Sifat Introvert Penyebab Utama Aksi Bunuh diri di NTT
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS- Dalam sepekan ada lima aksi bunuh diri dengan menggantung diri di Nusa Tenggara Timur. Sifat introvert atau perilaku menutup diri yang terlalu mendominasi diduga memicu aksi tersebut.
Kelima kasus bunuh diri itu, terjadi di lima daerah, yakni Kota Kupang, Kabupaten Manggarai, Timor Tengah Utara, Malaka, dan Lembata. Data Dinas Sosial NTT menyebutkan, selama 2018 terjadi 250 kasus bunuh diri. Kebanyakan korban berusia 16-50 tahun. Rata-rata satu pekan lima kasus bunuh diri.
Dosen Program Program Studi Psikologi Universitas Nusa Cendana Kupang, Mariana Dinah Nendissa Lerik di Kupang, Minggu (10/2/2019) mengatakan, faktor paling menentukan seseorang mengambil tindakan fatal dengan cara bunuh diri, yakni sifat introvert. Setiap orang memiliki masalah pribadi atau kelompok, tetapi tidak semua menghadapi dengan cara mengakhiri hidup.
“Sifat ini dimiliki setiap orang sejak lahir. Tetapi bagaimana orangtua sejak awal melakukan terbaik untuk mengatasi masalah introvert pada diri setiap induvidu itu. Kasih sayang dan dukungan moril orangtua, cara paling ampuh mengatasi introvert ini,”kata Mariana.
Ia mengatakan, setiap orangtua harusnya memahami masing-masing kepribadian anak sejak usia 0-5 tahun. Apakah dia seorang tertutup, suka menyendiri, penakut, kurang percaya diri, pemalas, dan suka memberontak; atau rajin, jujur, cerdas, dan suka menolong. "Sifat-sifat itu dapat terpantau sejak kecil. Jika orangtua mendeteksi sifat negatif lebih dominan, segera mungkin diberikan kasih sayang yang jauh lebih besar,”kata Mariana.
Jika orangtua membiarkan sifat negatif terutama menutup diri, kurang percaya diri, dan cepat putus asa pada diri seorang anak balita terus tumbuh mendominasi anak itu, akan sangat membahayakan kehidupan masa depan anak itu. Ia bisa jadi pembunuh, dan perampok, bahkan bisa mengakhiri hidup dengan bunuh diri seperti yang sering terjadi di NTT.
Sifat-sifat itu dapat terpantau sejak kecil. Jika orangtua mendeteksi sifat negatif lebih dominan, segera mungkin diberikan kasih sayang yang jauh lebih besar
Tentu kejadian fatal seperti ini dipicu oleh faktor-faktor eksternal, seperti putus cinta, perceraian, kehilangan benda atau binatang kesayangan, penyakit yang terus menerus mendera, gagal ujian sekolah, kesulitan ekonomi rumah tangga, gagal dalam usaha bisnis, dan seterusnya. Kesulitan eksternal seperti ini hampir semua orang mengalami, tetapi orang dengan mudah mengatasi, dan tidak harus dengan cara membunuh diri.
Kepala Dinas Sosial NTT Wilem Foni mengatakan, tidak semua orangtua memiliki kemampuan membaca sifat dan perilaku anak-anak mereka. Bahkan anak tertutup dan pendiam, cenderung dinilai anak yang baik, jujur, penurut orangtua, dan tidak nakal.
“Orangtua tidak sadar bahwa anak-anak seperti ini sangat labil kejiwaan mereka. Sumber daya orangtua terutama pemahaman tentang sifat dan karakter anak pun perlu diberikan para tokoh agama. Sebelum memasuki jenjang pernikahan, kedua pasang orangtua bisanya diberikan kursus perkawinan oleh tokoh agama. Kemungkinan masalah membaca sifat dan perilaku anak, tidak diberikan atau diberikan tetapi tidak dipahami orangtua,”kata Foni.