DPK Melambat, Maybank Targetkan Kredit Tumbuh 10 Persen
JAKARTA, KOMPAS – PT Bank Maybank Indonesia Tbk membukukan kinerja baik pada 2018 karena laba bersih tumbuh signifikan. Untuk tahun ini, Maybank Indonesia menargetkan kredit tumbuh hingga 10 persen pada kendati berada di tengah-tengah perlambatan pertumbuhan dana pihak ketiga atau DPK.
Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (18/2/2019), mengatakan, di tengah tantangan perekonomian global, kami berhasil mencetak rekor laba bersih sebesar Rp 2,2 triliun pada 2018. Laba bersih itu naik 21,6 persen dibandingkan 2017.
Aset Maybank pada akhir tahun lalu juga terealisasi sebesar Rp 177,5 triliun. Maybank juga telah menyalurkan kredit sebesar Rp 133,35 triliun atau tumbuh sangat signifikan, yaitu 6,3 persen dari 2017 yang sebesar Rp 125,4 triliun.
“Maybank senantiasa konservatif mengelola kualitas aset. Sejak awal, Maybank mengambil langkah proaktif untuk mengatasi persoalan kredit nasabah yang terdampak iklim ekonomi yang penuh tantangan,” ujarnya.
Maybank mencatat, pertumbuhan kredit itu tercermin dari Kredit Community Financial Services (CFS)-Non Ritel. Bagian yang terdiri dari kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta business banking ini tumbuh 10,9 persen atau mencapai Rp 58,3 triliun pada 2018.
Maybank senantiasa konservatif mengelola kualitas aset. Sejak awal, Maybank mengambil langkah proaktif untuk mengatasi persoalan kredit nasabah yang terdampak iklim ekonomi yang penuh tantangan.
Selain itu, kredit CFS Ritel meningkat 3,1 persen atau mencapai Rp 44 triliun pada periode yang sama. Perbankan Global juga membukukan pertumbuhan kredit sebesar 2,9 persen atau mencapai Rp 31 triliun sehubungan adanya pelunasan yang dipercepat dari beberapa nasabah korporasi pada kuartal keempat 2018.
Secara umum, kualitas kredit bank meningkat signifikan. Hal itu tercermin dari tingkat rasio kredit bermasalah (NPL) sebesar 2,6 persen pada akhir 2018 atau lebih rendah dari NPL tahun sebelumnya yang sebesar 2,8 persen.
"Tentu hal ini sejalan dengan penerapan pemberian kredit secara lebih selektif dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian," kata Taswin.
Menurut Taswin, melalui peningkatan kualitas aset, Maybank Indonesia mampu mengurangi penyisihan kerugian penurunan wilayah kredit sebesar 38,6 persen menjadi Rp 1,3 triliun sepanjang tahun 2018. Maybank juga terus berupaya mengelola pertumbuhan pinjaman secara selektif sekaligus meningkatkan disiplin dalam pengelolaan modal serta likuiditas.
"Tak hanya itu, kami juga akan mempertahankan pertumbuhan usaha dalam dua segmen utama, yaitu UMKM dan business banking,” kata dia.
Likuditas mengetat
Di tengah mengetatnya likuditas global dan domestik, Maybank Indonesia juga mengalami kendala mengumpulkan DPK. Total simpanan nasabah atau dana pihak ketiga (DPK) turun 3,7 persen menjadi Rp 116,8 triliun per Desember 2018 dibandingkan 2017 yang sebesar Rp 121,3 triliun.
Taswin menyatakan, memang di tahun 2018 terjadi penurunan DPK. Hal itu bukan disebabkan perpindahan nasabah atau dana likuiditas yang keluar dari Maybank Indonesia, tetapi lebih pada keputusan manajemen.
Manajemen Maybank telah melakukan aksi korporasi agar dapat mengimbangi biaya likuiditas. Saat ini Maybank juga tengah mengkaji ulang dan merekalkulasi dana mahal masyarakat.
"Keputusan ini merupakan keputusan yang disengaja oleh Maybank sehingga terlihat seperti penurunan DPK," kata dia.
Baca juga: Likuiditas Masih Ketat
Penurunan DPK itu menyebabkan rasio kredit terhadap simpanan (LDR) Maybank semakin ketat. Secara konsolidasi LDR Maybank pada 2018 sebesar 109,75 persen atau naik 9,88 persen dari 2017 yang sebesar 99,87 persen. Adapun dari sisi bank saja, LDR Maybank pada 2018 sebesar 96,46 persen, naik 8,34 persen dari 2017 yang sebesar 88,12 persen. LDR itu melebihi batas aman yang ditetapkan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan, yaitu sebesar 92 persen.
Target kredit dan DPK
Masih di tengah berlanjutnya tantangan mengetatnya likuiditas, tahun ini Maybank menargetkan kredit dan DPK masing-masing tumbuh 10 persen. “Kami juga mengantisipasi adanya gejolak dalam kondisi perekonomian. Maka capaian 10 persen sudah baik, mengingat tahun ini merupakan tahun politik,” ujarnya.
Menurut Taswin, dengan target DPK 10 persen itu, Maybank ingin mengimbangi target pertumbuhan kredit tahun ini.
"Kami akan terus menggenjot pertumbuhan DPK. Harapannya, DPK bisa mengimbangi pertumbuhan kredit. Sebab, kredit akan sulit tumbuh tanpa adanya peningkatan likuiditas yang sama atau bahkan lebih besar," kata dia.
Kami akan terus menggenjot pertumbuhan DPK. Harapannya, DPK bisa mengimbangi pertumbuhan kredit. Sebab, kredit akan sulit tumbuh tanpa adanya peningkatan likuiditas yang sama atau bahkan lebih besar.
Lebih lanjut, Taswin memaparkan strategi dalam meningkat DPK. Menurutnya, Maybank akan tumbuh di semua lini baik di corporate banking, business banking, maupun ritel. "Tahun lalu kami hampir tumbuh di semua lini dan pertumbuhannya cukup baik,” ucapnya.
Harapannya, tahun ini pertumbuhan nasabah masih bisa tercapai. “Saya pikir masih banyak investasi pemerintah, kami akan ambil bagian di dalamnya. Ada juga pertumbuhan korporasi dan investasi di sektor-sektor komersil, termasuk infrastruktur yang diharapkan dapat tumbuh minimal 16 persen seperti tahun lalu," ujarnya.
Baca juga: Kontribusi Industri Keuangan Didorong
Direktur Keuangan Maybank Indonesia Thilagavathy Nadason menyampaikan, dalam aksi korporasi pada awal 2019, Maybank telah menyelesaikan penerbitan obligasi. Jumlah obligasi direncanakan mencapai Rp 1 triliun.
“Kami akan kembali ke pasar setelah melihat peningkatan dan pertumbuhan ekonomi pasca-pemilu. Jadi kami akan wait and see terlebih dahulu meski ada rencana di bulan September atau Oktober untuk kembali masuk ke pasar. Namun, semua tergantung pertumbuhan pada semester pertama,” papar Thila. (SHARON PATRICIA)