Mata kuliah kewirausahaan kini bukanlah hal yang baru. Banyak perguruan tinggi sudah menghadirkannya. Tujuannya, mahasiswa tidak lagi bergantung pada pemerintah dalam hal lapangan kerja. Tak heran, paradigma perguruan tinggi saat ini adalah mencetak lulusan yang tidak hanya siap kerja, tetapi juga dapat membuka lapangan kerja.
Hingga kini sekitar 2.000 perguruan tinggi telah memasukkan wirausaha pada kurikulum perkuliahannya. Hasil dari semangat kewirausahaan ini, tak sedikit mahasiswa yang telah membuka usaha sejak kuliah dan telah mampu menggapai kesuksesan bahkan sebelum mereka lulus.
Sebagai contoh, Universitas Tarumanagara Jakarta yang mayoritas mahasiswanya memutuskan untuk berwirausaha. Minat untuk berwirausaha di perguruan tinggi lainnya pun tak kalah tinggi.
Aksi proaktif dari perguruan tinggi untuk mendukung mahasiswa yang berwirausaha tidak hanya memberikan mata kuliah, tugas akhir berupa business plan, atau inkubator bisnis. Perguruan tinggi seperti BSI, bahkan memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk magang pada wirausaha atau pengusaha. Dengan begitu, mahasiswa akan mengetahui langkah-langkah aktivitas bisnis di lapangan langsung dari sosok yang sudah berpengalaman.
Mahasiswa memang sosok generasi muda yang penuh semangat dan memiliki banyak ide kreatif. Usaha yang dirintis sejak masa kuliah pun menyiratkan prospek yang cerah ke depannya. Namun, sejumlah hal perlu diperhatikan saat mahasiswa mulai terjun dalam dunia wirausaha dengan membuka bisnis. Berikut ini di antaranya.
1. Menentukan bisnis
Untuk mengawali sebuah usaha, ide adalah kata kunci pertama. Buatlah sebuah bisnis atau usaha yang berbeda dari sebelumnya. Sesuatu yang baru mungkin ditanggapi negatif oleh sebagian orang. Namun, jika produk Anda memiliki nilai guna yang cukup tinggi dan mampu menjawab salah satu kebutuhan masyarakat, produk yang dihasilkan bisa banyak digemari.
2.Perhitungkan modal
Umumnya, mahasiswa masih berkantong “cekak” karena belum mempunyai penghasilan sendiri. Akan tetapi, keterbatasan dana untuk modal bukanlah penghambat mahasiswa untuk menjajal sebuah usaha. Sistem penjualan yang berbasis MLM bisa menjadi ajang latihan mahasiswa saat merintis bisnis. Anda bisa menjajal MLM fashion seperti Sophie Martin atau MLM kosmetik seperti Oriflame.
3. Strategi promosi
Anda mempunyai sebuah produk buatan sendiri, tetapi belum percaya diri untuk menjualnya dan memberikan jaminan kualitas? Cobalah tawarkan mulai dari teman-teman, keluarga, kerabat, atau lingkungan terdekat Anda lainnya. Galilah informasi tentang barang yang mereka inginkan atau butuhkan dan kesesuaian produk Anda.
4. Aplikasi teknologi
Bukan zamannya lagi jika Anda masih menggunakan cara lama untuk berjualan seperti datang dari rumah ke rumah untuk menawarkan dagangan. Saatnya Anda memanfaatkan kemajuan teknologi dan internet untuk mempromosikan dan menawarkan produk. Selain memanfaatkan sistem jejaring sosial, Anda dapat membuat situs tersendiri untuk memasarkan produk.
5. Manajemen keuangan
Usaha yang Anda rintis selalu rugi atau tidak menghasilkan pemasukan yang berarti? Cobalah cermati perhitungan keuangan Anda. Jika ingin untung dalam usaha, pemasukan atau hasil pemasaran produk sebaiknya lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi satu macam barang. Jangan lupa, pisahkan uang pribadi dengan uang yang dialokasikan untuk merintis usaha.
6. Manajemen waktu
Kesulitan lain saat mahasiswa merintis usaha adalah pembagian waktu. Kasus-kasus seperti mahasiswa yang menempuh masa perkuliahan lebih dari lima tahun gara-gara keasyikan bekerja bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Tidak sedikit mahasiswa yang telah “mengenal uang” lebih memprioritaskan usahanya dibandingkan menyelesaikan kuliah. Untuk itu, sebaiknya mahasiswa tetap berfokus pada perkuliahannya dan lebih bijak dalam mengatur waktu antara menjalani kuliah dan menekuni usahanya.
Foto: Shutterstock.com