Pembangunan PLTA Batang Toru Dimulai Pertengahan Tahun
Oleh
Nikson Sinaga
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air Batang Toru di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, sudah masuk tahap persiapan. Pekerjaan utama dimulai pada pertengahan tahun ini, yakni pembangunan bendungan, terowongan air, dan mesin turbin pembangkit. PLTA itu ditargetkan mulai memasok listrik sebesar 510 megawatt untuk Sumut pada 2022.
Pembangunan PLTA diminta tetap memperhatikan kelestarian ekosistem Batang Toru yang merupakan habitat orangutan Tapanuli dan berbagai spesies kunci lain yang kini terancam punah. Mitigasi lingkungan harus dikedepankan agar pembangunan tersebut tidak menambah tekanan terhadap ekosistem Batang Toru.
”Pembangunan PLTA Batang Toru adalah upaya untuk meningkatkan bauran energi baru terbarukan di Indonesia. PLTA ini juga merupakan bagian dari program strategis nasional pembangunan pembangkit listrik 35.000 megawatt,” kata Senior Executive for External Relations PT North Sumatera Hydro Energi (NSHE) Firman Taufick, dalam diskusi di Medan, Sumatera Utara, Jumat (22/2/2018).
Firman mengatakan, pembangkit itu dapat mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 1,6-2,2 juta metrik ton CO2 per tahun. Jumlah itu mencakup 4 persen dari target pengurangan emisi di sektor energi pada 2030.
Penasihat Senior Bidang Lingkungan PT NSHE Agus Djoko Ismanto menjelaskan, PT NSHE telah membebaskan lahan 650 hektar. Mereka juga telah membangun jalan proyek sepanjang 40 kilometer, membangun kamp pekerja, dan memobilisasi alat-alat untuk pembangunan.
Pekerjaan utama pun ditargetkan mulai berjalan pada pertengahan tahun ini. NSHE akan membangun bendungan seluas 90 hektar di Sungai Batang Toru, terowongan sepanjang 13,5 kilometer, dan pembangkit listrik 510 megawatt dengan empat turbin.
Pembangunan terowongan berdiameter 8 meter itu, kata Agus, dilakukan dengan menggunakan bahan peledak. Terowongan itu akan menyalurkan air dari bendungan hingga ke turbin listrik. Perbedaan ketinggian dari bendungan ke turbin mencapai 278 meter sehingga dapat menghasilkan energi yang lebih besar.
Manajer Independent Power Producer dan Excess Power PLN Unit Induk Wilayah Sumut David Silaban mengatakan, pembangunan PLTA Batang Toru akan meningkatkan bauran energi bersih di Sumatera Utara. Pembangkit tersebut direncanakan memasok listrik pada beban puncak, yakni pukul 18.00 sampai 24.00.
Ahli Peneliti Utama Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli Wanda Kuswanda mengatakan, lokasi proyek PLTA Batang Toru yang berada di blok selatan ekosistem Batang Toru merupakan habitat orangutan Tapanuli. Namun, tingkat kepadatan populasi di lokasi itu rendah. ”Pembangunan PLTA harus dilakukan dengan sangat hati-hati dengan mengedepankan kelestarian ekosistem,” kata Wanda.
Ia mengatakan, berdasarkan hasil penelitiannya, populasi orangutan Tapanuli saat ini hanya 495-577 individu. Sebagian besar populasi berada di blok barat dan blok timur. Selama proyek berlangsung, tim pekerja telah bertemu dengan tiga ekor orangutan Tapanuli yang kemudian digiring ke hutan.
Jika tidak ada upaya mitigasi, satwa yang ditetapkan sebagai spesies baru pada 2017 itu bisa menghadapi kepunahan dalam waktu yang tidak lama.
Wanda mengatakan, sejumlah upaya mitigasi dampak lingkungan harus dilakukan, antara lain pembentukan tim monitoring satwa, pembuatan koridor satwa pada area yang dibuka, serta menanam tanaman pakan orangutan. Selain itu, mengganti bukaan lahan dengan habitat tambahan di lokasi lain yang terdegradasi.
Sebagai bentuk tanggung jawab sosial PT NSHE kepada lingkungan, kata Wanda, perusahaan itu sebaiknya membangun stasiun riset orangutan untuk membantu mencegah kepunahan orangutan Tapanuli.
Menurut Wanda, orangutan Tapanuli hingga kini masih terus mengalami tekanan lingkungan hidup yang cukup hebat. Habitatnya dialihfungsikan menjadi perkebunan, permukiman, pertambangan, dan pembangkit listrik. Jika tidak ada upaya mitigasi, satwa yang ditetapkan sebagai spesies baru pada 2017 itu bisa menghadapi kepunahan dalam waktu yang tidak lama.