MANADO, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Siau, Tagulandang, dan Biaro, Sulawesi Utara, terus mewaspadai erupsi efusif Gunung Karangetang yang terus berlangsung. Hingga Selasa (12/2/2019), guguran lava pijar masih berjatuhan dari puncak kawah II di sebelah utara. Pemerintah daerah pun berharap bantuan helikopter untuk mengevakuasi warga yang terisolasi.
Wakil Bupati Siau, Tagulandang, dan Biaro (Sitaro) John Palandung mengatakan, pihaknya berharap bantuan pinjaman helikopter dari Basarnas atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mengevakuasi warga ataupun mengirim bantuan logistik ke wilayah terisolasi.
Saat ini, 453 warga Desa Batubulan terisolasi akibat akses darat yang terputus karena erupsi Karangetang. Mereka pun perlu dipindahkan ke tempat lebih aman. Desa itu berada di sisi barat laut Karangetang yang menjadi jalur luncuran lava pijar.
Selama ini, Desa Batubulan sulit dijangkau melalui darat ataupun laut akibat gelombang tinggi. Rombongan Pemerintah Kabupaten Sitaro baru dapat menjangkau daratan Batubulan menggunakan kapal pada Senin lalu setelah dua hari gagal.
”Bantuan logistik berupa beras dan air bersih diangkut dengan perahu-perahu nelayan yang dapat bermanuver di gelombang tinggi,” kata John.
John mengatakan, pihaknya juga tengah menjajaki pembukaan akses baru yang dapat dilewati sepeda motor dari Batubulan menuju Nameng sejauh 3 kilometer untuk membuka wilayah terisolasi.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sitaro Bob Wuaten mengungkapkan, Pemkab Sitaro telah menyiapkan sejumlah tindakan jika terjadi erupsi dahsyat. Ia mengatakan, warga yang terisolasi di Batubulan telah diminta menjauhi radius 200 meter dari jalur guguran lava pijar.
Menurut Bob, pihaknya telah menyiapkan sejumlah titik aman bagi warga jika terjadi erupsi yang diikuti awan panas.
Lebih jauh, Bob menuturkan, aktivitas gunung yang terletak di Pulau Siau itu berfluktuasi setiap saat. ”Hari ini mungkin berkurang, tetapi guguran lava pijar yang turun dari kawah II masih terlihat,” katanya.
Menurut Bob, kerugian akibat erupsi Karangetang sebanyak Rp 30 miliar. Hal itu antara lain terdiri dari kerusakan jalan sepanjang 1 kilometer dan jembatan yang menghubungkan Desa Batubulan dan Desa Kawahang.
Kedua infrastruktur yang baru selesai dibangun dengan dana APBD Kabupaten Sitaro pada 2018 itu tertimbun material erupsi Karangetang. Tinggi material erupsi Karangetang telah mencapai 50 meter.
Masyarakat harus mewaspadai sejumlah potensi ancaman dari Karangetang, antara lain awan panas dan hujan abu.
Kerugian lain dialami warga yang perkebunan kelapa dan palanya ikut rusak akibat guguran lava pijar. Sementara itu, total pengungsi 217 orang ditampung di beberapa lokasi di Paseng dan Ondong.
Yudi Tatipang, petugas pengamat Gunung Karangetang, mengatakan, pada pemantauan kemarin, asap dari puncak kawah II tidak teramati. Namun, masih tercatat aktivitas kegempaan sebanyak satu kali dengan gerak amplitudo 10 milimeter.
”Aktivitas agak menurun dibandingkan dengan tiga hari lalu yang terjadi guguran lava pijar cukup banyak,” katanya. Meski demikian, ujar Yudi, masyarakat harus mewaspadai sejumlah potensi ancaman dari Karangetang, antara lain awan panas dan hujan abu.