Mempersolek Kampung, Memberdayakan Masyarakat
Kota Tangerang terus bersolek. Terbaru, sebuah permukiman di Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Kota Tangerang, Banten, diubah menjadi perkampungan warna-warni.
Proses pengerjaan memang belum sepenuhnya rampung. Akan tetapi, warga sekitar antusias menyambut hal ini. Mereka berharap ada peluang ekonomi baru yang bisa tumbuh di lingkungan mereka.
Kawasan itu terletak di RW 011 Kelurahan Tanah Tinggi. RW yang dihuni 1.104 jiwa tersebut dilintasi jalur kereta layang (kalayang/skytrain) Soekarno-Hatta.
Tembok yang berada di terowongan jalur kalayang itu disulap menyerupai hutan dengan mural bergambar hewan dan pepohonan. Tak sampai di situ, tembok jalur kalayang itu juga dihias dengan berbagai mural bunga dan dedaunan.
Di pinggir tembok tersebut terdapat pohon-pohon setinggi pinggang. Ada kebun cabai dan sayur-mayur yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) RW 011. Inilah sekelumit gambaran tentang Kampung Kita. Warga sekitar menyebutnya KPK.
”Ini belum selesai semua. Baru 100 meter yang dihiasi mural dari target 250 meter,” kata Ketua Pelaksana Kampung Kita RW 011 Lindu Baliyanto, Minggu (10/2/2019).
Kampung Kita diresmikan oleh Wali Kota Tangerang Arief Rachadiono Wismansyah seminggu yang lalu. Dua minggu menjelang peresmian, warga dibantu lima seniman Kota Tangerang bahu-membahu mengecat tembok jalur kalayang.
”Ide awalnya sederhana. Kami ingin membentuk keguyuban antarwarga dan menjadikan ini sebagai tempat wisata baru,” kata Lindu.
Menurut Yanti (29), pedagang di dekat terowongan, setiap sore hingga malam hari ada warga yang berswafoto di kawasan itu.
Lindu melanjutkan, setelah tembok jalur kereta selesai didandani, pekerjaan selanjutnya adalah mengecat rumah warga. Tak hanya dinding, tetapi juga atap. Ada 276 rumah yang akan diwarnai.
Setelah itu, akan dibangun kios untuk pedagang kuliner. Kios itu dibangun di jalan yang berada di sisi tembok kalayang sepanjang 100 meter. Di sisi jalan terdapat selokan terbuka.
”Kami sedang berkoordinasi dengan PT Kereta Api Indonesia untuk proses pembangunan kios di jalan itu karena tanah tersebut milik mereka (PT KAI). Direncanakan, di atas selokan akan dibangun kios untuk pedagang UMKM,” kata Lindu.
Daeng Pasewang (51), warga RT 002, menanti proses pembangunan kios itu. Dia berencana mengajak remaja setempat membuat kantong-kantong parkir.
”Ini, kan, juga bisa memberdayakan remaja-remaja di sini,” kata Daeng yang juga menjabat sebagai sekretaris RT ini.
Sanuji (47), penjual gorengan yang tinggal di depan jalan yang akan dibangun kios, juga mengharapkan hal sama. Selama ini, ia berjualan di depan Kantor Lurah Tanah Tinggi. Penghasilannya tidak menentu karena harus bersaing dengan pedagang gorengan keliling. Jika kios itu selesai, ia akan ikut nimbrung berjualan di situ.
”Mudah-mudahan ketika semuanya selesai, banyak pengunjung yang datang ke sini,” katanya.
Lindu melanjutkan, Kampung Kita ditargetkan selesai sekitar empat bulan lagi. Dalam proposal perencanaan, total biaya yang dibutuhkan sebanyak Rp 1,5 miliar. Uang itu direncanakan digunakan untuk biaya cat, pembangunan kios, dan pembuatan bando jalan.
Sejauh ini, total biaya yang dikeluarkan mencapai Rp 80 juta. Uang itu berasal dari bantuan dana tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) sekitar Tanah Tinggi dan urunan warga.
”Kalau untuk gotong royong, jangan ditanya. Tadi pagi, kami gotong royong membersihkan kebun. Udah kayak tawuran saja karena saking banyaknya yang ikut,” ujarnya.
Kampung Kita di Tanah Tinggi ini kurang lebih menyerupai Kampung Bekelir yang ada di Kelurahan Babakan, Kecamatan Tangerang. Sebelum menjadi kampung tematis, Kampung Bekelir menyandang status kumuh sedang.
Pada 2017, warga Kampung Bekelir bergotong royong mengecat permukiman. Sampah yang dulunya berserakan, kini mulai terkumpul rapi. Tempat sampah yang terbuat dari bekas kaleng cat ada di setiap rumah warga. Setiap sore, sampah itu diangkut dua petugas RW.
Rumah gang sempit di RW 001 itu dipenuhi tumbuhan merambat. Rumah mereka juga dihiasi aneka mural. Pada Agustus 2017, RW 001 mendapat juara satu kategori perilaku hidup bersih dan sehat se-Kota Tangerang.
”Sesudah itu, kami mendapat bantuan dana CSR untuk terus memperbaiki Kampung Bekelir,” kata M Kholik, Ketua RW 001. Pada 2018, kampung ini juga mendapat Penghargaan Nasional Anugerah Pesona Indonesia dengan predikat Kampung Kreatif Terbaik nomor dua se-Indonesia.
Wali Kota Tangerang Arief Rachadiono Wismansyah, dalam wawancara bersama Kompas, Rabu (19/12/2018), menyatakan, Kampung Kita merupakan program untuk pemberdayaan warga. Program ini dijalankan dengan mengintegrasikan 19 organisasi perangkat daerah, mulai di tingkat lurah hingga kota. Program ini akan dikembangkan di tingkat RW.
Hingga awal 2019, baru belasan kampung tematis yang ada di Kota Tangerang. Pemerintah Kota Tangerang menargetkan Kampung Kita dilaksanakan di 300 RW.
”Dampak dari program ini, antara lain, adanya investasi yang masuk dan lingkungan menjadi bersih. Satu hal yang lebih penting, warga merasa lebih memiliki kampung dan kota mereka,” kata Arief.
(INSAN ALFAJRI)