KUTACANE, KOMPAS – Titik-titik perambahan di dalam Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) di Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh akan dipulihkan dengan konsep konservasi kemitraan. Saat ini dari 1.800 hektar target pemulihan, sebagian telah ditanami pohon kehutanan.
Konsep konservasi kemitraan dilakukan dengan cara menanami pohon kehutanan yang memiliki nilai ekonomi seperti durian, jengkol, kemiri, dan petai. Konsep ini melibatkan petani, Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL), dan LSM Forum Konservasi Leuser (FKL).
Kepala Bidang Pengelola TNGL Wilayah II meliputi Aceh Tenggara dan Gayo Lues, Karyadi, Kamis (7/2/2019) menuturkan, konservasi kemitraan dianggap sebagai jalan keluar paling tepat dalam memulihkan kawasan yang rusak karena perambahan.
Dengan konsep ini, petani diberikan hak mengelola lahan, tanpa merusak fungsi hutan. “Beberapa lokasi sudah berjalan, seperti di Alur Baning (Aceh Tenggara) seluas 93 hektar sedang dalam proses penanaman. Di Putri Beutong (Gayo Lues) sedang proses juga,” kata Karyadi.
Konsep konservasi kemitraan disepakati bersama oleh pemerintah dan petani yang membuka lahan di dalam kawasan. Sedangkan, FKL bersedia mendampingi dan membantu pengadaan bibit.
Program konservasi kemitraan diluncurkan pada 2016. Sebelumnya, BBTNGL dan aparat penegak hukum menindak perambahan di dalam kawasan taman nasional. Namun, petani melawan sehingga lahirlah jalan tengah yakni pelibatan petani dalam pemulihan kawasan. Dalam kesepakatan itu, setiap orang hanya boleh mengelola maksimal 2 hektar.
Selain di Alur Baning, kawasan yang sedang berjalan adalah Lawe Malum, Kecamatan Baburrahmah, Aceh Tenggara. Di kawasan ini 36 hektar telah ditanami pohon kehutanan. Dari pengamatan, Selasa lalu bibit yang ditanami petani mulai tumbuh setinggi 1- 2 meter. Sembari menunggu tanaman itu berbuah, petani masih dibolehkan menanam tanaman muda seperti jagung, kedelai, dan pisang.
Darmawan Ketua kelompok Tani Tenda Biru yang tergabung dalam program konservasi kemitraan mengatakan, petani mendukung program tersebut, lantaran mereka masih bisa mengelola lahan di dalam kawasan. Saat ini dia telah menanam kemiri, petai, dan durian.
Lahan itu dikelola secara turun temurun. “Kalau kemiri, durian, dan jengkol panen serentak, pendapatan petani bisa tinggi,” kata Darmawan.
Kalau kemiri, durian, dan jengkol panen serentak, pendapatan petani bisa tinggi
Manajer Lapangan Regional Aceh Tenggara Forum Konservasi Leuser (FKL) Faisal Selian mengatakan, konservasi kemitraan diharapkan mampu memulihkan TNGL yang dirambah dan membuat petani lebih sejahtera.
Jumlah bibit yang sudah ditanam 6.400 batang jenis pohon campuran. Target pemulihan hingga 2023 seluas 1.800 hektar. Menurut Faisal, saat ini tim FKL sedang memverifikasi pengelola lahan di TNGL yang masuk dalam target pemulihan tersebut.