BANDUNG, KOMPAS--Tak termasuk dalam tim bertabur bintang, Berkat Abadi memiliki misi lain selain memenuhi target lolos ke semifinal dalam kejuaraan beregu Djarum Superliga Bulu Tangkis. Klub asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan itu ingin melahirkan ikon binaan sendiri.
Hal itu dikatakan manajer Berkat Abadi yang merupakan mantan pebulu tangkis nasional, Fran Kurniawan usai mendampingi tim putra bertanding melawan Sports Affair Malaysia di Sabuga, Bandung, Rabu (20/2/2019). Fran mengatakan, setelah mengalahkan Sports Affair, 4-1, timnya masih memiliki formasi lain untuk tiga tunggal dan dua ganda guna melawan Daihatsu Astec pada pertandingan terakhir Gup A, Kamis. Namun, dia juga tak ingin melupakan misi memberi kesempatan pada pemain-pemain muda untuk bertanding.
“Skuad kami pada pertandingan tadi kuat, tetapi kami masih menyimpan pemain-pemain muda untuk pertandingan selanjutnya,” kata Fran.
Saat menang atas Sports Affair, Berkat Abadi menurunkan formasi Brice Leverdez, Agrippina Prima Rahmanto Putera/Ricky Karanda Suwardi, Panji Ahmad Maulana, Kenas Adi Haryanto/Rian Agung Saputro, dan Wisnu Yuli Prasetyo. Poin yang hilang didapat karena kekalahan Agrippina/Ricky. Selain Leverdez, pemain asal Perancis, saat ini Berkat Abadi diperkuat juga pemain-pemain pinjaman dari klub lain.
Berkat Abadi harus menang atas Daihatsu Astec, pada pertandingan Kamis. Jika kalah, nasib mereka akan bergantung pada hasil pertandingan lain, yaitu Musica Trinity melawan Sports Affair.
”Pertandingan itu memang krusial, tetapi saya ingin memberi kesempatan pada mereka dan ingin melahirkan melahirkan ikon dari pembinaan klub sendiri,” Fran, yang pernah bermain ganda campuran bersama Pia Zebadiah.
Leverdez, yang berperan sebagai tunggal pertama Berkat Abadi, senang bisa menyumbangkan kemenangan bagi timnya. Dia juga senang bisa bermain di Indonesia karena dukungan penonton yang selalu riuh.
Mutiara belum aman
Tim putri Mutiara Cardinal Bandung telah memenangi dua pertandingan dan memimpin klasemen Grup Y . Namun, posisi mereka untuk lolos ke semifinal masih bisa digeser dua tim lain, yaitu Djarum Kudus dan Saishunkan Nihon-Unisys.
Kemenangan kedua juara bertahan didapat dari pertemuan melawan Unisys, dengan skor 4-1. Di hadapan dukungan penonton tuan rumah, Mutiara kehilangan angka dari pemain andalan mereka, Gregoria Mariska Tunjung. Tunggal putri peringkat ke-13 dunia itu kalah 13-21, 16-21 dari Ayumi Mine.
“Sebenarnya dia tidak punya pukulan bagus yang jadi senjata, tetapi selalu bisa mengembalikan pukulan. Saya bermain kurang sabar, terutama saat harus menyerang setelah melakukan reli,” kata Gregoria.
Dia pun belum puas dengan dua pertandingan yang telah dijalani, termasuk ketika menyumbangkan kemenangan saat Mutiara mengalahkan Granular Badminton Academy (Thailand), 5-0, pada Selasa. “Saya harus bermain lebih baik. Mudah-mudahan bisa ikut menyumbangkan poin melawan Djarum. Kami seharusnya bisa unggul dari nomor tunggal,” kata Gregoria.
Kehilangan angka dari Gregoria, Mutiara memperoleh kemenangan pada empat laga berikutnya, yaitu dari Maretha Dea Giovani/Yulfira Barkah, Cheung Ngan Yi, Eom Hye-won/Kim Ha-na, dan Hanna Ramadhini.
Untuk mengamankan tiket semifinal dan menjadi juara grup, Mutiara harus menang melawan Djarum yang sama-sama memperoleh satu kemenangan seperti Unisys. Jika kalah dan Unisys menang atas Granular, posisi dalam klasemen akan ditentukan dengan selisih jumlah pertandingan menang dan kalah hingga selisih gim atau skor.