Menggandeng Pemuda, Membangun Kota
Aku cinta, Kota Bekasi. Kota sarat perjuangan.
Aku cinta, kota patriot. Kota santri sejak dulu kala.
Lagu ”Aku Cinta Kota Bekasi” itu melantun merdu di Gedung Kh Noer Ali, Kompleks Islamic Center, Kota Bekasi, Kamis (21/2/2019). Diiringi petikan gitar, gesekan biola, dan tiupan harmonika hasil kolaborasi antara Komunitas Sebaya, Komunitas Sastra Kalimalang, dan Kelompok Penyanyi Jalanan.
Lagu ciptaan Ali Roy (alm) dan Ane Matahari, pegiat Komunitas Sastra Kalimalang, itu membuka pertemuan bersejarah. Untuk pertama kalinya, Pemerintah Kota Bekasi membuka ruang dialog dengan perwakilan 137 komunitas dari seluruh penjuru kota.
Dalam dialog bertajuk ”Nyok Pemuda Kita Bangun Bekasi” itu, hadir Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi didampingi Sekretaris Daerah Reny Hendrawati, Komandan Kodim 0507 Kota Bekasi Letnan Kolonel Arm Abdi Wirawan, dan Kepala Kepolisian Resor Kota Bekasi Komisaris Besar Indarto.
Selama dua jam, wali kota memaparkan visi dan misi serta menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan anak muda. Dialog berlangsung cair, setiap pertanyaan dan jawaban kerap diselipi senda gurau.
Wildan Azizi Rifai, pegiat pencinta alam, misalnya, menanyakan rencana pengelolaan sampah di Kota Bekasi. ”Selama bertahun-tahun masalah sampah tidak pernah teratasi, justru berkembang menjadi bencana. Contohnya, penumpukan dan pengerasan sampah di aliran Kali Bancong, Medan Satria, Januari lalu,” katanya.
Baca juga: Di Bekasi, Sampah Jadi Pemandangan Lumrah
Tri Suwarsono, dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Bekasi, mempertanyakan proses pengurusan pajak kendaraan bermotor yang masih berbelit-belit. Waktu pengurusan juga tidak jelas. Sudah berbulan-bulan, ia terkendala mengurus administrasi tersebut.
Selain itu, Abi Sutan Rai, pegiat Bekasi Community Connection (BCC), berharap, pemuda dilibatkan dalam pembangunan kota. Sebab, para pegiat komunitas memiliki pengetahuan dan pengalaman yang mumpuni di bidangnya masing-masing.
Di BCC, yang merupakan ekosistem komunitas saja, sudah lebih dari 80 komunitas yang terbagi dalam delapan kluster, antara lain kepemudaan, kewirausahaan, sejarah dan budaya, serta olahraga.
”Perlu ada program yang dilakukan bersama pegiat komunitas karena indeks pembangunan pemuda Kota Bekasi masih di deretan ketiga terendah di Jawa Barat,” ujar Abi.
Perlu ada program yang dilakukan bersama pegiat komunitas karena indeks pembangunan pemuda Kota Bekasi masih di deretan ketiga terendah di Jawa Barat.
Rahmat Effendi mengatakan, pembangunan pemuda dilaksanakan secara serius. Pemkot telah menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 Tahun 2018 tentang Kepemudaan. Regulasi tersebut diharapkan bisa mendorong prestasi sebagai ”Kota Layak Pemuda”.
Selain itu, sejumlah infrastruktur juga dibangun untuk mewadahi kegiatan pemuda. Salah satunya, pembangunan pusat kreativitas dan olahraga di Lapangan Multiguna, Bekasi Timur.
Sejak Desember 2018, Pemerintah Kota Bekasi menggelar sayembara revitalisasi areal tersebut. Menurut rencana, lapangan itu menjadi kompleks yang terdiri dari co-working space, panggung, pusat usaha mikro, kecil, dan menengah, serta beragam fasilitas olahraga.
”Tahun 2020, creative center itu sudah bisa digunakan, tetapi saya minta jangan dicoret-coret ya,” kata Rahmat Effendi yang akrab disapa Pepen.
Baca juga: Pemuda Penggerak Perbaikan Kota
Ia menambahkan, infrastruktur lain yang telah dibangun adalah Gedung Kesenian di Rawalumbu. Bangunan tersebut berdiri di kompleks wisata air yang menurut rencana juga akan dilengkapi dengan pusat kuliner dan hotel.
”Saya mengajak seluruh pemuda untuk sama-sama membangun kota karena kita semua memiliki tanggung jawab terhadap Kota Bekasi,” kata Pepen yang juga dilahirkan di kota tersebut.
Dalam lima tahun ke depan, Pepen menargetkan kesehatan dan pendidikan gratis. Selain itu, juga meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dari Rp 2 triliun pada 2018 menjadi Rp 4 triliun pada 2023.
Saya mengajak seluruh pemuda untuk sama-sama membangun kota karena kita semua memiliki tanggung jawab terhadap Kota Bekasi.
Menurut dia, ide dan peran pemuda amat dibutuhkan agar kota yang tahun ini berusia 22 tahun itu semakin maju. Dialog serupa diusulkan diadakan secara rutin setiap dua bulan.
Dengan begitu, pemerintah mampu menyerap lebih banyak ide masyarakat. ”Pertemuan rutin dengan warga juga akan membuat pemerintahan semakin transparan dan terkontrol,” ujar Pepen.
Pegiat BCC, Hellen Consinta Howar, mengapresiasi pertemuan yang diinisiasi pemerintah itu. Dialog tersebut merupakan kesempatan pertama bagi warga khususnya pemuda untuk berkomunikasi dan menyampaikan ide secara langsung dengan kepala daerah.
Akan tetapi, perlu ada kesepakatan tindak lanjut atau kegiatan bersama lain yang akan dilakukan agar pelibatan pemuda dalam pembangunan tidak sekadar agenda seremonial.
Kecintaan pemuda Bekasi pada kota, bahkan negara, memang sudah berakar. Pada masa revolusi fisik 1945-1949, para pemuda berada di garda terdepan peperangan karena Bekasi merupakan benteng pertahanan Republik Indonesia menghadapi sekutu.
Baca juga: Semangat Pemuda Bekasi Bangun Kebanggaan
Pramoedya Ananta Toer dalam roman berjudul Di Tepi Kali Bekasi mengategorikan pengorbanan pemuda sebagai revolusi jiwa. Hal itu mendorong mereka untuk mempertaruhkan nyawa untuk martabat manusia, menolak menghamba kepada pemerintah kolonial demi kebebasan jiwa.
Semangat itu pun masih berembus dalam diri pemuda. Dalam konteks mengisi kemerdekaan, keinginan untuk berjuang masih terus bergelora. Seperti dikatakan Ali Roy (alm) dan Ade Matahari. Aku rela ke medang juang, demi mempertahankan Bhagasasi.