Lutung yang Tertangkap di Kampus Probolinggo Segera Masuk Rehabilitasi
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Seekor lutung jawa yang tertangkap di area Kampus Institut Ilmu Keislaman Zainul Hasan Probolinggo, Jawa Timur, segera masuk pusat rehabilitasi Javan Langur Center-The Aspinall Foundation Indonesia di Coban Talun, Batu. Lutung tersebut akan melalui sejumlah tahapan rehabilitasi sebelum dilepasliarkan kembali ke alam bebas.
”Posisi lutung pada Rabu siang masih di Probolinggo dan Rabu sore ini akan diantar ke sini,” ujar Manajer Proyek Javan Langur Center (JLC)-The Aspinall Foundation Indonesia Iwan Kurniawan, Rabu (6/2/2019).
Senin (5/2/2019) siang, sekor lutung (Trachypithecus auratus) masuk ke area kampus dan ditangkap oleh pihak Kampus Institut Ilmu Keislaman Zainul Hasan. Sebelumnya, selama beberapa hari, lutung itu berkeliaran di sekitar pepohonan di sekitar kampus. Diduga, primata dilindungi itu merupakan hewan peliharaan salah satu warga yang lepas.
Menurut Iwan, begitu sampai di JLC, lutung tersebut akan segera mengikuti proses observasi di kandang karantina selama beberapa hari guna penyesuaian kondisi lingkungan, termasuk makanan. Setelah itu, lutung akan mengikuti tahapan lain, sampai akhirnya siap dilepaskan ke alam.
Di JLC masih ada 17 lutung. Menurut rencana, beberapa ekor di antaranya akan segera dilepasliarkan ke alam pada April mendatang. JLC biasanya melepasliarkan lutung di hutan lindung Malang selatan dan Batu. Sejak 2012, JLC telah melepasliarkan 78 lutung. Sampai saat ini terpantau sedikitnya ada 25 kelahiran bayi lutung.
Dari ke-25 bayi lutung itu, 11 ekor ada di hutan Coban Talun, Batu, dan sisanya 14 ekor di sekitar hutan lindung Kondangmerak, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Menurut Iwan, ke-25 lutung itu yang terpantau. ”Jadi kemungkinan lebih,” ucapnya.
Menurut Iwan, keberhasilan dalam pelepasliaran sangat bergantung pada kondisi lingkungan, baik menyangkut ketersediaan pakan maupun minimnya gangguan terutama dari aktivitas perburuan. Hutan di wilayah Malang selatan masih cukup lebat. Adapun aktivitas perburuan di daerah setempat terus berkurang.
Untuk mengurangi aktivitas perburuan ini, upaya sosialisasi dan pendampingan terhadap masyarakat terus dilakukan. ”Sosialisasi yang normatif, masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri, bukan seperti itu yang kami lakukan. Memang ada cara sosialisasi langsung. Tetapi, ada juga tenaga anak-anak lokal yang kami libatkan dalam proses monitoring,” tuturnya.
Sosialisasi yang normatif, masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri, bukan seperti itu yang kami lakukan. Memang ada cara sosialisasi langsung. Tetapi, ada juga tenaga anak-anak lokal yang kami libatkan dalam proses monitoring.
Menurut Iwan, di satu sisi upaya pelepasliaran membuahkan hasil, tetapi kegiatan penangkapan terhadap lutung juga masih berlangsung. Ia mencontohkan, lutung yang tertangkap di salah satu kampus di Probolinggo merupakan salah satu bukti bahwa hewan liar itu masih ada di masyarakat.
Adanya penangkapan lutung di area Kampus Institut Ilmu Keislaman Zainul Hasan Probolinggo itu dibenarkan oleh pendiri Profauna Indonesia, Rosek Nursahid. Setelah berhasil mengevakuasi, menurut Rosek, lutung itu langsung diserahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam.