Pepatah lama berkata, banyak jalan menuju Roma. Namun, di kalangan pesepak bola, ada satu jalan yang dipercaya bisa mengantar ke kejayaan masa depan, yaitu Ajax Amsterdam. Tidak heran, akademi klub sepak bola itu disebut De Toekomst, atau Masa Depan.
Tidak banyak klub di Eropa yang berani memainkan anak-anak muda di pentas paling bergengsi para juara, Liga Champions. Ajax adalah salah satunya. Klub asal Belanda yang akan menghadapi juara bertahan, Real Madrid, adalah tim paling muda di babak 16 besar Liga Champions. Usia rata-rata pemain di tim itu adalah 24,2 tahun.
Kemudaan tim Ajax antara lain diwakili Matthijs de Ligt, bek yang menjadi buruan klub-klub raksasa Eropa. Meskipun usianya baru 19 tahun, ia telah ditunjuk sebagai kapten tim. Banyak pihak, memprediksi, pemain yang telah memperkuat tim nasional Belanda sejak usia 17 tahun itu adalah calon bintang masa depan Eropa.
De Ligt tidak sendirian. Banyak pemain muda Ajax akan berupaya mencuri panggung dari barisan ”bintang senja” Madrid seperti Sergio Ramos dan Luka Modric di laga itu. Salah satunya, Frenkie De Jong (21), gelandang kreatif yang disebut-sebut titisan legenda Ajax dan Barcelona, Johan Cruyff.
Tak ayal, duel ini dijuluki pentas awal dan akhir para bintang Eropa. Musim depan, De Jong akan menjadi sumber energi baru Barcelona. Gelandang jebolan Akademi Ajax itu meneruskan jejak pendahulunya seperti Cruyff, Marc Overmars, Edgar Davids, Zlatan Ibrahimovic, dan Luis Suarez, yang berlabuh ke Barca setelah ditempa di Ajax.
Setelah hengkangnya Andres Iniesta ke Jepang, Barca tidak lagi punya gelandang kreatif yang flamboyan, visioner, dan memiliki operan mematikan. Sejumlah pemain impor macam Adan Turan dan Arthur Melo didatangkan, namun belum membuahkan hasil. Upaya melirik produk lokal Barca, yakni Akademi La Masia, seperti Sergio Busquets dan Rafinha, juga kurang memuaskan.
Koneksi Ajax pun akhirnya menjadi upaya terakhir Barca mencari orkestator masa depan. De Jong pun dibeli Barca dengan harga fantastis, yaitu 75 juta euro atau Rp 1,1 triliun. Dia menjadi pemain di bawah usia 20 tahun termahal sejagat setelah Kylian Mbappe Lottin (Perancis) yang dibeli Paris Saint Germain seharga 192 juta euro atau Rp 3 triliun pada tahun lalu.
Barca memang memiliki kedekatan khusus dengan Ajax. Penulis sepak bola ternama, Simon Kuper, dalam bukunya berjudul Ajax, The Dutch, The War yang diterbitkan 2012 lalu berkata, Ajax merupakan klub sepak bola paling berpengaruh di dunia saat ini. Pengaruhnya terlihat dari sepak terjang para alumni dan bintang mudanya. La Masia, akademi paling dibanggakan di Spanyol misalnya, mereplikasi kesuksesan Akademi Ajax.
Kesuksesan Ajax dalam memproduksi barisan talenta hebat seperti Cruyff, Marco van Basten, Patrick Kluivert, De Ligt, De Jong, dan Christian Eriksen, bahkan menjadi referensi timnas Spanyol saat membangun generasi barunya yang meraih gelar juara dunia 2010 dan Eropa 2008 dan 2012.
Ajax adalah kampus sepak bola yang melahirkan paham total football ala Rinus Michels di era 1970-an hingga tiki-taka timnas Spanyol pada akhir 2000-an. “Ajax adalah batu loncatan para anak muda menjangkau dunia. Di sanalah mimpi mereka berawal,” tulis New York Times pada 2010.