Warga Menunggu Normalisasi Waduk Rambutan dan Kaja
Oleh
A Ponco Anggoro
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setiap kali hujan dengan intensitas tinggi, Kelurahan Ciracas dan Kelapa Dua Wetan, Jakarta Timur, selalu dilanda banjir. Terbaru, luapan Kali Cipinang yang membelah dua kampung tersebut kembali merendam rumah warga, Sabtu (18/2/2019) sore.
Oleh karena itu, warga mendesak Waduk Rambutan dan Kaja yang diyakini dapat mencegah banjir dapat segera dinormalisasi.
Untuk kesekian kali, warga di dua kelurahan itu dibuat gusar saat Kali Cipinang meluap. Ini seperti yang dirasakan oleh Suin (65), warga Kelapa Dua Wetan, saat ditemui Kompas, Senin (18/2/2019).
”Kalau hujan deras dan berhentinya lama, pasti banjir. Dalam kondisi seperti ini, warga tak bisa apa-apa selain berharap Waduk Rambutan dan Waduk Kaja cepat selesai agar banjir tidak datang lagi. Masalahnya, kalau sering banjir, rumah cepat rusak dan kami juga takut jika ada ular. Beberapa kali ada ular,” kata Suin, Senin (18/2/2019).
Nada kekesalan juga keluar dari mulut Mulyono (54), warga Kelapa Dua Wetan, dan Moko (42), warga Ciracas. Menurut Mulyono, pengerukan Waduk Rambutan sejak 2014 awalnya berjalan lancar, tetapi terhenti pada 2017.
”Pemerintah katanya mau melanjutkan proyek Waduk Rambutan, tetapi sempat lama enggak dikerjakan. Sementara di Waduk Kaja baru terlihat petugas bekerja pada Januari kemarin. Kenapa sangat lambat?” kata Mulyono dengan suara tinggi.
Moko mengatakan, banjir pada Minggu sore lalu setinggi sekitar 30 cm dan baru reda sekitar satu jam. ”Banjir kemarin tak separah Senin (11/2) lalu. Dari Kali Cipinang tingginya mungkin lebih 3 dari meter. Di darat airnya hingga setinggi dada,” katanya.
Di Waduk Kaja, hingga pukul 20.00, beberapa petugas Suku Dinas Air DKI Jakarta masih bekerja menyedot air dari waduk Kaja dibuang ke Kali Cipinang.
Perhatian pemerintah
Untuk diketahui, berbagai program telah dilakukan untuk menanggulangi banjir di Ibu Kota. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama sejumlah instansi telah menjalankan antisipasi banjir lima tahun terakhir. Antisipasi itu antara lain program normalisasi sungai, waduk, serta saluran air yang diikuti dengan penertiban bangunan di bantaran sungai.
Beberapa program pembangunan yang dilakukan antara lain pembangunan saluran air di 32 titik rawan banjir di Jakarta Selatan, pengurasan dan pembersihan saluran penghubung di 10 kecamatan di Jakarta Timur, serta pengerukan sedimentasi di empat sungai (Sungai Krukut, Sungai Grogol, Sungai Sunter 1, dan Sungai Mookervaart) selama 16 Juli-26 Oktober 2018 bekerja sama dengan BBWSCC dan Kodam Jaya.
Pemerintah katanya mau melanjutkan proyek Waduk Rambutan, tetapi sempat lama enggak dikerjakan. Sementara di Waduk Kaja baru terlihat petugas bekerja pada Januari kemarin.
Sejalan dengan itu, lokasi banjir di Jakarta terus berkurang. Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI mencatat, pada 2013 banjir menggenangi 538 RW di 124 kelurahan. Tahun 2017 tinggal 201 RW di 57 kelurahan yang masih banjir.
Banjir merupakan salah satu masalah yang menjadi program pemerintahan Anies-Sandi. Berdasarkan Visi dan Misi Anies-Sandi ”Tuntas Ikhlas untuk Jakarta”, beberapa program disiapkan untuk mengatasi masalah banjir.
Program itu adalah revitalisasi tanggul dan pompa air, memberikan BLT untuk korban banjir, membangun sistem distribusi air dan lingkungan hijau, penerapan kebijakan zero run-off (nol limpahan) di bagian hilir, yang intinya adalah semua air dimaksimalkan untuk diserap lagi ke dalam tanah, bukan dialihkan ke saluran, serta komunikasi yang lebih efektif dalam urusan pembebasan lahan. (ANTONIUS PURWANTO/AGUIDO ADRI)