Dinas Sumber Daya Air DKI memastikan upaya pembebasan lahan berlanjut untuk program normalisasi sungai. Program ini bagian dari antisipasi banjir Jakarta.
JAKARTA, KOMPAS — Program normalisasi kali di Jakarta sebagai upaya antisipasi banjir sampai sejauh ini belum berlanjut karena keterbatasan lahan. Untuk itu, Dinas Sumber Daya Air DKI memastikan upaya pembebasan lahan berlanjut. DKI juga akan berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk menindaklanjuti program normalisasi sungai.
Teguh Hendarwan, Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta, Minggu (17/2/2019), membenarkan, upaya pembebasan lahan untuk program normalisasi berlanjut. Pembebasan lahan merupakan upaya Unit Pengadaan (UP) Lahan Dinas SDA. Pada 2018, UP Lahan SDA melakukan pembayaran lahan untuk program normalisasi di Kali Sunter, Kali Ciliwung, dan Kali Pesanggarahan. Total pembayaran Rp 900 miliar.
”Data rinci bidang lahannya saya tidak hafal. Tetapi, itu sudah kami sampaikan laporannya ke BBWSCC ( Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane),” ujar Teguh.
Pelaporan kepada BBWSCC dilakukan agar Kementerian PUPR dapat menganggarkan kembali dana untuk pembangunan fisik proyek normalisasi kali.
Pada 2018, anggaran program normalisasi kali berhenti setelah BBWSCC menyetop menganggarkan dananya untuk program ini. Hal ini karena hingga akhir 2017, Dinas SDA belum bisa memastikan ketersediaan lahan. Selain tidak ada anggaran, program normalisasi juga terbentur konsep perbaikan kali yang digulirkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Anies meminta antisipasi banjir tidak semata mengeruk dan melebarkan sungai serta membeton sisi-sisinya, yang akrab disebut normalisasi. Anies lebih memilih naturalisasi. Naturalisasi dinilai lebih ramah lingkungan, dengan penataan sisi-sisi sungai dengan kemiringan landai alias tidak tegak lurus seperti pada umumnya sekarang. Sisi sungai tidak dibeton dan menjadi lahan hijau.
Baru 4,7 hektar
Bambang Hidayah, Kepala BBWSCC, pekan lalu di Balai Kota DKI Jakarta seusai rapat koordinasi dengan Pemprov DKI, membenarkan bahwa ada kemajuan pembebasan lahan oleh Dinas SDA. BBWSCC mendapatkan laporan, Dinas SDA DKI sudah membebaskan 47.000 meter persegi lahan atau 4,7 hektar lahan. Sebagian besar lahan di Kali Ciliwung.
Namun, untuk bisa menuntaskan normalisasi Ciliwung masih dibutuhkan lahan yang lebih luas lagi. Dari 33 kilometer panjang Kali Ciliwung, yang sudah selesai dinormalisasi 16 km. Masih tersisa 17 km lagi.
Teguh mengatakan, pembebasan lahan memang tidak bisa dalam satu kawasan. ”Banyak faktor hambatan dalam pembebasan lahan, seperti kepemilikan sah suratnya, konflik antar-ahli waris. Mana yang siap, yang lengkap, kami bayar,” kata Teguh.
Dengan kemajuan pengadaan lahan itu, BBWSCC belum bisa segera melanjutkan proyek. Selain masih cek lapangan tentang lahan, mereka juga masih perlu mengusulkan kembali anggaran program di APBN. Harapannya, pada APBN 2020 sudah teralokasikan.
Lalu, terkait konsep pemulihan kali, menurut Bambang, BBWSCC akan memilah-milah lahan yang bisa dibangun dengan normalisasi dan yang bisa dengan naturalisasi. Hal itu terkait dengan luas lahan.
Agar sungai bisa menampung debit banjir dan mengalirkannya ke hilir, bukan ke kiri atau ke kanan kali, pilihan normalisasi untuk lahan yang lebarnya terbatas menjadi pilihan. Minimal lebar yang diperlukan untuk normalisasi 35 meter dari tengah ke kanan dan ke kiri sungai. BBWSCC tetap mencermati titik mana yang bisa tidak menggunakan beton dan titik mana yang dengan beton.
Warga tunggu normalisasi
Warga Kelurahan Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, menanti kelanjutan normalisasi Kali Krukut. Tiap musim hujan datang, aliran Krukut sering merendam permukiman mereka. Pada Sabtu (16/2/2019) malam, misalnya, hujan lebih dari dua jam membuat Krukut meluap dan merendam sebagian Petogogan hingga Minggu pagi.
Maman (62), warga Petogogan, mengatakan, lebar Krukut kini tersisa 5-7 meter dari semula bisa lebih dari 15 meter. Maman pernah mendengar rencana Krukut akan diperlebar untuk mengurangi banjir di Petogogan dan sekitarnya.
”Tetapi, sampai sekarang cuma ngukur-ngukur doang, aksinya belum ada,” ujarnya. (INSAN ALFAJRI)