Warga Harap Pembangunan Waduk Dipercepat
JAKARTA, KOMPAS – Keberadaan waduk di aliran Kali Cipinang, Jakarta Timur, dinilai efektif mengatasi banjir. Warga setempat berharap Pemerintah Provinsi DKI mempercepat pembangunan waduk karena jalannya pembangunan waduk dinilai lambat belakangan ini.
Safinar (58), warga RT 04 RW 06, Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur mengatakan, areal permukiman setempat merupakan wilayah rawan banjir karena luapan air Kali Cipinang. Banjir yang selalu datang terutama saat hujan deras tingginya bisa mencapai 1-1,5 meter.
“Akan tetapi, wilayah ini sudah aman dari banjir sejak Waduk Kampung Rambutan dibangun,” kata Safinar saat ditemui di rumahnya, Rabu (13/2/2019). Banjir yang biasanya memenuhi jalan dan rumah-rumah sudah tidak pernah datang kembali. Adapun rumah Safinar berseberangan dengan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Tanah Merdeka yang berbatasan langsung dengan Waduk Kampung Rambutan.
Baca juga : Terhambat Lahan, Naturalisasi Mulai Dari Waduk Situ
Rencana dan tahap awal pembangunan waduk di aliran Kali Cipinang itu telah dimulai pada 2014. Pembangunan waduk itu bertujuan untuk mengatasi banjir di wilayah permukiman padat yang berada di bantaran Kali Cipinang. Alur sungai yang mulanya berkelok-kelok dan sempit tidak bisa menampung air terutama saat hujan deras.
Pembangunan waduk dimulai dengan memotong alur sungai, kemudian membendung aliran kali untuk dialirkan ke alur baru yang lebih lebar. Alur sungai lama lebarnya sekitar dua meter menyerupai selokan, sedangkan alur baru dibuat lurus, lebarnya sekitar 10 meter. Lahan permukiman di sekitarnya pun dibebaskan, dijadikan ruang publik dan taman.
Menurut Safinar, pembangunan waduk sempat terhenti pada 2017. Lahan kosong di tepi aliran waduk ditumbuhi rerumputan yang tingginya hampir satu meter. Warga pun merasa khawatir pembangunan yang mangkrak mengancam kembalinya banjir di wilayah itu. Padahal, mereka ingin sekali waduk tersebut lekas selesai.
“Pembangunan baru dimulai lagi pada 2018,” ujar Safinar. Sejumlah alat berat dan truk lalu lalang di jalan permukiman yang lebarnya 3-5 meter. Pada masa awal, pekerjaan utama yang dilakukan adalah mengeduk rerumputan yang sudah rimbun. Selanjutnya, alat-alat berat mulai menggali lahan waduk.
Menurut dia, belum ada perkembangan signifikan sejak pembangunan terhenti. “Alat berat yang menggali kelihatannya di situ-situ saja, enggak berpindah tempat,” kata dia.
Baca juga : Warga Berharap Waduk Rambutan Segera Diselesaikan
Pada Rabu siang, sekitar lima alat berat beroperasi di waduk yang berbatasan dengan Terminal Kampung Rambutan itu. Kelima alat berat itu menggali tanah di lahan yang bersebelahan dengan ruang tunggu Terminal Kampung Rambutan. Dari lokasi itu, lahan masih membentang sekitar 200 meter menuju titik akhir sementara, yaitu di belakang Taman Waru.
“Saya berharap, pembangunan waduk cepat selesai, agar wilayah ini benar-benar terbebas dari banjir,” kata Marudin (58), warga RT 07 RW 06, Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Menurut dia, pembangunan waduk yang belum rampung ini telah terbukti mengurangi banjir. Ia berharap, fungsinya bisa optimal setelah pembangunan tuntas.
Manfaat Waduk Kampung Rambutan juga dirasakan warga di Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Arudin Simanjuntak (48), warga setempat mengatakan, Jalan Raya Ciracas yang ada di hadapan rumahnya sudah tidak pernah banjir sejak waduk itu dibuat. Jalan yang dilintasi Kali Cipinang itu rawan banjir dari luapan sungai. Dahulu, setiap hujan deras, banjir di jalan mencapai 70 centimeter (cm) dan berakibat pada kemacetan.
Di sisi Jalan Raya Ciracas, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga membangun Waduk Kaja. Waduk berada di lingkungan kompleks Pemadam Kebakaran dan beberapa permukiman. Luas waduk itu jauh lebih kecil dari Waduk Kampung Rambutan.
Pembangunan waduk masih berlangsung pada Kamis siang. Sebuah alat berat tampak beroperasi. Di lokasi yang sama, sebanyak dua pekerja pun tengah membeton bibir waduk.
Namun, keberadaan Waduk Kaja belum memberikan dampak signifikan. Warga permukiman di belakang waduk belum terbebas dari banjir. Banjir masih terjadi di antaranya di RT 02, 04, 08, 09, dan 13, RW 02, Kelapa Dua Wetan.
Prioritas
Secara terpisah, Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Teguh Hendrawan memprioritaskan pembangunan lima waduk hingga tuntas pada 2019. Lima waduk utama itu adalah Waduk Kampung Rambutan, Waduk Kaja, Waduk Sunter Selatan, Waduk Cimanggis, serta revitalisasi Pintu Air Manggarai hingga Jembatan Pejompongan.
"Pembangunannya sudah berjalan sejak 2017 dan tahun 2019 ini sudah masuk dalam proses penataan serta komponen apa saja yang akan kami masukan di sana," ucapnya di Kantor Balai Kota, Jakarta.
Teguh menuturkan, proses pembangunan waduk tidak menggunakan sistem betonisasi, tetapi menggunakan komponen yang ramah lingkungan. Oleh sebab itu, Dinas SDA masih memikirkan komponen apa saja yang diperlukan untuk pembangunan waduk. "Contohnya tanaman yang kira-kira cocok ditanam di sekitar waduk masih perlu kami pikirkan dan diskusikan dengan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dan Dinas Kehutanan DKI Jakarta," katanya.
Dinas SDA DKI Jakarta menerapkan konsep naturalisasi dimulai dari waduk dan embung guna mengurangi intensitas banjir. Namun, saat ini masih ada kendala pembebasan lahan dalam proses pembangunan.
"Seperti di Waduk Cimanggis masih ada sekitar empat sampai enam bidang lahan yang belum dibebaskan. Kemudian di wilayah Waduk Kampung Rambutan masih ada sekitar sembilan bidang lahan yang belum dibebaskan," ujarnya.
Adapun alokasi anggaran waduk secara keseluruhan sebesar Rp 39 miliar pada 2019. Diharapkan, dengan anggaran sebesar itu, lima waduk prioritas ini bisa selesai pada 2019. "Pengerjaan fisik di lapangannya harus selesai dan fungsinya juga sudah harus berjalan pada 2019. Nantinya, jangan dianggap hanya lima waduk ini saja yang dibangun, tetapi masih ada sekitar 111 waduk, situ, dan embung yang mesti dikerjakan lagi," kata dia.
Teguh mengatakan, sejumlah waduk lain yang akan dikerjalan selanjutnya, yaitu Waduk Grogol, Waduk Tomang, dan Waduk Brigif. Ia berharap, waduk-waduk itu bukan sekadar penangkal banjir, melainkan bisa dimanfaatkan untuk menampung cadangan air baku bagi warga Jakarta.