TANGERANG, KOMPAS — Ekspor industri makanan dan minuman berpotensi ditingkatkan. Kerja sama pemerintah dan industri perlu ditingkatkan untuk mengatasi tantangan.
Tantangan itu antara lain bea masuk yang tinggi di beberapa negara tujuan ekspor potensial, seperti di kawasan Afrika dan Amerika Latin. Menurut data Kementerian Perindustrian, industri makanan dan minuman tumbuh 7,91 persen pada 2018. Adapun ekspor makanan-minuman Indonesia pada 2018 sebesar 29,91 miliar dollar AS.
”Industri makanan dan minuman pertumbuhannya tinggi, rata-rata 9 persen per tahun. Saya senang karena melibatkan banyak petani dengan konten lokal hampir 100 persen. Produknya dari lokal dan semua untuk ekspor. Ini yang saya harap ditingkatkan ke depan,” kata Presiden Joko Widodo dalam acara pelepasan kontainer ekspor ke-250.000 Mayora Group, Senin (18/2/2019), di Kabupaten Tangerang, Banten.
Presiden mengapresiasi ekspor yang dilakukan Mayora Group, yang rata-rata 2.000 kontainer tiap bulan. Sebab, Mayora Group mengambil bahan baku dari dalam negeri serta melibatkan banyak petani, seperti petani kopi, singkong, dan jagung.
Menurut Presiden, industri makanan dan minuman merupakan salah satu industri yang ekspornya diprioritaskan pemerintah. Regulasi untuk ekspor dan investasi banyak disederhanakan. Jika masih kurang, pemerintah berkomitmen memperbaikinya.
Ketika ada masalah terkait ekspor Mayora Group dengan Pemerintah Filipina, pemerintah mengirim tim untuk mengupayakan agar produk-produk Mayora Group tetap dapat diekspor ke sana. ”Yang penting, percepatan ekspor harus terus didorong,” ujar Presiden.
Saat ini, produk Mayora Group sudah diekspor ke 100 negara, antara lain Amerika Serikat, Rusia, Timur Tengah, China, Filipina, dan Lebanon. Ada sekitar 70.000 petani yang menjadi mitra. Mayora Group memiliki 29 pabrik, yang lima pabrik di antaranya berada di luar negeri. Adapun nilai total penjualannya Rp 35 triliun, dengan 50 persen di antaranya merupakan kontribusi ekspor.
Kebanggaan
Presiden Direktur Mayora Group Andre Sukendra Atmadja mengatakan, ekspor produk dengan merek lokal merupakan kebanggaan tersendiri. Apalagi, bahan baku produk makanan dan minuman juga berasal dari dalam negeri.
”Merek Indonesia yang kami pasarkan di luar negeri, beberapa di antaranya sudah menjadi pemimpin pasar. Ekspor bukan hanya mencari uang, melainkan juga membantu mengangkat gengsi negara di mata dunia,” kata Andre.
Ekspor bukan hanya mencari uang, melainkan juga membantu mengangkat gengsi negara di mata dunia.
Menurut Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, industri makanan-minuman akan menjadi salah satu andalan memasuki era Industri 4.0. Untuk industri yang sudah besar, seperti Mayora Group, standardisasi terhadap kualitas sudah pasti dilakukan.
”Yang diapresiasi pemerintah adalah ekspor ini dalam bentuk merek sehingga nilai tambahnya meningkat dan ada aset tak berwujud di negara-negara tujuan ekspor,” kata Airlangga.
Maka, lanjutnya, agar daya saing industri makanan dan minuman secara keseluruhan meningkat, pemerintah lebih banyak fokus untuk meningkatkan kualitas industri kecil menengah (IKM). Peningkatan itu dilakukan melalui pelatihan untuk pengemasan.
Sementara menurut Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, pihaknya akan mendorong ekspor industri makanan dan minuman dengan mencoba membuka pasar baru atau menjajaki ekspor di negara-negara yang belum banyak dimasuki produk Indonesia. Saat ini, pemerintah akan fokus pada 13 negara di Afrika dan Asia Selatan yang tengah dijajaki kemungkinan ekspor ke sana.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia Adhi S Lukman berpendapat, untuk mempercepat ekspor makanan-minuman, pemerintah bisa membentuk tim khusus.
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukkan, pada Januari-Desember 2018 terealisasi 1.562 proyek penanaman modal dalam negeri bidang usaha industri makanan dengan nilai investasi Rp 39,1 triliun. Adapun penanaman modal asing terealisasi 1.377 proyek pada industri makanan senilai 1,31 miliar dollar AS.