘sambutan’ dari pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD dan rohaniwan Benny Susetyo menganggap hal tersebut merupakan hal yang wajar.
Oleh
Angger Putranto
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS – Dalam beberapa kampanye di Jawa Timur, pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mendapat ‘sambutan’ dari pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD dan rohaniwan Benny Susetyo menganggap hal tersebut merupakan hal yang wajar.
Hal itu disampaikan Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD dan rohaniwan Benny Susetyo di sela kunjungan Tur Suluh Kebangsaan di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (22/2/2019). Keduanya menilai ‘penyambutan’ tersebut wajar karena bagian dari ekspresi politik.
Peristiwa terbaru, Sandiaga dan pendukungnya yang hendak menggelar kegiatan di sejumlah titik di Banyuwangi mendapat ‘sambutan’ dari kubu pendukung Jokowi-Ma’ruf. ‘Penyambutan’ tersebut dinilai wajar namun tetap harus diwaspadai.
“Itu wajar itu karena bentuknya bukan penghadangan. Tindakan tersebut merupakan ekspresi masyarakat bahwa mereka sudah menentukan pilihan,” ujar rohaniwan Katolik Romo Benny Susetyo.
Benny mengatakan penyambutan tersebut merupakan fenomena demokrasi. Namun dibutuhkan kedewasaan demokrasi dalam menanggapi hal tersebut.
Menurutnya, salah satu indikator kedewasaan demokrasi ialah mau dan berani menghargai perbedaan. Benny juga tidak mamandang ‘penyambutan’ tersebut sebagai masalah.
“Selama penyambutan tersebut kedua kubu fun dan happy, itu bukan masalah,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Mahfud MD. Ia juga tidak memandang fenomena tersebut wajar dan dilakukan oleh kedua kubu.
“Fenomena tersebut biasa dalam kampanye. Asal tidak sampai pada perbuatan yang bisa diancam pidana karena ada penghadangan atau sampai menghina secara personal,” kata dia.
Mahfud mengatakan, peristiwa tersebut tidak baik tetapi tidak bisa dihindari. Semua harus dewasa dalam menanggapi ekspresi politik seperti hal itu.
Namun, Benny mengingatkan agar kejadian serupa di Pilkada DKI tidak terulang lagi. Saat itu yang terjadi adalah munculnya sentimen dan menguatnya politik identitas.
“Saat itu ada blokade di titik tertentu. Orang yang berbeda pilihan tidak diizinkan kampanye. Mengungkapkan ekspresi politik tidak masalah asalkan tanpa kekerasan dan tidak mengagalkan kagiatan kubu lain,” ujar Benny.
Dalam pemberitaan Kompas, Rabu 16 November 2016, tercatat ada tujuh kali penghadangan. Kejadian tersebut tercatat dalam kurun waktu sejak 31 Oktober 2016 hingga 15 November 2016.
Dalam kunjungannya ke Banyuwangi Calon Wakil Presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno berkampanye di sejumlah titik di Banyuwangi. Di sejumlah tempat, kedatangan Sandiaga dan simpatisannya justru ‘disambut’ pendukung Calon Presiden 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
‘Penyambutan’ tersebut dilakukan dengan membentangkan spanduk dukungan di jalan-jalan yang dilalui Sandiaga dan simpatisannya. Tak hanya itu sejumlah pendukung Joko Widodo-Ma’ruf amin juga menyayikan lagu ‘Jokowi Wae’.
Sementara pendukung pasangan calon presiden Prabowo-Sandi yang melintas membalas dengan acungan jari telunjuk dan ibu jari. Tak sedikit pula pendukung Prabowo-Sandi yang menarik tuas gas kendaraan bermotornya saat melintasi pendukung Jokowi-Ma’ruf.
Peristiwa tersebut terjadi sebelum dan sesudah kunjungan Sandiaga di Pondok Pesantren Nurul Abror Al-Robbaniyin di Desa Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo, dan pertemuan Sandiaga bersama kelompok millennial di Pondok Wina, Kelurahan Lateng, Kamis (21/2/2019). Kendati saling menyerukan dukungan terhadap pilihannya masing-masing, kedua belah pihak saling menjaga agar tidak terjadi bentrok.
Dalam kesempatan berbicara di depan pendukungnya, Sandiaga berpesan agar pendukungnya tidak terprovokasi. Sandiaga sempat menyebut pendukung Jokowi-Ma’ruf dengan nama ‘toko sebelah’.
“Hari ini ada yang menyambut dari ‘toko sebelah’. Tenang, tenang, tenang. Tidak ada masalah. Kita hari ini disambut bukan hanya oleh pendukung kita, tetapi juga disambut mereka yang belum mendukung kita. Jangan kita terprovokasi, jangan terintimidasi. Ini bukan penghadangan, ini justru penyambutan,” tutur Sandiaga.