Aplikasi “Streaming” Musik Berantas Pembajakan Lagu
Oleh
M Fajar Marta
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Aplikasi mendengarkan musik dengan cara streaming terus dikembangkan oleh perusahaan telekomunikasi Indonesia. Dengan harga berlangganan Rp 500-Rp 1.000 per hari, musisi akan mendapatkan royalti secara tetap. Pembajakan lagu juga dipercaya akan berkurang.
PT Smartfren Telecom dalam kerja sama dengan perusahaan penyedia basis data musik PT MelOn Indonesia meluncurkan aplikasi SmartMusic, Minggu (10/2/2019). SmartMusic melengkapi pilihan aplikasi streaming musik yang sudah ada seperti LangitMusik, Spotify, dan Joox. Deputy Chief Executive Officer (CEO) Smartfren Djoko Tata Ibrahim mengatakan, terdapat sekitar 6 juta lagu yang dapat diakses melalui SmartMusic.
“Kami sangat kaya dengan karya musisi Indonesia. Dari jumlah itu, 70 persennya adalah lagu karya musisi dalam negeri. Sangat kental di (genre) pop, dangdut, dan melayu,” kata Djoko.
SmartMusic yang kini masih hanya tersedia di Google Play Store memiliki 287.000 pelanggan dengan jumlah pengguna aktif sekitar 70 persen. Pelanggan dapat memilih paket berlangganan harian (Rp 1.000), mingguan (Rp 5.000), dan bulanan (Rp 15.000). Tersedia paket tiga bulan (Rp 35.000), enam bulan (Rp 65.000), serta satu tahun (Rp 120.000).
Dalam kerja sama ini, MelOn bertindak sebagai pengembang aplikasi serta penyedia basis data lagu. Total 6 juta lagu yang dimilikinya diperoleh dari kontrak dengan manajemen label. SmartMusic menjadi buah kerja sama antara MelOn dengan Smartfren untuk menjangkau pelanggan Smartfren yang pada kuartal ketiga 2018 berjumlah 10,3 juta orang.
Presiden Direktur sekaligus CEO MelOn Dedi Suherman mengatakan, SmartMusic menambah jumlah platform mendengarkan musik yang dikelola MelOn. Beberapa aplikasi streaming musik yang dikelolanya adalah LangitMusik, Indihome Music, dan Digidut. Aplikasi tersebut menggunakan basis data lagu yang sama dengan SmartMusic, tetapi masing-masing memiliki fitur khusus yang berbeda satu sama lain, misalnya lirik, mode karaoke, dan streaming video.
“Kami mengembangkan beberapa platform berbeda, tapi sumber lagunya berasal dari host yang sama. Streaming server capability basis data kami dapat dibagi sehingga lebih efisien. Tapi, kami berinvestasi cukup besar untuk mengembangkan platform. Bukan hanya membuat, tapi juga terus meng-update aplikasi dan katalog lagunya,” kata Dedi.
Kehadiran beragam aplikasi streaming musik, kata Dedi, memberikan wadah bagi musisi dari berbagai kalangan dan genre. MelOn menjalin kemitraan dengan 200 manajemen label yang tergabung dalam Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI) maupun musisi independen. Para musisi bisa mendaftarkan karya-karyanya secara mandiri maupun secara kolektif lewat perantara manajemen.
“Kami ingin mendukung musik-musik Indonesia yang belum punya wadah. Tanpa melalui perusahaan, musisi Indonesia yang ingin karyanya didengar bisa mendaftar di situs Laguku.id. Mereka tinggal upload informasi KTP, NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), nomor rekening tabungan, dan karya-karya asli mereka. Setelah masuk ke katalog kami, karya mereka sudah bisa didengarkan lewat platform yang menjadi saluran basis data lagu kami,” kata Dedi.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf mengapresiasi inisiatif pembuatan aplikasi-aplikasi streaming musik. Sebab, kecenderungan masyarakat untuk mengunduh lagu bajakan dapat dikurangi.
“Dulu, kalau mau mendengarkan lagu, orang harus susah-susah beli CD dan punya pemutarnya. Sekarang, sudah lebih mudah dan murah lewat gadget. Kalau tidak ada aplikasi yang seperti ini, masyarakat mau tidak mau akan terus membajak, sedangkan musisi susah dapat pemasukan,” ujar Triawan.
Kendati begitu, Triawan mengingatkan pengembang aplikasi untuk terus mengembangkannya secara kreatif dan kompetitif. Ia mencontohkan, Spotify dan iTunes dapat memanfaatkan algoritma untuk membuat daftar main (playlist) berdasarkan kategori seperti tahun pembuatan lagu atau genre.
Masalah lain yang perlu dipecahkan adalah penyediaan sistem data besar (big data) yang mencakup seluruh lagu Indonesia dari berbagai era. Bekraf sedang mengembangkan sistem ini yang dinamai Project Portamento.
“Sistem ini nantinya akan menyambungkan siapa pun yang terlibat dalam dunia musik, seperti pencipta, penyanyi lagu, Dirjen (Direktorat Jenderal) Pajak, dan Kemenkumham (Kementerian Hukum dan HAM). Sistem ini nantinya akan terintegrasi sehingga para musisi bisa mendapatkan laporan berapa kali lagu-lagu mereka dimainkan. Harapannya, musisi dapat menjadi bankable (mendapatkan royalti),” kata Triawan.
Masalah lain yang perlu dipecahkan adalah penyediaan sistem data besar (big data) yang mencakup seluruh lagu Indonesia dari berbagai era. Bekraf sedang mengembangkan sistem ini yang dinamai Project Portamento
Melalui MelOn, sistem serupa dapat diakses melalui sistem manajemen konten (CMS) Laguku.id. Data seperti jumlah dan lama pemutaran lagu tersedia secara waktu nyata (real time).
Masih berkembang
Presiden Direktur MelOn Dedi mengatakan, pasar streaming musik masih berkembang. Total potensi pasar di Indonesia saat ini bernilai Rp 2 triliun. Adapun jumlah penjualan akses premium streaming musik berkisar setengahnya, yaitu Rp 1 Triliun. “Sejak YouTube menggratiskan semua konten lagu, kue market share diambil besar-besaran,” kata Dedi
Selama 2018, kata Djoko, pihaknya telah membukukan pemasukan sekitar Rp 1-2 miliar dari SmartMusic. Ia menargetkan peningkatan jumlah pelanggan hingga mencapai 500.000. Menurut dia, paket langganan yang murah disertai kualitas suara yang bagus dapat menjadi penarik pelanggan.
Staf hubungan masyarakat Smartfren Yondi Hartanto mengatakan, pemasaran SmartMusic akan ditingkatkan melalui berbagai acara promosi. Segmen pasar yang ditarget adalah kelas menengah. “Selain milenial, kami juga punya target pasar yang lebih luas. Misalnya sopir truk, mereka bisa streaming selama lima sampai enam jam sehari,” kata Yondi.