Kerja Sama dengan Pemda Garap Luar Jabodetabek
JAKARTA, KOMPAS Penyedia uang elektronik menggarap pasar di luar Jabodetabek. Caranya, dengan hadir sebagai alat pembayaran fasilitas layanan publik di daerah.
Strategi yang dilakukan, antara lain, bekerja sama dengan pemerintah daerah.
CEO Go-Pay Aldi Haryopratomo menyampaikan, Go-Pay dihadirkan sebagai alat pembayaran untuk setiap jenis transaksi masyarakat.
Ia mencontohkan, pada akhir Desember 2018, Go-Pay bekerja sama dengan Badan Pendapatan Daerah Kota Semarang (Jawa Tengah) untuk menyediakan saluran pembayaran nontunai Pajak Bumi dan Bangunan. Go-Pay juga dapat digunakan untuk membayar tiket masuk sejumlah destinasi wisata, layanan transportasi umum bus Trans Semarang, dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wongsonegoro.
Di Aceh, Go-Pay bisa digunakan untuk membayar tiket masuk Museum Tsunami. Sementara di Samarinda (Kalimantan Timur) Go-Pay dipakai membayar transaksi layanan kesehatan di RSUD. Adapun di Provinsi Bangka Belitung, bisa untuk membayar pajak dan retribusi daerah, transportasi umum, dan produk pariwisata.
Selain itu, sembilan sembilan kepolisian daerah kabupaten/kota sudah menjadikan Go-Pay sebagai salah satu alat pembayaran pajak kendaraan bermotor.
"Upaya promosi pemakaian Go-Pay di dalam dan di luar Jabodetabek tidak ada perbedaan. Kami gencar memasarkan Go-Pay di kawasan tersebut, termasuk akuisisi mitra baru," ujar Aldi yang ditemui seusai konferensi pers program Go-Pay for Good, Senin (18/2/2019), di Jakarta.
Kendati menolak menyebutkan pangsa pasar Go-Pay yang sesungguhnya, Aldi mengutip hasil studi lembaga riset independen di bawah Financial Times. Riset itu menyebutkan, Go-Pay memimpin pasar dengan jumlah pengguna hampir tiga perempat dari total pemakai uang elektronik di Indonesia.
Aldi menceritakan, sejak Mei 2018, Go-Pay bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Sekitar lima bulan kemudian, program serupa diterapkan dengan menggandeng Kitabisa.com, penyedia layanan kumpul dana publik untuk tujuan donasi sosial.
Kedua kolaborasi itu menjadi cikal bakal diluncurkannya program Go-Pay for Good, kemarin, yang ditandai tanda tangan kerja sama dengan Filantropi Indonesia.
"Pada April 2018-Februari 2019, total donasi digital melalui Go-Pay sebanyak Rp 13 miliar. Jumlah itu dari sekitar Rp 131.000 orang. Hal menarik yang kami temukan adalah beberapa donatur berasal dari kalangan anak muda sehingga seringkali nominal donasi mereka cenderung mikro," kata dia.
Menurut Aldi, pihaknya menawarkan kemudahan dan efisiensi saat membayar transaksi. Khusus aktivitas donasi digital, Go-Pay mengutamakan transparansi dalam pendistribusian dana sumbangan.
Pada akhir 2018, PT Go-Jek Indonesia membukukan volume transaksi dua miliar, dengan nilai kotor 9 miliar dollar AS. Dari nilai kotor ini, sekitar 6,3 miliar dollar AS di antaranya disumbang oleh Go-Pay.
Pada saat bersamaan, Staf Ahli Menteri Sosial Bidang Aksesibilitas Sosial Marjuki menyebutkan ada 26 jenis permasalahan sosial yang bisa dibantu pembiayaannya melalui donasi. Permasalahan sosial itu antara lain ketelantaran, kemiskinan, dan bencana.
Di luar anggaran pemerintah, bantuan dapat bersumber dari dana publik. Dia mengatakan, kementerian mendorong pemberian donasi publik secara nontunai. Meski demikian, ia mengakui, tak semua sasaran penerima memahami layanan teknologi finansial.
Secara terpisah, Direktur OVO Harianto Gunawan menyebutkan, pada 2018, OVO membukukan lebih dari 1 miliar transaksi, dengan peningkatan nilai transaksi hingga 75 kali lipat. Transaksi terbesar bersumber dari kategori penggunaan layanan transportasi publik, ritel, dan perdagangan secara elektronik atau e-dagang.
Harianto menambahkan, untuk menciptakan ekosistem pembayaran yang inklusif, OVO memperbanyak kategori layanan transaksi yang bisa dibayar menggunakan OVO. Perusahaan membuka diri terhadap mitra, termasuk instansi pemerintah, yang ingin bekerja sama.
Ia mengungkapkan, OVO resmi menjadi mitra Bosowa Taksi Makassar. Selain memfasilitasi jasa perjalanan transportasi umum, OVO juga dapat dipakai membayar di bengkel Bosowa.
Selama setahun beroperasi, dompet digital OVO telah diinstal pada 115 juta perangkat komunikasi. Jumlah mitra mencapai lebih dari 500.000 di 303 kabupaten/kota.
"Masyarakat semakin antusias membayar transaksi melalui sistem pembayaran digital. Saya rasa ini dampak positif dari gerakan nasional nontunai yang dicanangkan pemerintah," ujar dia.
Morgan Stanley dalam laporan ”Indonesia: Digital Disruption” menyebutkan, penetrasi uang elektronik di Indonesia mencapai 2 persen pada 2017. Penetrasi diproyeksikan naik 24 persen pada akhir 2027.
Sementara itu, General Manager External Communication PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Denny Abidin mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan kantor cabang di seluruh Indonesia untuk menyosialisasikan perubahan nama TCash menjadi LinkAja kepada pengguna dan mitra. LinkAja nantinya juga akan diisi layanan keuangan elektronik dari bank BUMN.
"Pelanggan hanya perlu memperbarui fitur aplikasi TCash menjadi LinkAja di Google Play Store dan Apple Store. Melalui LinkAja, kebutuhan pembayaran aneka jenis transaksi masyarakat tetap terpenuhi, antara lain pembayaran tagihan, kuliner, dan layanan transportasi umum," katanya. (MED)