Banjarmasin Perluas ”Diet Plastik” ke Pasar Tradisional
Setelah hampir tiga tahun berhasil menerapkan diet plastik di ritel atau pasar modern, Pemerintah Kota Banjarmasin mulai menerapkan diet plastik di pasar-pasar tradisional di Kota Banjarmasin. Ini menjadi upaya untuk terus mengurangi sampah plastik yang mencemari lingkungan.
Oleh
Jumarto Yulianus
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Setelah hampir tiga tahun menerapkan ”diet plastik” di ritel atau pasar modern, Pemerintah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, memperluas program itu ke pasar-pasar tradisional. Hal ini menjadi upaya untuk terus mengurangi sampah plastik yang mencemari lingkungan.
Penerapan diet plastik di pasar tradisional diresmikan oleh Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina di Pasar Teluk Dalam Muara, Banjarmasin, Kamis (14/2/2019). Pemkot Banjarmasin membagikan 5.000 bakul purun (keranjang) sebagai pengganti kantong plastik kepada pedagang dan pembeli di pasar tersebut.
Ibnu Sina mengatakan, selain Pasar Teluk Dalam Muara, satu pasar tradisional lain yang menjadi percontohan diet plastik adalah Pasar Pandu di Kecamatan Banjarmasin Timur.
”Kami sudah melakukan uji coba selama enam bulan di dua pasar tradisional tersebut. Para pedagang dan pembeli di kedua pasar itu mendukung kebijakan pengurangan kantong plastik sehingga ini akhirnya bisa diterapkan,” katanya.
Sebelum di pasar tradisional, penerapan diet plastik terlebih dahulu dilakukan di ritel atau pasar modern di Banjarmasin. Penerapan kebijakan itu berdasarkan Peraturan Wali Kota Banjarmasin Nomor 18/2016 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik. Peraturan itu diberlakukan pada 1 Juni 2016.
Awal pekan lalu, Pemkot Banjarmasin juga mencanangkan gerakan membawa wadah minuman atau tumbler untuk mengurangi sampah plastik. Penggunaan wadah minuman diperkirakan bisa mengurangi sekitar 1,2 ton sampah plastik per hari.
”Volume sampah di Kota Banjarmasin mencapai 600 ton per hari. Dari jumlah tersebut, 15 persen adalah sampah plastik. Dengan gerakan-gerakan semacam ini, sampah plastik diharapkan bisa berkurang 3-5 persen,” tutur Ibnu Sina.
Menurut Wali Kota, gerakan pengurangan sampah plastik di Banjarmasin harus menjadi gerakan bersama. Warga yang berbelanja di pasar modern ataupun pasar tradisional diharapkan sudah mulai mengurangi penggunaan kantong plastik dan disarankan menggunakan tas belanja ataupun bakul purun.
”Bakul purun terbuat dari bahan ramah lingkungan dan bisa dipakai berkali-kali sebagai wadah berbelanja. Dengan menggunakan bakul purun yang merupakan produk lokal, masyarakat akan menghidupkan usaha kerajinan bakul purun,” ujarnya.
Husnul Jannah, warga Banjarmasin yang berbelanja di Pasar Teluk Dalam Muara, mendukung kebijakan pengurangan kantong plastik yang mulai diterapkan di pasar tradisional. ”Saya setuju saja pakai bakul purun. Ini bagus untuk mengurangi sampah plastik dan juga bersifat ramah lingkungan,” ucapnya.
Selama ini, Husnul mengatakan memang jarang membawa tas belanja saat berbelanja ke pasar tradisional karena pedagang di pasar masih menyediakan kantong plastik. ”Kalau belanja ke pasar, kadang-kadang saja bawa kantong dari rumah. Tetapi, kalau belanja ke minimarket, pasti bawa kantong sendiri,” ujarnya.
Menurut Emma, penjual daging sapi di Pasar Teluk Dalam Muara, komoditas dagangan tertentu tetap perlu dibungkus pakai kantong plastik, seperti daging sapi, daging ayam, dan ikan.
”Kalau tidak boleh pakai kantong plastik sama sekali, bagaimana membungkusnya. Tidak mungkin daging atau ikan langsung dimasukkan ke bakul purun. Ini barang basah,” tuturnya.
Pada prinsipnya, kata Emma, ia dan para penjual daging lainnya mendukung kebijakan pengurangan kantong plastik. Namun, pengurangan jangan sampai jadi pelarangan seperti yang diterapkan di pasar modern. ”Kami juga akan membatasi penggunaan kantong plastik. Untuk membungkus daging tidak perlu lagi dua lapis, tetapi cukup satu lapis saja,” ujarnya.
Ibnu Sina memastikan diet plastik di pasar tradisional tidak sama dengan diet plastik di pasar modern. ”Di pasar tradisional, semangatnya adalah pengurangan, bukan pelarangan. Jadi, sedapat mungkin masyarakat mengurangi penggunaan kantong plastik dan lebih menggunakan pembungkus yang ramah lingkungan, misalnya daun pisang,” katanya.