Kampus Harus Beradaptasi pada Revolusi Industri 4.0
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS – Perguruan tinggi diajak untuk beradaptasi dengan perubahan yang sangat cepat dalam revolusi industri 4.0. Kampus dituntut menghasilkan sumber daya manusia yang bisa bersaing dalam kemajuan teknologi yang begitu pesat. Kurikulum dan sistem pembelajaran harus ditingkatkan agar bisa menghasilkan alumni berkualitas.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan hal tersebut dalam kuliah umum bertajuk “Wawasan Kebangsaan Menuju Kedaulatan Pangan, Maritim, dan Daya Saing Bangsa dalam Era Revolusi Industri 4.0”, di Kampus Universitas Sumatera Utara (USU), Medan, Senin (18/2/2019). Hadir Rektor USU Runtung Sitepu dan para mahasiswa USU.
“Revolusi industri 4.0 adalah tantangan kita semua ke depan. Kalau kita tertinggal, kita akan tertinggal dari semua. Kita akan dijajah negara lain dari segi ekonomi dan teknologi,” kata Luhut.
Luhut mengatakan, dunia telah mengalami empat kali revolusi industri dimulai dari pengenalan fasilitas produksi mekanis menggunakan tenaga air dan uap pada akhir abad-18, pengenalan produksi massal (awal abad ke-20), penggunaan perangkat elektronik untuk otomatisasi (akhir abad ke-20), dan saat ini revolusi 4.0 yang memanfaatkan kemajuan pesat teknologi.
Revolusi industri 4.0 ini berbasis pada kecerdasan buatan (artificial intelligence), perluasan manfaat konektifitas internet (internet of things), robotika, realitas maya (virtual reality), perdagangan elektronik (e-commerce), dan teknologi percetakan tiga dimensi.
“Teknologi robotika dan software otomatis telah menggantikan manusia dalam banyak fungsi pekerjaan. Peran akuntan kini telah dapat digantikan oleh software. E-commerce telah menggeser retail tradisional,” ujar Luhut.
Menurut Luhut, perguruan tinggi harus bergerak cepat dalam memimpin adaptasi terhadap revolusi industri 4.0. Saat pekerjaan-pekerjaan lama menjadi usang digantikan kecerdasan buatan, pekerjaan baru bermunculan. Penguasaan teknologi menjadi kunci untuk dapat bersaing menguasai pekerjaan atau profesi baru yang bermunculan.
Inkubator rintisan
Melihat situasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat, kata Luhut, peran perguruan tinggi menjadi sangat penting. Program studi baru yang berkaitan dengan kecerdasan buatan, robotika, realitas maya, perdagangan elektronik, dan yang lainnya harus menjadi prioritas kampus. Kampus tidak bisa lagi hanya mengandalkan program studi lama yang nyatanya sulit bersaing di era revolusi industri 4.0.
Luhut mengatakan, kampus juga harus bisa menjadi inkubator yang melahirkan bisnis rintisan atau start-up berbasis teknologi dan ilmu pengetahuan.
Runtung Sitepu mengatakan, kampus USU kini terus berupaya untuk menciptakan alumni yang dapat bersaing dalam revolusi industri 4.0. “Pada tahun 2018, tim yang terdiri dari empat mahasiswa USU meraih medali emas dalam lomba penemuan di The Silicon Valley International Invention Festival (SVIIF) di Amerika Serikat,” kata Runtung.
Runtung mengatakan, pihaknya terus mempersiapkan diri untuk melakukan perubahan dalam beradaptasi dengan revolusi industri 4.0.
Cahaya Putra Simamora, mahasiswa Fakultas Pertanian USU, mengatakan, adaptasi kurikulum kampus terhadap industri 4.0 sudah mulai dilakukan, tetapi masih tahap pengenalan. "Kami misalnya mulai belajar menjual produk pertanian melalui e-commerce. Namun, perdagangannya masih sebatas pemanfaatan media sosial," katanya.
Menurut Cahaya, mahasiswa lebih banyak belajar industri 4.0 dari sumber-sumber informasi di luar kampus.
Cahaya mengatakan, sektor pertanian merupakan salah satu yang akan sangat dipengaruhi revolusi industri 4.0. Karena itu, ia berharap pembelajaran pertanian berbasis kecerdasan buatan, robotika pertanian, dan pemasaran produk pertanian berbasis e-commerce, bisa terus ditingkatkan agar mahasiswa dapat menghadapi perubahan yang begitu cepat.
"Di kalangan mahasiswa juga mulai banyak yang ingin berwirausaha dengan semakin banyaknya bisnis start-up. Banyak yang mencoba menggali ide membuat start-up di bidang pertanian," katanya.