Aaron Ramsey, Keberuntungan Si “Pembawa Kutukan”
Label pembawa sial dan kutukan melekat dalam pesepak bola asal Wales, Aaron Ramsey, yang baru saja mengumumkan kepindahan ke Juventus pada musim berikutnya.
Pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden; penemu perusahaan teknologi Apple, Steve Jobs; tokoh revoluisoner Libya, Moammar Khadafy; hingga diva asal Amerika Serikat, Whitney Houston; meninggal tidak lama setelah gelandang Arsenal, Aaron Ramsey, mencetak gol. Label pembawa sial dan kutukan pun melekat dalam diri pesepak bola asal Wales yang baru saja mengumumkan kepindahannya ke Juventus pada musim berikutnya.
Tuduhan kutukan Ramsey bermula pada 1 Mei 2011 saat mencetak gol atas sang rival Manchester United. Keesokan harinya, salah satu pria paling diburu di dunia karena terkait terorisme, Osama, ditemukan tewas setelah ditembak oleh pasukan khusus Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy Seals).
Tiga bulan setelahnya, 2 Oktober 2011, mantan pemain Cardiff itu kembali membuahkan gol. Kali ini dalam derbi London ke gawang Tottenham Hotspurs. Kurang dari 72 jam setelahnya, Steve Jobs meninggal.
Kutukan terus berlanjut. Tokoh-tokoh populer ditemukan meninggal setelah pria kelahiran 26 Desember 1990 itu mencetak gol. Di antaranya, Khadafy (20 Oktober 2011); Whitney Houston (11 Februari 2012); aktor Hollywood Paul Walker (30 November 2013); komedian Robin Williams (11 Agustus 2014); penyanyi ternama David Bowie (10 Januari 2016); dan aktor Inggris, Alan Rickman (14 Januari 2016).
Label kutukan itu membuat banyak penggemar sepak bola percaya. Namun, banyak juga yang menganggap isu-isu tersebut hanyalah sebuah kebetulan dan tidak ada hubungan dengan gol Ramsey.
Meski terkesan hanya berupa candaan, Ramsey sama sekali tidak tertarik. Menurut dia, itu adalah humor yang sangat buruk.
”Rumor itu sangat mengerikan karena menghubungkan dengan kematian seseorang,” ucapnya pada 2016.
Korelasi gol dan kematian itu memang tidak berdasar. Pria berusia 28 tahun itu sudah mencetak 79 gol untuk klub dan tim nasional Wales. Tentunya amat mudah menyambungkan kematian tokoh-tokoh populer yang memang sering terjadi.
”Saya pikir banyak juga gol saya yang tidak berhubungan dengan kematian. Tetapi, pada akhirnya, saya tidak terlalu memedulikan komedi yang sangat buruk itu,” ujarnya.
Cedera mengerikan
Ramsey sangat beruntung masih bisa bermain bola hingga sekarang. Sebab, pada 27 Februari 2010, saat usianya masih 19 tahun, dia mengalami cedera patah kaki mengerikan akibat tekel keras oleh bek Stoke City, Ryan Shawcross.
Kala itu, dia harus dibawa ke rumah sakit untuk langsung menjalani perawatan. Dokter tidak yakin kapan cederanya bisa pulih. Semua penggemar sepak bola, bahkan dirinya, mengira hari itu adalah pertandingan terakhirnya.
”Saya tidak mengira akan bisa bermain lagi saat melihat kaki saya,” kata Ramsey.
Baca juga : Kawah Candradimuka Bintang Masa Depan Eropa
Tanpa disangka, setelah sembilan bulan menjalani pemulihan, Ramsey kembali ke lapangan. Seusai itu, dia dipinjamkan ke Notthingham Forrest dan Cardiff selama beberapa bulan. Setelah itu, dia dipulangkan ke Arsenal pada Februari 2011 dan menjalani beberapa pertandingan bersama tim asal London Utara itu.
Namun, kesialan belum berakhir baginya. Pada akhir 2011, Pelatih Timnas Wales Gary Speed, yang merupakan mentor Ramsey, ditemukan bunuh diri. Saat itu, Ramsey terlihat sedikit kehilangan motivasi bermain akibat kehilangan legenda Wales yang memberinya jabatan kapten timnas tersebut.
Sesudah kesialan yang menimpa, Ramsey menuai keberuntungan untuknya dan Arsenal. Puncaknya pada musim 2013/2014, gelandang box to box tersebut mencatatkan 10 gol dan 9 asis untuk Arsenal di Liga Inggris. Saat itu hanya gelandang Manchester City, Yaya Toure, yang mampu mengimbangi kesuburannya.
Musim itu juga, Arsenal membuka puasa gelar setelah tidak memenangi kompetisi apa pun sejak 2005. Ramsey menjadi penentu gelar Piala FA untuk Arsenal lewat golnya pada menit ke-109, babak tambahan waktu, sehingga membuat Arsenal bisa menang 3-2 dari Hull City di final.
Pesepak bola dengan jumlah 58 penampilan bersama timnas Wales itu pun menjadi bagian penting saat ”Meriam London” memenangi Piala FA pada musim 2014/2015 dan 2016/2017. Pada final FA 2016/2017, Ramsey kembali mencetak gol penentu di menit ke-79, yang membawa Arsenal juara mengalahkan Chelsea, 2-1.
Gol itu menjadikan Arsenal dan pelatih saat itu, Arsene Wenger, sebagai peraih Piala FA terbanyak sepanjang sejarah. Arsenal total meraih 13 gelar dengan tujuh gelar di antaranya disumbangkan oleh Wenger.
Baca juga: Pentas Kuda Hitam Mengejar Romansa
Prestasi di tim sama pula dengan di timnas Wales. Pada Euro Perancis 2016, dia bersama Gareth Bale membawa Wales untuk pertama kali dalam sejarah masuk ke semifinal. Meski kalah 0-2 dari Portugal, yang kemudian menjadi juara, pencapaian itu luar biasa dengan minimnya kedalaman skuad Wales.
Wenger memuji anak asuhnya itu. Menurut pelatih asal Perancis itu, permainannya menyerupai legenda Chelsea, Frank Lampard. Sebab, dia bisa menjadi pencetak gol sekaligus gelandang yang sama baiknya.
”Dia bisa bertahan, bisa menyerang, bisa mencetak gol. Apalagi yang Anda inginkan? Saya pikir masih banyak yang akan datang dari dia, masa depan Wales cerah,” kata Wenger sebelum pensiun.
Potensi besar Ramsey memang sudah terlihat sejak di Cardiff. Tak ayal, hal itu membuat dirinya diperebutkan oleh mantan Pelatih MU Sir Alex Ferguson dan Wenger. Dia nyaris bergabung ke MU sebelum akhirnya memutuskan pindah ke Arsenal.
Keberuntungan selanjutnya
Seiring kejatuhan era Wenger, beberapa pemain kepercayaan sang profesor menjadi kambing hitam. Selain Ramsey, ada juga Jack Wilshere, gelandang potensial Inggris, yang menjadi bulan-bulanan ketika Arsenal kalah ataupun mengakhiri musim tanpa gelar.
Situasi bertambah parah ketika Wenger pensiun pada akhir musim lalu. Pelatih baru asal Spanyol, Unai Emery, tidak menjadikan Ramsey sebagai rencana utama. Ujungnya, kontrak Ramsey yang berakhir pada musim panas 2019 tidak diperpanjang.
Baca juga: Real Hantui Mimpi Ajax
Pada Selasa (12/2/2019), Ramsey mengumumkan kepindahannya pada akhir musim nanti ke klub Serie A, Juventus.
Dia menyudahi jasanya di Arsenal selama 11 tahun dengan tampil sebanyak 361 pertandingan serta mencatatkan 62 gol dan 64 asis di seluruh kompetisi.
”Saya ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pendukung Arsenal yang telah mendukung sangat loyal. Saya datang sebagai remaja dan bisa diterima saat berada di atas ataupun di bawah. Dengan sangat berat, saya akan meninggalkan tim ini setelah 11 tahun,” tulis Ramsey di media sosial Instagram.
Keputusan ini sangat menguntungkan bagi Ramsey. Di usia keemasannya, dia bisa mengembalikan penampilannya di kota Turin. Apalagi, Juventus memiliki banyak pemain bintang yang bisa membantunya, seperti Cristiano Ronaldo dan Paulo Dybala.
Secara prestasi, Juventus tentunya sangat berbeda dari Arsenal. Mereka sudah lima tahun terakhir memenangi Serie A dan masuk dua kali final Liga Champions.
Ramsey akan menjalani reuni dengan mantan kiper Arsenal, Wojcieh Szczesny. Kiper utama Juventus itu sudah menyambutnya di Instagram.
”Saatnya fokus untuk meraih prestasi di tempat baru. Tidak sabar menunggu kedatanganmu,” tulis kiper asal Polandia itu.
Keuntungan lainn, Ramsey akan menjalin kontrak dengan gaji 400.000 poundsterling atau Rp 7,2 miliar per pekan bersama ”Nyonya Besar”. Jumlah gaji itu menjadikannya masuk ke daftar 10 pemain dengan gaji termahal di dunia.
Di sisi lain, pemain berambut pirang ini berjanji tetap menampilkan performa maksimalnya di sisa musim. Dia ingin membantu klub impian masa kecilnya menjuarai Liga Eropa dan menembus empat besar di Liga Primer atau zona Liga Champions.
Baca juga: Magis Solskjaer Terkubur dalam Sunyi Teater Impian
Pertanyaan pun muncul dalam kepala penggemar Arsenal di seluruh dunia. Apakah Ramsey layak disebut sebagai legenda, bersanding dengan Thierry Henry, Dennis Bergkamp, ataupun Ian Wright?
Ian Wright menjawabnya langsung. ”Dia mungkin tidak pernah mendapat apresiasi seharusnya selama di Arsenal. Tetapi, kamu harus melihat bagaimana dia bermain dengan profesionalismenya. Dia adalah salah satu pemain yang tidak pernah bersembunyi saat Arsenal berada dalam momen terburuk sekalipun,” katanya.
Kesialan Ramsey memang seperti tak ada habisnya. Namun, jalan keluarnya selalu lebih menguntungkan. Bak kata pepatah, bukankah keindahan ragam warna pelangi baru muncul setelah langit kelabu seusai hujan? (AP/AFP/REUTERS)