Di tengah ketidakpastian ekonomi global, dunia usaha di Indonesia menghadapi tantangan revolusi industri keempat atau 4.0. Tanpa kolaborasi dan inovasi, daya saing dunia usaha Indonesia bakal tertinggal.
Oleh
Abdullah Fikri Ashri
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS – Di tengah ketidakpastian ekonomi global, dunia usaha di Indonesia menghadapi tantangan revolusi industri keempat atau 4.0. Tanpa kolaborasi dan inovasi, daya saing dunia usaha Indonesia bakal tertinggal.
Ketidakpastian global tersebut antara lain ditunjukkan dengan perang dagang antara China dan Amerika Serikat. “Pada saat yang sama, kita memasuki era revolusi industri 4.0 yang menuntut pengusaha berubah,” ujar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita saat membuka Musyawarah Provinsi VII Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Jawa Barat di Kabupaten Cirebon, Kamis (7/2/2019).
Turut hadir Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Ketua Umum Kadin Rosan Roeslani, Ketua Kadin Jabar Agung Suryamal, Penjabat Bupati Cirebon Dicky Saromi dan Wakil Wali Kota Cirebon Eti Herawati. Sekitar 400 anggota Kadin Jabar dan asosiasi pengusaha juga hadir dalam acara tersebut.
Revolusi industri 4.0 merupakan transformasi digital yang mengombinasikan kecerdasan buatan, data raksasa, komputasi awan, produk terkoneksi internet (internet of things), robotik, dan cetak tiga dimensi. Indikasi masuknya revolusi industri keempat tersebut antara lain tampak pada menguatnya perdagangan berbasis digital (electronic commerce atau e-commerce).
“Nilai e-commerce tahun depan diprediksi mencapai 55 miliar dollar AS,” ucap Enggartiasto. Saat itu, sebanyak 65 juta penduduk Indonesia diprediksi melakukan pembelian dalam jaringan (online). Apalagi, 98,6 persen pengguna interet mengenal transaksi daring.
Untuk itu, Enggartiasto meminta kepada pengusaha agar memanfaatkan platform digital dalam revolusi industri 4.0 sebagai media promosi. “Tanpa kreativitas dan inovasi, pengusaha akan tertinggal. Pemerintah pasti mengambil kebijakan untuk membangun iklim usaha yang kondusif,” ujarnya.
Jabar sebagai provinsi digital untuk menghadapi revolusi industri keempat
Tahun ini, lanjutnya, pihaknya akan fokus mengembangkan sumber daya manusia atau tenaga kerja. Salah satu caranya mengembangkan program vokasi sesuai kebutuhan industri. Dunia usaha pun akan dilibatkan.
“Pengembangan SDM merupakan prioritas kami,” ucapnya.
Ridwan Kamil menambahkan, pihaknya berkomitmen menjadikan Jabar sebagai provinsi digital guna menghadapi revolusi industri keempat. Bahkan, digitalisasi di dunia usaha telah sampai ke desa.
“Di Losarang, Indramayu, misalnya, budidaya ikan lele menggunakan teknologi e-fishery berupa pemberian makan ikan secara otomatis untuk meningkatkan produktivitas,” ujarnya.
Kamil mengajak para pengusaha di Jabar untuk bersiap menghadapi era revolusi industri keempat. Apalagi, pihaknya bersama pemerintah pusat terus membangun infrastruktur seperti Bandara Internasional Jabar Kertajati di Majalengka, Jalan Tol Cisumdawu (Cileunyi–Sumedang–Dawuan) dan Jalan Tol Cigatas (Cileunyi – Garut – Tasikmalaya). Infrastruktur tersebut untuk memudahkan mobilitas barang dan jasa.
“Saya juga akan buat diskresi. Peluang ekonomi diprioritaskan kepada Kadin Jabar. Kalau tidak sanggup, baru saya mencari (pengusaha) di luar Jabar. Kuncinya, siapa yang bisa beradaptasi, dia yang akan memenangkan pertempuran,” ungkapnya.
Ketua Kadin Jabar Agung Suryamal mengakui, revolusi industri 4.0 menjadi tantangan bagi pengusaha. “Ini akan mengusik tenaga kerja. Kalau dengan robotik, pasti tenaga kerja berkurang. Saat ini, industri otomotif sudah memasuki masa itu. Untuk itu, kami juga menggelar pelatihan untuk pengusaha dan tenaga kerja,” ujarnya.
Nilai ekspor Jabar mencapai 30,4 miliar dollar AS atau 17 persen dari total nilai ekspor nasional
Agung menilai, pemerintah seharusnya menyiapkan mekanisme agar teknologi dalam revolusi industri keempat dapat berkolaborasi dengan tenaga kerja. Apalagi, seperlima penduduk Indonesia ada di Jabar, yakni lebih dari 48 juta orang.
Dukungan terhadap dunia usaha tersebut penting sebab saat ini Jabar berkontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Nilai ekspor Jabar mencapai 30,4 miliar dollar AS atau 17 persen dari total nilai ekspor nasional.
Di bawah Jabar, Jatim berkontribusi 10,9 persen dari total ekspor Indonesia atau sekitar 19,07 miliar dollar AS. Selanjutnya, Kalimantan Timur menyumbang 10,31 persen dari total ekspor Indonesia atau sekitar 18,56 miliar dollar AS.