Partai Hanura optimistis tak hanya lolos ambang batas parlemen tetapi bisa menembus tiga besar suara terbanyak di Pemilu 2019. Ini sekalipun banyak hasil survei menunjukkan elektabilitas Hanura masih di bawah satu persen. Ditambah lagi, ketua umumnya, Oesman Sapta Odang, menjadi sorotan karena berkonflik dengan Komisi Pemilihan Umum.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Partai Hanura menargetkan tak hanya lolos ambang batas parlemen tetapi bisa menembus tiga besar suara terbanyak di Pemilu 2019. Ini sekalipun banyak hasil survei menunjukkan elektabilitas Hanura masih di bawah satu persen. Ditambah lagi, ketua umumnya, Oesman Sapta Odang, menjadi sorotan karena berkonflik dengan Komisi Pemilihan Umum.
Di hadapan sekitar 150 perwakilan Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Hanura dan saksi Hanura dari berbagai daerah saat Rapat Koordinasi Badan Pemenangan Pemilu dan Saksi Partai Hanura, di Jakarta, Rabu (6/2/2019), Oesman Sapta Odang menargetkan agar Hanura menembus tiga besar peraih suara terbanyak di Pemilu 2019.
"Itu, kan, target. Target, kan, boleh setinggi langit. Jangankan tiga, nomor satu pun boleh. Namanya juga target. Hasilnya nanti kita berjuang," katanya.
Target itu terbilang tinggi karena hasil survei sejumlah lembaga survei menunjukkan elektabilitas Hanura kurang dari 1 persen. Angka itu masih jauh dari nilai ambang batas parlemen yang diatur di Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, yaitu 4 persen dari suara sah nasional.
Berdasarkan hasil survei Charta Politika misalnya, Hanura hanya memperoleh 0,6 persen suara. Kemudian berdasarkan, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Hanura hanya memperoleh 0,6 persen suara.
Meski demikian, Oesman tidak bergeming. Dia tetap meminta kepada para kadernya untuk terus mengoptimalkan seluruh kekuatan partai, mulai dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) hingga tingkat ranting.
"Itu rahasia kami. Enggak bisa dibuka di (luar rapat) sini," kata Oesman saat ditanya strategi partainya untuk mendongkrak suara.
Tak hanya hasil survei, Oesman juga tidak menganggap konfliknya dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan menggerus elektabilitas Hanura. Sebaliknya, dia menilai konflik itu akan meningkatkan elektabilitas Hanura.
"Lah, memang itu tujuannya, tujuan untuk menggerus suara Hanura. Inilah Hanura semakin difitnah, semakin digerus, semakin bertambah kuat," tambahnya.
Seperti diketahui, Oesman berkonflik dengan KPU setelah KPU tak meloloskan namanya sebagai calon anggota DPD di Pemilu 2019. KPU berpegang pada putusan Mahkamah Konstitusi yang menyebut, untuk menjadi calon anggota DPD harus mengundurkan diri sebagai pengurus partai politik.
Sekretaris Jenderal Hanura Harry Lontung Siregar juga optimistis Hanura akan lolos ambang batas parlemen, bahkan meraih suara signifikan di 2019.
"Kami harus optimis karena itu kuncinya adalah kesolidan partai kita ini sekarang. Semua sih masalah mah ada. Yang penting kami harus solid. Kalau solid, itu ujung tombak di lapangan," tutur Lontung.
Optimisme berlebihan
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menilai target Hanura bisa masuk tiga besar partai politik peraih suara terbanyak di 2019, terlalu berlebihan. Ini karena Hanura tidak memiliki tiga faktor kunci yang bisa mendongkrak suara partai. Ketiganya adalah kekuatan figur partai, pengikat ideologi, dan infrastruktur partai yang solid.
Figur partai yang dimaksud, Hanura hingga kini masih kebingungan mengangkat tokoh yang paling berpengaruh di partainya untuk dipromosikan sebagai upaya menggaet suara pemilih. "Apakah itu Oesman atau Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang juga menjabat Ketua Dewan Pembina Partai Hanura Wiranto?" tanyanya.
Adapun terkait pengikat ideologi, Yunarto melihat Hanura tak terbentuk karena faktor ideologi, seperti yang dimiliki oleh PDI-P dan Partai Keadilan Sejahtera.
Konflik Hanura
Kemudian, infrastruktur partai juga masih belum solid karena Hanura pernah mengalami perpecahan.
Seperti diketahui, awal 2018, konflik pernah terjadi di tubuh Hanura. Kala itu, sebagian kader dan pengurus Hanura sempat menggulingkan Oesman dari jabatan ketua umum. Kemudian Oesman diganti oleh Daryatmo.
"Partai ini sulit bergerak dari angka satu persen. Baik empiris maupun analisa secara kualitatif, memperlihatkan Hanura agak sulit kali ini untuk bisa lolos (ambang batas parlemen)," kata Yunarto.
Dengan sisa masa kampanye tinggal dua bulan, dia menilai tidak mudah bagi Hanura untuk bisa mendongkrak elektabilitasnya.
Menurutnya, Hanura harus mampu membuat gebrakan dengan menampilkan isu-isu yang konkret dan menarik perhatian publik.
Kedua, Hanura juga harus mengonsolidasikan ulang kekuatannya atau bahkan merangkul kembali figur-figur yang keluar dari Hanura karena konflik yang pernah terjadi di partai. Selain itu, memperkuat infrastruktur partai.
Tak hanya itu, Hanura juga perlu memetakan daerah-daerah pemilihan yang bisa menghasilkan suara signifikan bagi partai.
"Dapil-dapil terpilih itu harus diberikan dukungan logistik yang bisa memperkuat kemenangan caleg-caleg (calon legislatif) sehingga tidak bisa main di seluruh segmen, di seluruh dapil, tetapi pilih dapil-dapil khusus yang kemudian dianggap bisa mendongkrak suara partai," katanya.