Tertinggal di Asia, Pembinaaan Pegolf Yunior Menjadi Fokus Utama
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Golf Indonesia Murdaya Po, Jumat (15/2/2019), menyatakan program pembinaan pegolf yunior akan menjadi fokus kerja utama pada periode kedua kepemimpinannya. Menurut Murdaya, ketertinggalan golf Indonesia atas negara-negara Asia bisa dikejar dengan mulai fokus memoles bakat-bakat muda.
Murdaya terpilih untuk kali kedua menakhodai Pengurus Besar Persatuan Golf Indonesia (PB PGI) masa bakti 2018-2022. Murdaya terpilih secara aklamasi saat musyawarah nasional PB PGI di Surabaya, Jawa Timur, pada 29 November 2018. Saat pemilihan, ia mendapat dukungan tertulis dari 22 pengurus provinsi.
Setelah dilantik oleh Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat Tono Suratman di Jakarta, Murdaya mengatakan, tantangan bagi PB PGI di masa mendatang bakal jauh lebih berat. Saat ini saja, kata dia, golf Indonesia tertinggal 15 tahun dari Thailand dan 30 tahun dari Korea Selatan.
“Di periode kepemimpinan kedua ini fokus saya selain melatih junior di atas 15 tahun juga akan mementingkan pegolf muda mulai usia 8 tahun atau 7 tahun, karena golf itu memerlukan proses jangka panjang kira-kira 10 tahun perencanaan,” tutur Murdaya seusai pelantikan.
Ketertinggalan Indonesia dari negara Asia juga menyangkut perihal menghasilkan pegolf potensial. Ketua Sub Bidang Pembinaan Atlet Prestasi PB PGI, Mochamad Alga Topan, mengatakan, pegolf bertalenta yang muncul di seluruh Indonesia dalam kurun waktu tertentu tidak lebih dari 150 orang. Meskipun ada pegolf potensial, tidak semuanya rutin mengikuti turnamen yang diadakan setiap tahun di Indonesia.
“Klub golf yunior yang memang fokus ke arah prestasi juga sedikit. Jumlahnya mungkin tidak lebih dari 10 klub di Indonesia,” ucap Alga.
Oleh sebab itu, PB PGI akan melanjutkan national development program (NDP) dan memperbanyak level pembinaan akar rumput.
Pelatih asing
Bagi Murdaya, pengembangan pegolf yunior memerlukan polesan dari pelatih asing dengan kualifikasi high performance. Untuk itu ia akan tetap memertahankan tradisi mengontrak pelatih asing untuk melatih pegolf-pegolf Indonesia.
Pada periode kepemimpinan pertamanya, Murdaya mengontrak pelatih golf asal Australia, David Milne dan Lawrie Montague. Setelah empat tahun melatih, performa pegolf Indonesia meningkat.
Sebelum kepemimpinan Murdaya, peringkat atlet golf amatir Indonesia di World Amateur Golf Ranking (WAGR) ada di atas peringkat 200. Kini peringkat pegolf Indonesia dapat menembus 100 besar dunia. Pegolf Naraajie Emerald Ramadhan Putra saat ini menempati rangking ke-52.
“Sekarang kita memerlukan pelatih asing. Tapi dia harus pelatih high performance yang khusus dipersiapkan melatih anak-anak jadi juara. Dimulai dari penguatan disiplin, berbicara, dan mental,” ujar Murdaya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi menyampaikan, pemerintah menantikan terobosan besar dalam peningkatan prestasi golf Indonesia di bawah kepemimpinan periode kedua Murdaya.
Pemerintah, kata Imam, akan berupaya mendukung PB PGI. Imam berharap dengan makin banyaknya lapangan golf di Indonesia, PB PGI didorong untuk berkolaborasi dengan pihak swasta dan KONI untuk memperbanyak pertandingan dan pelatihan golf, utamanya di sekolah-sekolah.
“Sehingga kesan golf yang identik dengan olah raga mahal bisa disudahi,” kata Imam.
Harapan yang disampaikan Imam, kata Murdaya, sejalan dengan target berikutnya dari PB PGI. Selain meningkatkan prestasi pegolf, target lain dari PB PGI adalah makin memasyarakatkan olahraga golf.
Menurutnya, sangat penting menarik minat generasi muda untuk bermain golf.
“Keberhasilan Thailand dan Korea Selatan juga disebabkan karena generasi muda di sana banyak yang suka bermain golf,” ucap Murdaya.