Insentif Dokter Spesialis di Malaka Rp 45 Juta per Bulan
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·3 menit baca
BETUN, KOMPAS- Kabupaten Malaka Nusa Tenggara Timur memberikan insentif tinggi bagi dokter yang mau bertugas di daerah itu. Insentif diberikan kepada dokter ahli mencapai Rp 45 juta per bulan, belum termasuk gaji PNS. Sementara dokter umum dan dokter gigi mendapat insentif Rp 20 juta per bulan.
Malaka, satu-satunya kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang memberikan insentif kepada para dokter di tengah dana ABPD terbatas, yakni Rp 500 miliar per bulan, termasuk belanja 1.700 PNS. Pemerintah Kabupaten lain di Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak menyediakan insetif untuk dokter karena beranggapan dokter sudah praktek sore hari sehingga tidak perlu diberi insentif.
Bupati Malaka dr Stef Bria Seran di Betun, Minggu (17/2/2018) mengatakan, insentif itu membuat kebutuhan akan dokter ahli di rumah sakit, dokter umum dan dokter gigi di 11 Puskesmas dan rumah sakit terpenuhi. Saat ini terdapat 12 dokter spesialis, 70 dokter umum, dan 25 dokter gigi.
“Kami beri insentif dokter spesiali Rp 45 juta per bulan, dan dokter umum serta dokter gigi masing-masing Rp 20 juta per bulan. Dokter yang mau ke Malaka masih banyak tetapi kami tahan karena kebutuhan kami sudah cukup. Ke depan, jika masyarakat membutuhkan, kami datangkan lagi. Kesehatan masyarakat, harus jadi prioritas. Juga jasa seorang dokter harus dihargai setimpal dengan keahlian dan semua hal yang terkait, dalam meraih profesi itu,”kata Bria.
Insentif dokter spesialis di Malaka Rp 45 juta per bulan, belum sebanding penghasilan dokter spesialis di kota besar. Karena itu, mereka juga diberi kesempatan untuk praktek sore hari. Selain itu, semua pihak terutama tenaga paramedis dan masyarakat, menciptakan suasana kerja yang aman sehingga dokter bekerja dengan tenang dan nyaman.
Kami beri insentif dokter spesiali Rp 45 juta per bulan, dan dokter umum serta dokter gigi masing-masing Rp 20 juta per bulan. Dokter yang mau ke Malaka masih banyak tetapi kami tahan karena kebutuhan kami sudah cukup. Ke depan, jika masyarakat membutuhkan, kami datangkan lagi. Kesehatan masyarakat, harus jadi prioritas. Juga jasa seorang dokter harus dihargai setimpal dengan keahlian dan semua hal yang terkait, dalam meraih profesi itu
Jumlah 12 dokter spesialis itu, yakni penyakit dalam, kulit dan kelamin, syaraf, jatung, tulang, kandungan, bedah mulut (gigi), bedah umum, telinga hidung dan tenggorokan, mata, paru, dan psikiater.
Penyakit
Penyakit di Malaka, di dominasi malaria dengan rata-rata jumlah penderita 5.000 orang per tahun, penyakit paru 1.400 orang, infeksi saluran pernapasan 2.500 orang, dan penyakit kulit 2.700 orang. Sebagian besar kawasan Malaka berawa, karena masuk kategori daerah aliran sungai.
Meski Malaka masuk daerah rawan, kasus demam berdarah dengue di daerah itu 124 pasien, tidak ada korban jiwa. Pemkab terus melakukan pengasapan di kawasan tertentu yang dinilai menjadi sarang nyamuk malaria.
Anggota DPRD NTT Maks Ebu Tho mengatakan, semua kabupaten di NTT seharusnya memberikan insentif kepada tenaga medis yang mengabdi di daerah terpencil. Insentif itu untuk mendorong kehadiran para dokter mengabdi di daerah itu. Selain insentif, perilaku masyarakat dan tempat kerja para dokter pun harus aman dan nyaman.
Ebu Tho mengatakan, hampir semua kabupaten di NTT belum memiliki infrastruktur jalan, dan sistem sarana dan prasarana yang memadai. Sejumlah kabupaten terutama di kecamatan tertentu, belum ada listrik, air bersih, dan jaringan telepon seluler. Pusat perbelanjaan pun tidak ada sehingga banyak dokter enggan mengabdi di daerah itu.
Hal ini harus diimbangi dengan pemberian insentif kepada para tenaga medis dan paramedis yang mengabdi di pedalaman. Selain itu, alat transportasi yang melayani tenaga medis dan paramedis pun sebaiknya dipilih yang mampu menembus segala medan.