JAKARTA, KOMPAS — Jumlah penderita demam berdarah dengue di Jakarta Selatan merupakan yang tertinggi di seluruh wilayah Jakarta. Rumah sakit umum daerah meningkatkan layanan untuk menghindari lonjakan pasien.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat, pada 1 Januari-4 Februari 2019, kasus demam berdarah dengue (DBD) terbanyak ditemukan di Jakarta Selatan, yakni 297 kasus. Sementara di Jakarta Timur sebanyak 248 kasus, Jakarta Barat 233 kasus, Jakarta Utara 57 kasus, dan Jakarta Pusat 43 kasus.
”Perawat di IGD (Instalasi Gawat Darurat) kami tambah. Dalam satu kelompok tugas perawat biasanya 8 orang, saat ini 10 orang,” kata Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUD Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jhon Marbun pada Rabu (6/2/2019).
Selain itu, jumlah perawat yang melayani pasien dalam satu ruangan juga ditambah. Biasanya, dalam satu ruangan ditugaskan tiga perawat. Sejak akhir Desember 2018, satu ruangan rawat inap ditangani lima perawat.
Untuk mengantisipasi antrean yang membeludak, pihak RSUD Pasar Minggu juga menambah jumlah kasur di IGD yang sebelumnya hanya 10 menjadi 50 kasur.
Berdasarkan catatan RSUD Pasar Minggu, total pasien rawat inap DBD pada Januari 2019 sebanyak 250 pasien. Angka itu melonjak jika dibandingkan dengan Januari 2018 yang hanya 23 pasien. Sementara total pasien rawat inap DBD pada 1 Januari-6 Februari 2019 sebanyak 279 pasien.
”Pasien yang dirawat inap hari ini ada 19 pasien anak dan 27 pasien dewasa. Tidak ada pasien meninggal akibat DBD. Pasien rata-rata berasal dari Pasar Minggu, Cilandak, Jagakarsa, dan Ragunan,” ucap Jhon.
Karena pasien DBD terus bertambah, Jhon memastikan stok darah cukup untuk pasien DBD yang membutuhkan transfusi darah. Pihak rumah sakit meminta stok tambahan dari Palang Merah Indonesia melebihi jumlah pasien. RSUD Pasar Minggu hingga Rabu memiliki stok darah sebanyak 215 kantong di bank darah rumah sakit.
Tertular
Rata-rata pasien tertular DBD dari tetangga atau lingkungan sekolah. Salah satunya Nurli (6), peserta didik taman kanak-kanak (TK) di Pancoran. Latifah (44), ibu Nurli, mengatakan, tetangganya sudah ada yang dirawat terlebih dahulu. ”Selain tetangga, teman di TK juga ada yang sakit DBD satu orang,” lanjutnya.
Sebelum dirujuk ke rumah sakit, Nurli mengalami demam tinggi selama tiga hari. Setelah itu, Latifah membawa Nurli ke puskesmas dan diberi obat. Demam berhenti dua hari, setelah itu Nurli demam lagi.
”Baru setelah itu dirujuk ke rumah sakit. Setelah ada yang DBD beberapa orang di sekitar rumah, baru ada fogging (pengasapan),” kata Latifah. (SUCIPTO)