Masyarakat Lebih Percaya Pers Dibandingkan Media Sosial
Oleh
IQBAL BASYARI/AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Di tengah maraknya informasi yang berasal dari media sosial, media arus utama tetap lebih dipercaya oleh masyarakat. Bahkan dalam tiga tahun terakhir, kepercayaan masyarakat kepada media arus utama cenderung terus meningkat, berbanding terbalik dengan media sosial yang cenderung terus turun.
Presiden Joko Widodo, mengutip riset dari Edelman Trust Barometer 2018, mengatakan bahwa kepercayaan publik terhadap media arus utama (pers) meningkat. Publik lebih mempercayai pers daripada media sosial.
Pada 2016 tingkat kepercayaan terhadap pers 59 persen berbanding 45 persen terhadap media sosial. Tahun berikutnya, perbandingan menjadi 58 persen : 42 persen. Tahun lalu, perbandingan mencapai 63 persen : 40 persen.
“Semakin ke sini (masyarakat) semakin tidak percaya kepada media sosial. Saya sangat gembira dengan situasi ini. Selamat kepada pers atas kepercayaan dari masyarakat,” ujar Presiden saat Puncak Peringatan Hari Pers Nasional 2019 di Grand City Convention And Exhibition, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (9/2/2019).
Semakin ke sini (masyarakat) semakin tidak percaya kepada media sosial. Saya sangat gembira dengan situasi ini. Selamat kepada pers atas kepercayaan dari masyarakat
Hadir dalam acara tersebut antara lain Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua DPD Oesman Sapta Odang, Gubernur Jatim Soekarwo, duta besar negara sahabat, serta sejumlah Menteri Kabinet Kerja. Ada pula Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo, Penanggung Jawab HPN 2019 Margiono, Ketua Umum PWI Atal Sembiring Depari, dan kalangan Pemimpin Redaksi media di Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Presiden juga menerima Penghargaan Medali Kemerdekaan Pers yang diserahkan oleh Yosep dan Margiono. Jurnalis foto Kompas, Dimitrius Wisnu Widiantoro, juga menerima anugerah Adinegoro untuk kategori foto terbaik.
Presiden menuturkan, Sejalan dengan ekspansi jaringan internet, perkembangab media sosial melompat sangat tinggi. Pengguna internet di indonesia saat ini sudah 143,26 juta jiwa atau 54,68 perswn dari total populasi. 87,13 persen mengakses layanan medsos.
Yang viral di media sosial biasanya menjadi rujukan bahkan tidak jarang media konvensional. Namun demikian menurut idelmen trust barometer 2018 media konvensional atau media arus utama tetap lebih dipercaya dibendingkan media sosial.
Presiden berharap media arus utama mempertahankan misi mencari kebenaran dan membangun optimisme. Saat pemerintah memaparkan capaian pembangunan, jangan terburu-buru dianggap kampanye atau pencitraan karena sebenarnya untuk membuat masyarakat sadar informasi.
Media massa digarapkan menjadi amplifier informasi tentang pembangunan termasuk berbagai kekurangan yang harus dibenahi bersama. Pemerintah menjamin prinsip kemerdekaan pers dan kebebasan berpendapat selama dipandu oleh tanggung jawab moral, etika, dan tata krama. Kemerdekaan pers itu juga patut sesuai dengan Undang-Undang Pers dan UU Penyiaran.
Yosep memaparkan, hingga saat ini sudah tercatat 2.400 media yang terverifikasi. Ada 15.000 jurnalis yang dinyatakan lullus uji kompetensi berbagai level yang digelar oleh 27 lembaga penguji. Namun, masih banyak perusahaan media yang belum terverifikasi dan jurnalis yang belum berkompetensi. Padahal, tugas utama jurnalis ialah menyampaikan kebenaran yang lima tahun terakhir mendapat tantangan begitu besar dari maraknya hoaks.
Yosep yang akrab disapa Stanley itu mengatakan, kalangan publik ada yang sudah tahu bagaimana memverifikasi informasi yang diterima dengan perbandingan terhadap informasi serupa di media arus utama (koran, majalah, tabloid, radio, televisi, dan laman).
Di sisi lain, jurnalis harus tetap memegang teguh dan melaksanakan kode etik secara konsisten.Kami berkewajiban untuk tetap independen, melaporkan peristiwa atau fakta sesuai hati nurani, informasi akurat dan bisa dipercaya sesuai kondisi objektif saat terjadi.
Di tahun ini di mana ada Pemilihan Umum DPD, DPR, DPRD provinsi, kabupaten. Kota, pers patut turut mengawal kontestasi. “Jangan malah sebaliknya menjadi pemain yang menyalahgunakan ketergantungan masyarakat terhadap informasi yang dibutuhkan,” ujarnya.
Yosep mengingatkan, sampai saat ini persoalan klasik kesejahteraan jurnalis belum terselesaikan. Ini pekerjaan rumah pemilik dan atau pemimpin perusahaan pers tetapi masih bisa mendapat kebijakan terobosan. Selanjutnya, harga bahan baku kertas meningkat sehingga menjebit bisnis koran. Namun, hal ini bisa diatasi jika pemerintah membantu dengan kebijakan afirmatif.
Margiono menambahkan, di dalam HPN 2019 banyak kegiatan diadakan terutama penganugerahan untuk semua pihak yang dianggap memperkuat kehidupan pers nasional. Presiden Joko Widodo mendapat Medali Kemerdekaan Pers karena dianggap tidak mencederai kemerdekaan pers dan memberi masa depan lebih baik.