PALANGKARAYA, KOMPAS – Petugas Direktorat Polisi Perairan Kalimantan Tengah bersama puluhan siswa SMA Negeri 2 Palangkaraya membersihkan Sungai Kahayan. Hal itu dilakukan untuk memperingati Hari Peduli Sampah Nasional, Kamis (21/2/2019).
Puluhan petugas dan murid-murid SMA Negeri 2 Palangkaraya menggunakan kelotok atau perahu bermesin untuk berkeliling di sekitar Pelabuhan Rambang, Kota Palangkaraya.
Sampah-sampah yang ada di sungai diambil menggunakan tangan dan jaring. Tidak hanya di pinggir sungai, mereka juga mengambil sampah di sekitar rumah-rumah lanting atau rumah apung yang ada di pinggiran sungai.
“Kegiatan ini kami lakukan serentak di setiap sungai di Kalimantan Tengah yang melewati 14 kabupaten/kota,” ungkap Direktur Polair Polda Kalteng Komisaris Besar Badarudin.
Ia berharap, kegiatan itu bisa menjadi inspirasi masyarakat sekitar untuk bisa menjaga lingkungan rumah dari sampah, khususnya yang tinggal di pinggir sungai. Hal paling sederhana yang bisa dilakukan adalah membuang sampah pada tempatnya.
Kawasan sungai memang menjadi sasaran tumpukan sampah plastik yang tergenang. Sampah-sampah itu tidak hanya dibuang warga sekitar, tetapi juga merupakan sampah lama yang berasal dari perkampungan di hulu sungai.
Ahmadi (65), warga Jalan Riau RT11/RW 10, mengungkapkan, sampah-sampah tersebut pada musim kemarau menumpuk di bawah rumah. Sampah berasal dari hulu sungai atau warga sekitar yang membuangnya begitu saja di bawah rumah.
“Setiap tahun dibersihkan, setiap tahun kotor lagi. Saat musim hujan, sampahnya mengalir, tetapi nanti musim kemarau menumpuk lagi,” kata Ahmadi.
Sebagian besar rumah di lokasi tersebut merupakan rumah panggung dan rumah lanting. Di saat musim hujan, sampah-sampah kemudian terbawa arus hingga ke hilir sungai. Beberapa tersangkut di rumah, pelabuhan, atau jembatan Kahayan.
Sungai Kahayan merupakan salah satu sungai terpanjang di Kalteng dengan panjang lebih kurang 600 kilometer. Sungai ini melewati tiga kabupaten/kota, yakni Palangkaraya, Kabupaten Pulang Pisau, dan Kabupaten Gunung Mas. Sungai ini langsung bermuara ke Laut Jawa.
Selain menjadi sumber penghasilan para nelayan, sungai ini juga menjadi area wisata susur sungai. Di Pelabuhan Rambang dan Pelabuhan Kereng Bangkrai, kapal-kapal wisata biasa berlabuh menunggu pengunjung untuk berkeliling ke beberapa wilayah Sungai Kahayan.
“Makanya, kami membuat tambak supaya sampahnya tidak masuk ke dalam tambak. Nanti (sampah) dimakan ikan terus mati. Tambaknya pun kami buat agak tinggi,” ungkap Rahmayanto (29), warga Pahandut Seberang yang memiliki lima tambak.
Selain sampah, salah satu tantangan besar para petambak adalah maraknya tambang emas ilegal. Di sekitar hulu sungai di Desa Rungan, masih banyak penambang emas yang menyedot pasir sungai dan tak jarang menggunakan merkuri.
“Kadang kalau lagi banyak yang menambang, itu air sungai penuh busa. Kalau sudah begitu, banyak ikan bisa mati,” ungkap Rahmayanto.