Kisah cinta bak negeri dongeng antara seorang bangsawan dan perempuan jelata bukan saja terjadi di dunia Barat. Pada 1800-an, di Jawa Tengah seorang pangeran keturunan Kerajaan Mataram pun menjalin cinta dengan seorang gadis Tionghoa yang diabadikan dalam sebuah monumen, yakni Pabrik Gula Tjolomadoe di Surakarta.
Adalah penguasa Kepangeranan, Pura Mangkunegaran, yakni Kanjeng Gusti Mangkunegara IV, yang menjalin kisah kasih dengan Nyi Pulungsih, anak gadis keluarga Kapitan Cina Semarang, Bhe Biauw Tjwan. Kisah tersebut berakhir dengan happy ending, bahkan kenangan tersebut diabadikan, salah satunya dalam tradisi cembengan di pabrik gula di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Kasimin (60), pembantu juru kunci makam Nyi Pulungsih alias Nona Bhe, yang ditemui tim peliputan harian Kompas di Kampung Malangjiwan, tak jauh dari Museum de Tjolomadoe di Surakarta, menceritakan, betapa peziarah masih secara rutin mengunjungi makam Nyi Pulungsih.
”Setiap cembengan pekerja dan warga dari sekitar Colomadu dan Tasikmadu masih ziarah. Banyak juga orang yang ingin maju kariernya juga berziarah menghormati leluhur di sini,” kata Kasimin yang tinggal di seberang kompleks makam Nyi Pulungsih dan para kerabat Pura Mangkunegaran.
Di sebelah makam Nyi Pulungsih yang diselubungi kelambu, terdapat dua makam di sisi kanan dan kiri. Makam tersebut terawat baik dalam sebuah bangunan permanen.
Upacara cembengan di lingkungan pabrik gula tersebut merupakan akulturasi dari upacara cengbeng (Mandarin: Qing Ming) atau ziarah kubur leluhur dalam tradisi Tionghoa yang diadopsi dalam tradisi lokal di masyarakat Jawa. Tradisi cembengan diadakan para pekerja dan warga sekitar pabrik gula sebelum musim giling tebu.
Upacara diawali dengan mengunjungi makam leluhur yang dihormati yang sejarahnya diawali dengan mengunjungi makam Nyi Pulungsih. Tak jauh dari makam tersebut terdapat patung dada (bust) Mangkunegara IV yang terletak di seberang Museum de Tjolomadoe.
Upacara cembengan di lingkungan pabrik gula tersebut merupakan akulturasi dari upacara cengbeng (Mandarin: Qing Ming) atau ziarah kubur leluhur dalam tradisi Tionghoa yang diadopsi dalam tradisi lokal di masyarakat Jawa.
Salah seorang keturunan Mangkunegara IV yang juga penulis buku-buku sejarah, Daradjadi Gondodiprodjo, mengatakan, Nyi Pulungsih menjadi jembatan kedua pihak sehingga ayahnya, yakni Bhe Biauw Tjwan, mau membantu menantu sekaligus sahabatnya, yaitu Mangkunegara IV, dalam merintis pendirian Pabrik Gula Tjolomadoe. Bantuan tersebut berupa permodalan yang diberikan kepada Mangkunegara IV sehingga berhasil mendirikan Pabrik Gula Tjolomadoe pada 1861 dan diikuti Pabrik Gula Tasikmadu di Karanganyar pada 1871.
Menurut Daradjadi, Mangkunegara IV adalah salah satu peletak modernisasi Mangkunegaran dan masyarakat di wilayahnya yang mencakup daerah Wonogiri dan Sukawati. ”Ketika Perang Diponegoro, beliau masih Aspirant Kadet dan bertempur melawan Diponegoro meski hati kecilnya setuju dengan gagasan Diponegoro, yakni melawan Belanda. Namun, cara perlawanan yang dilakukan Mangkunegara IV adalah membangun kemandirian di bidang pendidikan, ekonomi, dan militer,” kata Daradjadi.
Kemandirian ekonomi diraih dengan modernisasi ekonomi, yakni melalui Pabrik Gula Tjolomadoe dan Tasikmadoe yang menjadikan Pura Mangkunegara makmur dan mampu menyediakan berbagai kebutuhan dasar kawula atau rakyat Mangkunegaran kala itu. Bahkan, Raja Siam dari Dinasti Chakri, yakni Raja Rama V atau Raja Chulalangkorn, tercatat tiga kali datang ke Pura Mangkunegara.
Hasil ”studi banding” tersebut adalah pembangunan irigasi, persawahanan modern, jalur kereta api, dan agrobisnis modern yang dinikmati Thailand saat ini. Bahkan, kini Thailand mengekspor beras ke Indonesia, negeri yang pernah menjadi tempat belajar pengelolaan pertanian.
Kemandirian ekonomi diraih dengan modernisasi ekonomi, yakni melalui Pabrik Gula Tjolomadoe dan Tasikmadoe yang menjadikan Pura Mangkunegara makmur dan mampu menyediakan berbagai kebutuhan dasar kawula atau rakyat Mangkunegaran kala itu.
Masa keemasan Pura Mangkunegaran di medio akhir 1850-1890 itu ditandai dengan beroperasinya pabrik gula di wilayah Mangkunegaran dan relasi perkawinan serta pertemanan Mangkunegara IV di wilayah Swapraja (Vorstenlanden) dengan Kapitan Cina Bhe Biauw Tjwan yang berbisnis di kota pelabuhan utama, Semarang, yang di masa silam adalah pelabuhan utama Mataram era Keraton Kartasura.
Hubungan Pura Mangkunegaran dengan para tokoh Tionghoa, menurut Guru Besar Sejarah Universitas Negeri Semarang (Unnes) Jawa Tengah, Wasino, tidak terlepas dari hubungan perjuangan Pangeran Samber Nyawa atau Raden Mas Said yang bertempur bersama Raden Mas Garendi atau Sunan Kuning dan Kapitan Cina Sepanjang alias Ki Panjang dalam Perang Geger Pacinan (1740-1743) melawan kekuasaan VOC.
”Ingatan kolektif dan kesadaran trah Mangkunegaran dalam menjaga relasi sosial itu dijaga turun-temurun. Tidak heran keluarga besar Mangkunegaran memiliki pergaulan luas, termasuk juga dengan para tokoh masyarakat Tionghoa di zamannya,” kata Wasino yang meneliti hubungan sosial Jawa dan Tionghoa di Surakarta.
Mangkunegara yang memiliki bisnis real estate berupa Kampung Mangkunegaran di belakang rumah gubernur—kini Wisma Perdamaian—memiliki pergaulan yang luas dengan berbagai kalangan. Ia bahkan menjadi patron pertunjukan Wayang Wong di Gedung Sobokartti, Semarang.
Hubungan terus berlanjut di masa Perang Dunia I dan Perang Dunia II di era Mangkunegara VI dan Mangkunegara VII. Wasino menambahkan, ekspor gula produk pabrik-pabrik milik Pura Mangkunegaran dilakukan oleh Kian Gwan Concern di Kota Semarang, milik konglomerat pertama Asia Tenggara: Oei Tiong Ham. Keluarga besar Bhe, Goei, dan Oei adalah tokoh-tokoh bisnis dan pemimpin komunal masyarakat Semarang pada masa itu.
Adapun keluarga Bhe, menurut Jongkie Tio, penulis buku Semarang Dalam Kenangan, adalah keluarga penting di Semarang dari 1800-an hingga 1900-an. Marga Bhe yang dalam Mandarin disebut Ma di China lazimnya adalah penganut Islam. Ma dalam Mandarin sering digunakan sebagai singkatan dari nama atau sebutan Muhammad. Keluarga Bhe, salah satu tokohnya adalah Bhe Biauw Tjwan.