193 Imigran Bangladesh Ditemukan Berdesakan di Ruko
Oleh
Nikson Sinaga
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS – Sebanyak 193 orang imigran gelap asal Bangladesh ditemukan di sebuah rumah toko di Jalan Pantai Barat, Medan Helvetia, Medan, Sumatera Utara, Selasa (5/2/2019) malam. Para imigran ditemukan duduk berdesakan dalam kondisi tidak makan dan minum selama beberapa hari. Diduga mereka adalah korban perdagangan orang.
“Prioritas pertama kami adalah memberi mereka asupan makanan dan minuman yang cukup agar kondisi para imigran membaik. Kami juga memberikan mereka tempat tinggal sementara di Rumah Detensi Imigrasi, Medan,” kata Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan Fery Monang Sihite, di Medan, Rabu (6/2/2019).
Setelah keadaan para imigran membaik, para imigran akan diperiksa untuk mendalami adanya dugaan tindak pidana perdagangan orang atau pidana imigrasi. Petugas juga mendalami kemungkinan apakah mereka mencari suaka atau mengungsi.
Fery mengatakan, petugas hanya menemukan 14 paspor dari para imigran itu. Selain itu, tidak ditemukan dokumen imigrasi atau dokumen perjalanan apa pun.
Mereka diduga masuk secara ilegal ke Indonesia dengan jalur laut melalui Bali dan Yogyakarta. Seluruh imigran merupakan laki-laki berusia berkisar 20 – 35 tahun. Mereka mengenakan jins, kemeja atau kaos berkerah, sepatu, dan menggendong tas ransel.
Melihat pola perjalanan mereka yang masuk melalui Bali dan Yogyakarta, kata Fery, kemungkinan para imigran tersebut akan menyeberang laut dari Medan menuju Malaysia. Di sana para imigram asal Bangladesh biasanya dipekerjakan menjadi pekerja kebun sawit.
Fery mengatakan, mereka akan memeriksa orang-orang yang terlibat mendatangkan para imigran gelap itu. “Kami akan mendalami siapa yang merekrut, apa modusnya, dan untuk tujuan apa mereka dikirim,” kata Fery.
Para imigran itu juga akan secepatnya dideportasi ke negara asalnya. Setelah semua dokumen dan pemeriksaan lengkap, mereka akan dipulangkan ke negara asalnya dengan pencekalan. Salah satu kendala penanganan imigran, kata Fery, adalah anggaran yang terbatas untuk membiayai kebutuhan dasar imigran.
Ditemukan warga
Para imigran itu awalnya ditemukan warga yang curiga mendengar teriakan dan suara dengan bahasa yang tidak dimengerti warga dari dalam sebuah rumah toko (ruko) yang tertutup rapat di Jalan Pantai Barat, Medan Helvetia. Warga pun memanggil kepala lingkungan untuk memeriksa ruko tersebut.
Kepala Lingkungan IV Kelurahan Cinta Damai Efendi Silitonga lalu datang ke ruko itu dan meminta orang yang di dalam membuka pintu. “Saat pintu dibuka, kami terkejut melihat para imigran duduk dan jongkok berdesakan di ruko dua lantai berukuran 4 x 12 meter itu,” kata Efendi.
Para imigran itu tampak sangat lemas. Bau tidak sedap dan pengap menyeruak dari antara mereka. Dua di antara imigran pingsan.
Warga langsung membawa mereka ke halaman ruko dan memberi pertolongan. Seorang imigran yang mengerti bahasa Melayu dengan dialek Malaysia lalu berkomunikasi dengan warga. “Imigran itu lalu menghubungi seseorang warga Negara Indonesia yang diduga merupakan koordinator mereka,” katanya.
Efendi mengatakan, koordinator tersebut datang dan langsung menendang beberapa imigran. Imigran pun tertunduk ketakutan. Efendi lalu menghubungi polisi dan koordinator tersebut langsung pergi dari lokasi.
Menurut Efendi, para imigran itu diperkirakan tiba di ruko itu pada Senin, (4/2) malam. Ada warga yang melihat beberapa mobil boks masuk ke ruko.
Yus Safari (55), pedagang bubur yang berjualan di halaman ruko, mengatakan, ia tidak menyangka ada imigran sebanyak itu di dalam ruko. “Saya dari pagi hingga sore berjualan di halaman ruko, tetapi tidak mendengar suara apa pun,” katanya.
Dari halaman ruko, para imigran dibawa ke Polrestabes Medan kemudian diserahkan polisi ke Kantor Imigrasi Kelas I Khusus di Jalan Gatot Subroto, Medan.