Penyintas Berharap Penyaluran Dana Stimulan Dipermudah
Oleh
Videlis Jemali
·3 menit baca
PALU, KOMPAS - Perbaikan rumah warga yang rusak akibat gempa, tsunami, dan likuefaksi di Sulawesi Tengah dibantu dana stimulan yang dikucurkan pemerintah. Penyintas berharap penyaluran dana tersebut tidak ribet agar perbaikan rumah dapat berlangsung cepat.
Agus (56), penyintas, menuturkan, dirinya sudah mengetahui adanya dana stimulan. “Tetapi, saya belum tahu bagaimana pencairannya. Belum ada sosialisasi. Kami inginkan agar penyaluran dana tidak ribet karena kami mau perbaiki rumah agar segera bisa ditempati lagi,” katanya saat ditemui di kompleks hunian sementara (huntara) Kelurahan Duyu, Kecamatan Tatanga, Palu, Kamis (7/2/2019).
Rumah Agus berjarak sekitar 1 kilometer dari huntara. Dinding, tiang, dan lantai rumahnya retak-retak besar. Konstruksi rumah pun sudah miring. Sejak gempa bumi empat bulan lalu, Agus dan keluarga tinggal di tenda darurat sebelum menempati huntara yang dibangun pemerintah.
“Saya pikir intinya dana itu dimanfaatkan untuk pembangunan rumah dan dilaporkan. Proses pencairannya jangan dibikin susah,” kata Zahar (43), penyintas lainnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulteng Bartholomues Tandigala menyatakan, dana stimulan disalurkan ke rekening kelompok masyarakat. Penyintas tergabung dalam kelompok berisi 10-15 orang. Mereka membuka rekening di tiga bank yang sudah ditetapkan, yakni Bank Mandiri, BNI, dan BRI.
Jumlah fasilitator ditambah dengan tenaga pengawasan saat pembangunan rumah dilakukan mencapai 1.500 orang.
Kepala Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Sulteng Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Arie Setiadi Moerwanto mengatakan, kelompok akan didampingi tim fasilitator. Tim terdiri dari profesional sipil dan Tentara Nasional Indonesia.
“Mereka bertugas untuk memverifikasi data laporan kerusakan rumah, pembentukan kelompok masyarakat, sosialisasi mekanisme penggunaan dan pertanggungjawaban dana, serta sosialisasi konstruksi rumah tahan gempa,” kata Arie.
Kemarin, para fasilitator mulai mengikuti pelatihan. Arie menyebutkan, jumlah fasilitator ditambah dengan tenaga pengawasan saat pembangunan rumah dilakukan mencapai 1.500 orang.
Anggota kelompok didasarkan pada kesamaan status kerusakan rumah, misalnya penyintas yang rumahnya rusak berat digabung jadi satu kelompok. Adapun pencairan dana dilakukan bertahap, contohnya untuk tahap pertama digelontorkan 50 persen dari total dana yang dikelola kelompok.
Arie menuturkan, pembentukan kelompok bertujuan agar penyintas bisa saling membantu dalam membangun rumah. Selain itu, dengan berkelompok, pertanggungjawaban dan pemeriksaan penggunaan dana menjadi lebih gampang.
Gempa bumi yang diikuti tsunami dan likuefaksi melanda Kota Palu, Kabupaten Sigi, Donggala, dan Parigi Moutong pada 28 September 2018. Berdasarkan data yang ditandatangani Gubernur Sulteng pada 8 Januari 2019, korban meninggal sebanyak 2.657 jiwa dan hilang sebanyak 667 jiwa. Korban terbanyak di Kota Palu, yakni sebanyak 2.142 orang meninggal dan 532 orang hilang.
Untuk kerusakan rumah, putusan gubernur menyebutkan total rumah rusak ringan, rusak sedang, rusak berat, dan hilang sebanyak 88.852 unit. Kerusakan masif terjadi di Palu dengan total 42.864 rumah.
Penyintas yang rumahnya rusak dan berada di luar zona merah (titik likuefaksi, tsunami, dan jalur sesar) mendapatkan dana stimulan untuk memperbaiki atau membangun ulang rumahnya. Masing-masing untuk kategori rusak berat (Rp 50 juta), sedang (Rp 25 juta), dan ringan (Rp 10 juta).
Sementara, penyintas yang rumahnya hilang karena likuefaksi, tsunami, dan berada di jalur sesar, pemerintah membangunkan rumah di lokasi baru yang aman.