Kolaborasi BUMN dan Pemkab Banyuwangi Menatap Dunia
Pengembangan destinasi pariwisata di Banyuwangi, Jawa Timur, didukung Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Selain memperkenalkan pesona keindahan alam Indonesia, upaya itu dilakukan guna menyejahterakan masyarakat di sekitarnya.
Oleh
Angger Putranto
·2 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Pengembangan destinasi pariwisata di Banyuwangi, Jawa Timur, didukung Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Selain memperkenalkan pesona keindahan alam Indonesia, upaya itu dilakukan guna menyejahterakan masyarakat di sekitarnya.
Hal itu dikatakan Menteri BUMN Rini Soemarno saat membuka sekaligus jadi peserta lomba lari lintas alam (trail run) Chocolate Glenmore Run 2019 kategori 5 kilometer dan 10 kilometer di area perkebunan Kendeng Lembu milik PT Perkebunan Nusantara XII, Sabtu (16/2/2019). Kendeng Lembu atau yang biasa dikenal dengan sebutan Doesoen Kakao ini adalah kawasan penghasil cokelat yang diklaim terbaik di Indonesia dan disegani dunia.
Rini mengatakan, pihaknya selalu siap berkolaborasi mengembangkan perekonomian daerah lewat sektor wisata. Di Banyuwangi, misalnya, selain Chocolate Glenmore Run 2019 dan acara lainnya, PT Patra Jasa, Perum Perhutani, dan PT Wijaya Karya terlibat mengembangkan wisata Pulau Merah.
”BUMN dengan senang membuat Banyuwangi semakin terkenal tak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia,” kata Rini.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, kolaborasi antara pemerintah daerah dan BUMN membuat banyak hal dapat dikerjakan dan dikembangkan. Tahun ini, beberapa destinasi wisata terus dipromosikan kedua belah pihak.
”Sejak abad ke-18, kawasan ini dikenal sebagai salah satu penghasil cokelat terbaik dunia. Namun, hasilnya tidak pernah dinikmati masyarakat karena produknya langsung diekspor. Sekarang BUMN mengembangkan pengolahan di Glenmore sehingga produknya bisa dinikmati sekaligus menjadi wisata edukasi pembuatan cokelat,” ujar Anas.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Banyuwangi Wawan Yadmadi mengatakan, kompetisi lari ini melombakan dua kategori, yakni 5 K dan 10 K. Sekitar 1.000 orang dari sejumlah daerah di Indonesia jadi pesertanya. Dua pelari bahkan berasal dari Kenya.
”Para peserta menyusuri hamparan areal perkebunan kakao dan karet seluas 1.500 hektar. Selain menjelajahi kebun kakao sepanjang rute, para pelari dan pesepeda juga bisa menikmati kuliner berbahan cokelat yang diolah penduduk setempat,” kata Wawan.