MALANG, KOMPAS — Ikan hasil tangkapan nelayan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, dalam setahun terakhir naik 2.677 ton dibandingkan dengan waktu yang sama tahun sebelumnya. Jika tahun 2017 produksi ikan tangkap laut hanya 13.394 ton, tahun 2018 menjadi 16.071 ton.
Produksi ikan tangkap laut tahun 2017 ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2016 yang hanya 7.009 ton. Selain laut, peningkatan produksi juga terjadi pada ikan budidaya air tawar, tetapi angka kenaikannya tidak begitu signifikan. Jika pada 2017 ada 15.083 ton, tahun 2018 menjadi 15.822 ton ikan air tawar yang dihasilkan.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Malang Endang Retnowati, Jumat (15/2/2019), di Malang, mengatakan, naiknya produksi ikan laut disebabkan oleh peningkatan sarana tangkap selain jumlah nelayan yang banyak.
Di Malang terdapat lebih dari 7.000 perahu dengan jumlah nelayan lebih dari 10.000 orang. Kawasan nelayan terbesar ada di Pantai Sendang Biru, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, dengan jumlah nelayan lebih dari 5.000 orang. Sementara jumlah nelayan di pantai yang lain relatif lebih sedikit.
”Jika diakumulasi dalam satu tahun selama 2018, produksi ikan tangkap laut di Malang memang naik. Namun, jika dilihat produksi bulan per bulan, tidak semuanya naik, ada juga yang turun dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2017,” ujarnya.
Jika diakumulasi dalam satu tahun selama 2018, produksi ikan tangkap laut di Malang memang naik. Namun, jika dilihat produksi bulan per bulan, tidak semuanya naik, ada juga yang turun dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2017.
Meski meningkat, kata Endang, hasil tangkapan ikan jenis tertentu, seperti tuna yang menjadi andalan nelayan, turun. Padahal, ikan tersebut memiliki nilai ekonomis tinggi. Sayangnya, Endang belum bisa menyebutkan secara detail berapa angka penurunannya.
Penurunan tangkapan tuna disebabkan oleh cuaca buruk yang terjadi selama beberapa waktu belakangan. Cuaca yang tidak bersahabat membuat nelayan tidak berani melaut terlalu jauh dari garis pantai. Akibatnya, hanya jenis ikan-ikan kecil yang bisa ditangkap.
Disinggung soal fasilitas bagi nelayan, Endang menyebutkan, ruang pendingin (cold storage) bantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan yang berada di Kecamatan Turen saat ini dianggap mencukupi. Cold storage itu memiliki kapasitas 10 ton dan bisa digunakan untuk menyimpan tuna dalam waktu cukup lama.
”Pemerintah pusat juga tengah membangun cold storage terintegrasi dengan kapasitas lebih besar di Sendang Biru. Bangunannya sudah ada, tinggal pengelolaannya,” ujarnya.
Turun-naiknya hasil tangkapan nelayan dibenarkan oleh salah seorang tokoh nelayan Pantai Sendang Biru, Sudarsono. Menurut Sudarsono, saat ini cuaca mudah berubah. Akibatnya, nelayan tidak memiliki kepastian apakah akan melaut atau tidak. ”Cuaca buruk sering terjadi. Sulit dihitung berapa kali dalam setahun,” ujarnya.
Cuaca buruk sering terjadi. Sulit dihitung berapa kali dalam setahun.
Sudarsono mencontohkan, cuaca buruk terbaru terjadi sejak pertengahan sampai akhir Januari lalu. Saat itu hanya sebagian kecil nelayan yang berani melaut akibat angin kencang dan gelombang tinggi. Akibatnya, perolehan ikan nelayan menjadi jauh berkurang dibandingkan dengan saat cuaca kondusif.