Kematian Tertinggi di Jatim, Tren Kasus DBD di Kediri Kini Turun
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KEDIRI, KOMPAS-Kabupaten Kediri menempati posisi teratas kasus kematian akibat demam berdarah di Jawa Timur. Namun sepanjang Februari ini tren kasus DBD di wilayah itu turun dibanding pertengahan Januari lalu. Diperkirakan, aktivitas pemberantasan sarang nyamuk yang cukup masif menjadi penyebab penurunan itu.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri jumlah pasien positif demam berdarah (DBD) selama Februari 2019 ada 21 kasus dan 1 orang meninggal. Adapun kasus demam berdarah selama Januari mencapai 424 kasus dengan jumlah korban meninggal 12 orang. Sehingga total kasus sepanjang tahun 2019 mencapai 445 dengan korban meninggal 13 orang.
“Dibanding dua pekan lalu, jumlah penderita yang dirawat di rumah sakit saat ini jauh lebih sedikit. Grafiknya terus turun,” kata Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri Nur Munawaroh, Selasa (12/1/2019).
Menurut Munawaroh angka kasus DBD tertinggi di wilayahnya terjadi pada rentang 11-19 Januari. Bahkan, pada tanggal 19 Januari ada 21 laporan kasus positif DBD dari pihak rumah sakit yang masuk. Adapun sejak 25 Januari data mulai turun. “Pada 3 Februari, misalnya, kosong. Sedang 4 Februari hanya ada 1 laporan,” ucapnya.
Dibanding dua pekan lalu, jumlah penderita yang dirawat di rumah sakit saat ini jauh lebih sedikit. Grafiknya terus turun
Meski trend kasus DBD turun, upaya pemberantasan sarang nyamuk terus digalakkan. Kegiatan ini berdampak pada angka bebas jentik yang naik meski secara perlahan. Jika pada 29 Januari angka bebas jentik masih 42,78 persen, maka 1 Februari menjadi 45,35 persen, dan 52,87 persen pada tanggal 8 Februari.
”Harapannya angka bebas jentik bisa mencapai 95 persen. Saat ini kami mengimbau masyarakat agar tidak lengah. Jangan-jangan karena kasusnya turun lalu mereka lengah,” katanya.
Munawaroh menambahkan, beberapa pekan lalu pihak Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL) Jawa Timur melakukan penelitian mengenai tingkat resistensi nyamuk Aedes aegypti di wilayah Kediri terhadap larvasida dan insektisida merek tertentu.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Politeknik Kesehatan Lingkungan (Poltekses) Surabaya, tahun lalu. “Kalau hasil penelitian Poltekes menyatakan ada nyamuk yang resisten. Sedangkan penelitian BBTKL kabarnya sudah keluar namun saya belum menerima hasilnya,” katanya.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Krisna Yekti, mengatakan, sejauh ini belum ada penelitian mengenai tingkat resistenti nyamuk Aedes aegypi di wilayahnya. Namun, ada temuan bahwa ada kematian di lokasi yang dua pekan sebelumnya dilakukan pengasapan (fogging).
Kalau hasil penelitian Poltekes menyatakan ada nyamuk yang resisten. Sedangkan penelitian BBTKL kabarnya sudah keluar namun saya belum menerima hasilnya
“Ini yang membuat kami heran. Mengapa sudah fogging, kok, malah ada penderita yang meninggal. Mungkin ada nyamuk yang tahan terhadap insektisida. Memang belum banyak fakta yang kita temukan seperti itu,” ucapnya.
Yekti juga membenarkan bahwa berdasarkan data laporan yang masuk, tren kasus DBD di wilayahnya terus menurun. Jumlah pasien di rumah sakit tidak sebanyak bulan Januari lalu. Sejak Januari hingga saat ini total kasus demam berdarah di wilayahnya mencapai 354 kasus dengan jumlah korban meninggal 5 orang.