Magis Solskjaer Terkubur dalam Sunyi Teater Impian
Suasana sunyi Old Trafford mengubur magis pelatih interim Ole Gunnar Solskjaer yang menelan kekalahan pertamanya sejak Desember 2018.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MANCHESTER, SELASA — Legenda Manchester United, Sir Alex Ferguson, sering menyampaikan bahwa Stadion Old Trafford lebih mirip seperti kuburan daripada markas sebuah klub besar. Suasana sunyi dalam stadion berkapasitas 75.000 orang itu pula yang mengubur magis pelatih interim Ole Gunnar Solskjaer dengan kekalahan pertamanya sejak Desember 2018.
MU kalah 0-2 dari Paris Saint-Germain yang tampil tanpa Neymar dan Edinson Cavani pada leg pertama babak 16 besar Liga Champions di Old Trafford, Rabu (13/2/2019) dini hari WIB.
Meskipun tampil di publik sendiri, penggemar MU kalah berisik dari sekitar 3.000 pendukung PSG yang datang langsung dari kota Paris.
Sejak awal laga, suara tabuhan drum dan nyanyian khas PSG berkumandang di stadion berjuluk teater impian tersebut.
Atmosfer itu membuat tim asuhan Thomas Tuchel tampil agresif sejak awal laga. Walaupun tanpa beberapa bintang, seperti Neymar, Cavani, dan Thomas Meunier, mereka menguasai 56 persen laga di babak pertama.
Petaka hadir bagi MU pada babak kedua. Tepatnya menit ke-53, bek PSG, Presnel Kimpembe, mencetak gol lewat sundulan tajam di dekat gawang. Dia memanfaatkan umpan dari tendangan sudut mantan pemain MU, Angel di Maria.
Setelah gol itu, PSG terus menyerang. Alhasil, 7 menit setelahnya, striker asal Perancis, Kylian Mbappe, menggandakan keunggulan tim tamu. Mbappe dengan tenang menyontek bola umpan silang mendatar dari Di Maria.
Tertinggal dua gol membuat Old Trafford semakin sunyi. Di sisi sebaliknya, pendukung PSG semakin menggila. Mereka terus bernyanyi.
Masalah besar kembali menghantui MU. Semenit menjelang bubar, menit ke-89, pemain terbaik mereka, Paul Pogba, harus keluar lapangan setelah diganjar kartu kuning kedua. MU pun kian tak berdaya karena bermain dengan 10 orang.
Satu tendangan
Pogba dan rekan-rekan tidak mampu menghasilkan peluang berarti pada laga itu. Selama 90 menit, mereka hanya bisa membuat satu tendangan ke arah gawang.
Reporter MU, Matthew Howarth, melaporkan, pendukung tuan rumah sudah berjalan keluar stadion bahkan sebelum Pogba mendapatkan kartu merah. Saat pertandingan belum berakhir, kursi-kursi di sekitar Solskjaer sudah kosong.
Sunyinya Old Trafford seperti mengingatkan kritik Ferguson saat masih melatih. ”Keramaian seperti mati. Sebagai tim, kami membutuhkan dukungan untuk melewati pertandingan sulit agar bisa mengangkat kami. Akan tetapi, ini justru seperti kuburan,” kata Ferguson kepada The Guardian pada 2008.
Ferguson menyayangkan suporter yang bersemangat hanya pada akhir-akhir laga. ”Ini bukan hanya sekali, tetapi dari beberapa tahun sebelumnya juga seperti ini. Bahkan ketika kami menang,” ujarnya.
Hal itu bukan pertama kali kritik terhadap penggemar MU. Sebelumnya, mantan kapten Roy Keane juga kecewa pada beberapa momen. Menurut Keane, banyak penggemar yang lebih suka menyantap roti lapis udang daripada menonton pertandingan.
Magis Solskjaer
Kekalahan ini menandai berakhirnya momen magis Solskjaer. Setelah menjalani 11 pertandingan tanpa kekalahan, akhirnya pengganti Jose Mourinho itu takluk pada laga ke-12.
”Kamu bisa mengetahui, kami tidak memainkan permainan terbaik dalam beberapa laga terakhir. Kami harus mendaki gunung ini. Namun, ini belum berakhir. Kami akan terus berkembang,” kata pelatih asal Norwegia itu.
Hasil itu membuat peluang Solskjaer menipis untuk meraih gelar musim ini. Di leg kedua, mereka akan bertandang ke Stadion Parc des Princes, markas PSG. Minimal mereka membutuhkan selisih tiga gol untuk lolos.
Kondisi tersebut diperparah dengan ketidakhadiran Pogba. Dengan kartu merah pada laga dini hari tadi, Pogba dipastikan tidak dapat tampil pada leg kedua.
Mantan bek MU, Rio Ferdinand, menyampaikan, ada yang salah dari penyerangan ”Setan Merah”. ”Ini adalah sebuah realitas. Bukan hal buruk. Akan tetapi, harus diambil pelajarannya. Solskjaer seharusnya sudah menyiapkan diri untuk akhirnya menelan kekalahan,” kata Ferdinand.
PSG di luar dugaan menampilkan performa cemerlang. Setelah Cavani dan Neymar cedera, mereka kesulitan dalam beberapa pertandingan. Salah satunya saat kalah dari Lyon, 1-2, dalam lanjutan Ligue 1.
”Saya pikir kami bermain sangat baik. Kami sangat fokus, seimbang, dan agresif. Kami menguasai pertandingan. Sangat layak kemenangan ini. Namun, laga ini 180 menit masih ada pertandingan yang harus kami jalani,” kata Tuchel.
Formasi Tuchel sangat unik. Meskipun tanpa penyerang terbaiknya, pelatih asal Jerman itu tetap memainkan formasi 4-3-3. Uniknya, penyerang sayap kanan adalah Dani Alves, yang posisi aslinya merupakan bek kanan.
Di Maria dan Mbappe menjadi penampil terbaik PSG. Di Maria yang melawan mantan klubnya tampil semangat sejak awal laga. Dia menghasilkan dua asis. Sementara itu, Mbappe hampir saja membuat timnya unggul 3-0. Namun, tendangannya ditahan oleh David De Gea.
”Kami bahagia. Akan tetapi, masih ada satu pertandingan. Kami akan mempersiapkan diri lebih baik lagi. Formasi kami hari ini sebenarnya baru. Yang mana, banyak pemain di tengah. Namun, kami sudah bisa beradaptasi,” tutur Mbappe. (UEFA.COM)