Dinas Kesehatan Solo Pastikan Tidak Ada Kasus Difteri
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·2 menit baca
SOLO, KOMPAS — Dinas Kesehatan Solo, Jawa Tengah, memastikan tidak ada kasus difteri di Solo saat ini. Untuk mencegah munculnya penyakit tersebut, imunisasi terus digalakkan.
”Saat ini tidak ada kejadian difteri dan mudah-mudahan tidak ada terus. Dua tahun yang lalu ada. Itu bukan penduduk Solo, tetapi opnamenya di RSUD dr Moewardi, Solo,” kata Kepala Dinas Kesehatan Solo Siti Wahyuningsih, di Solo, Jumat (22/2/2019).
Wahyuningsih menyampaikan hal itu menanggapi beredarnya kabar bohong atau hoaks kasus difteri tengah merebak di Solo. Kabar bohong itu beredar melalui media sosial Whatsapp.
Wahyuningsih mengatakan, untuk pencegahan munculnya kasus difteri, Dinas Kesehatan Solo terus menggalakkan imunisasi. Imunisasi dilakukan di sekolah-sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan. Pihaknya meminta masyarakat tidak resah.
Menurut Siti, cakupan imunisasi difteri ataupun imunisasi lainnya, seperti campak-rubela, di Solo saat ini sudah hampir 100 persen dari jumlah total 211.000 anak usia sekolah dasar dan bayi. Namun, diakuinya, masih ada sejumlah sekolah ataupun orangtua yang menolak anaknya diimunisasi.
”Semua yang menolak sudah menulis surat pernyataan. Itu sudah kami lakukan bertahun-tahun. Kami juga mengadakan pertemuan bagi sekolah-sekolah yang orangtuanya sulit atau tidak mau imunisasi, kami kumpulkan dan sampaikan bahwa imunisasi kesehatan itu adalah hak anak,” tuturnya.
Semua yang menolak sudah menulis surat pernyataan. Itu sudah kami lakukan bertahun-tahun itu. Kami juga mengadakan pertemuan bagi sekolah-sekolah yang orangtuanya sulit atau tidak mau imunisasi, kami kumpulkan dan sampaikan bahwa imunisasi kesehatan itu adalah hak anak.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Solo Evi Setyowati Pertiwi menambahkan, cakupan imunisasi difteri mencapai 96 persen. Sebagian dari 4 persen yang belum imunisasi difteri itu karena kondisi kesehatan tubuh anak tidak memungkinkan untuk imunisasi atau kontraindikasi.
Wahyuningsih mengatakan, walaupun cakupan imunisasi difteri telah tinggi dan tidak ada kasus difteri di Solo, masyarakat tetap harus mewaspadai penularan penyakit menular itu. Pasalnya, imunisasi tidak bisa menjamin 100 persen terbebas dari ancaman tertular difteri. Kemungkinan tertular itu bisa terjadi jika kondisi vaksin rusak.
Untuk menjamin kualitas vaksin, Dinas Kesehatan Solo sangat selektif dan ketat memberikan vaksin kepada dokter praktik swasta dengan menerapkan syarat mampu memelihara rantai dingin vaksin. Menurut Wahyuningsih, hal terpenting untuk pencegahan adalah melindungi tubuh dari penyakit dengan imunisasi dan menerapkan pola hidup sehat.
Difteri merupakan penyakit sangat menular yang disebabkan bakteri Corynebacterium diphtheriae. Gejala yang umumnya muncul adalah demam sekitar 38 derajat celsius, munculnya pseudomembran (selaput di tenggorokan yang berwarna putih keabu-abuan yang mudah berdarah jika dilepaskan), sakit waktu menelan, terkadang disertai pembesaran kelenjar getah bening leher dan pembengkakan jaringan lunak leher. Adakalanya disertai sesak napas dan atau suara mengorok (Kompas, 13/6/2018).