JAKARTA, KOMPAS - Salah satu perusahaan pembiayaan papan atas di Indonesia, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk, menetapkan target pertumbuhan pendanaan pada kisaran 5-10 persen. Target konservatif ini ditetapkan berdasarkan asumsi suku bunga kredit naik pada 2019.
Direktur Utama PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) Hafid Hadeli seusai peluncuran program Harcilnas di Jakarta, Kamis (7/2/2019), mengatakan, target pertumbuhan tersebut jauh lebih rendah dari pencapaian pertumbuhan pendanaan pada 2018. Pada 2018, pertumbuhan pendanaan mencapai Rp 38,2 triliun atau tumbuh 17 persen.
Menurut Hafid, tantangan pertumbuhan bagi perusahaan pembiayaan adalah suku bunga perbankan akan meningkat pada 2019. Kenaikan itu merupakan dampak penyesuaian dari kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
“Kenaikan suku bunga akan memengaruhi kemampuan calon nasabah untuk membayar cicilan pinjaman. Target kami pada 2019 memang lebih konservatif,” kata Hafid.
Hafid melanjutkan, sekalipun target pertumbuhan melambat, minat masyarakat untuk mengajukan permintaan pembiayaan akan tetap terjaga melalui pembelian kendaraan otomotif. Dengan demikian, komposisi pembiayaan pada 2019 tidak akan berubah jauh dibandingkan dengan 2018.
Adira Finance mencatat, realisasi pembiayaan mencapai Rp 38,2 triliun atau naik 17 persen pada 2018. Komposisi pembiayaan terdiri dari barang elektronik sebesar 2 persen, kendaraan roda dua 54 persen, dan kendaraan roda empat 44 persen.
Pembiayaan bagi portofolio kendaraan baru dan bekas secara umum meningkat. Namun, pembiayaan paling tinggi berasal dari portofolio mobil baru yang tumbuh hingga 26 persen. Sedangkan pembiayaan motor baru juga tumbuh 20 persen.
Adira Finance memiliki rasio pembiayaan bermasalah (NPF) gros sebesar 1,7 persen per Desember 2018. NPF neto dinyatakan berada di bawah 1 persen. “Kami perkirakan NPF hanya akan berubah 0,1-0,2 persen pada 2019,” ucap Hafid.
Pendanaan Adira diproyeksikan mencapai Rp 40-41 triliun pada 2019. Kebutuhan pendanaan berasal dari kredit sindikasi off-shore, kredit bank lokal, dan obligasi lokal. Obligasi mendominasi pendanaan Adira hingga 50 persen.
Direktur Penjualan, Pelayanan dan Distribusi PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk Niko Kurniawan menyampaikan, Adira Finance berupaya menarik minat konsumen dengan berbagai program, salah satunya adalah dengan menghapus cicilan 1.000 konsumen dengan catatan kredit yang sehat pada 2019.
Uang muka nol persen
Hafid menyampaikan, Adira Finance belum berencana untuk menerapkan program uang muka nol persen bagi konsumen. “Kami masih mempertimbangkannya. Namun, pemberian uang muka nol persen harus melihat kredibilitas konsumen,” tuturnya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelumnya merilis Peraturan OJK Nomor 35/POJK.05/2018 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan. Salah satu poin yang tertera dalam aturan adalah perusahaan diberi keleluasaan menyalurkan pembiayaan kendaraan bermotor kepada debitur dengan ketentuan uang muka nol persen.
Syaratnya adalah perusahaan pembiayaan memiliki rasio pembiayaan bermasalah (NPF) neto untuk pembiayaan kendaraan bermotor sama dengan atau di bawah 1 persen.
Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non Bank (IKNB) 2B Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bambang W Budiawan mengatakan, aturan dibuat untuk mendorong pertumbuhan perusahaan pembiayaan. Piutang perusahaan pembiayaan ditargetkan tumbuh 9-11 persen pada 2019.