Komoditas jagung yang menjadi andalan untuk mendongkrak kehidupan petani di Sulawesi Utara, kini harganya jatuh. Sebagian petani mengeluhkan harga jagung yang anjlok ke titik terendah Rp 2.800 per kilogram.
Oleh
Jean Rizal Layuck
·2 menit baca
MANADO, KOMPAS — Komoditas jagung yang menjadi andalan mendongkrak kehidupan petani di Sulawesi Utara kini harganya jatuh. Sebagian petani mengeluhkan harga jagung yang anjlok ke titik terendah, yakni Rp 2.800 per kilogram.
Bupati Bolaang Mongondow Timur Sehan Landjar di sela-sela mengikuti rapat kerja bupati dan wali kota di Manado, Kamis (21/2/2019), mengatakan telah mendengar keluhan petani tentang rendahnya harga jagung di daerahnya sejak pertengahan Februari lalu. Rendahnya harga jagung juga dirasakan petani di Minahasa Selatan dan Minahasa. Ketiga daerah itu menjadi sentra produksi jagung Sulut.
”Setiap bertemu petani, mereka minta saya melakukan intervensi penjualan harga jagung,” kata Sehan.
Menurut Sehan, produksi jagung di daerahnya meningkat setiap tahun, menyusul pemberian benih dan pupuk kepada petani. Pada 2018 produksi jagung tercatat mencapai 95.000 ton.
Ruben, petani jagung di Minahasa Selatan, mengatakan, harga jagung sempat melambung tinggi pada akhir 2018, yakni Rp 7.000 per kilogram. Namun, harga kemudian beringsut turun memasuki tahun 2019 dengan harga jual Rp 5.000 dan kini Rp 2.800 per kilogram. Panen raya jagung di sejumlah wilayah sentra produksi membuat stok jagung melimpah dan harga di tingkat petani menurun.
Meski harga jual jagung tidak sebanding dengan ongkos produksi, Ruben memilih tetap menjual 2 ton jagung hasil panen ke pedagang. Ia khawatir harga terus turun mengingat masa panen jagung cukup panjang hingga Maret. ”Kami tidak menahan jagung, langsung jual saja. Harganya bisa turun terus,” katanya.
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Peternakan Sulut, produksi jagung Sulawesi Utara setiap tahun meningkat. Produksi pada 2016 sebanyak 650.000 ton, kemudian naik menjadi 761.736 ton pada tahun berikutnya.
Tahun 2018, produksi jagung dilaporkan mencapai 800.000 ton, sebagian diserap konsumen lokal untuk kebutuhan pakan ternak. Pemerintah Provinsi Sulut menargetkan pencapaian produksi jagung hingga 1 juta ton pada 2020.
Pengamat ekonomi regional, Noldy Tuerah, mengatakan, kenaikan produksi berkorelasi dengan naiknya tingkat kesejahteraan masyarakat serta menurunkan angka pengangguran 1 persen menjadi 8 persen.
Menurut dia, harga ideal jagung di tingkat petani sekitar Rp 3.000 per kilogram sehingga uang beredar di petani mencapai Rp 3 triliun. ”Harga jagung harus dijaga agar petani dapat untung,” katanya.