Polisi Tangkap Empat Pelaku Penganiayaan Anggota IPK
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Polisi menangkap empat dari 10 pelaku penganiayaan yang menyebabkan Jarisman Saragih (22), anggota organisasi kepemudaan Ikatan Pemuda Karya, meninggal. Dari pelaku disita dua senapan angin dan sejumlah anak panah. Petugas otopsi menemukan ada tujuh peluru senapan angin di tubuh korban.
”Kepada mereka yang belum tertangkap, sampai di mana pun akan saya kejar. Apabila pelaku berkeliaran dan membahayakan jiwa petugas dan masyarakat, kami akan ambil tindakan tegas,” kata Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Medan Komisaris Besar Dadang Hartanto, di Medan, Sumatera Utara, Selasa (5/2/2019).
Dadang menuturkan, penganiayaan itu bermula saat Jarisman bersama rombongan Ikatan Pemuda Karya (IPK) berkonvoi pulang dari acara pelantikan pengurus IPK Medan Timur dan IPK Medan Perjuangan, di Lapangan Gajah Mada, Jalan Krakatau, Medan, Sabtu, 2 Februari.
Jarisman berada di salah satu angkot yang melintas di Lorong I, Jalan Cemara, Deli Serdang. Sekelompok pemuda lainnya, anggota organisasi Pemuda Pancasila (PP), merasa tidak senang dengan konvoi itu. ”Mereka lalu melakukan perencanaan untuk mencegat rombongan itu. Pelaku bersiap dengan senapan angin, panah, dan balok kayu. Jarisman ditarik dari dalam angkot yang sedang melintas,” tutur Dadang.
Tidak terkait organisasi
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Medan Ajun Komisaris Besar Putu Yudha Prawira menjelaskan, penghadangan itu diduga direncanakan oleh seseorang berinisal Z yang masih buron. Namun, polisi belum menemukan adanya perintah atau keterlibatan dari pimpinan organisasi.
”Dugaan sementara, penganiayaan ini dilakukan oleh kelompok pemuda tanpa terkait organisasinya,” katanya.
Meski demikian, lanjut Putu, pihaknya masih menyelidiki lebih lanjut apakah ada keterlibatan pimpinan organisasi. Jika ada, tidak tertutup kemungkinan pimpinan organisasi akan dijerat.
Beredar pula video dan foto di media sosial setelah pelaku dianiaya, tetapi belum meninggal. Ia dibiarkan terluka tanpa ada pertolongan dari orang-orang yang mengelilinginya. Anak-anak bahkan turut menyaksikan kejadian kekerasan itu.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah IPK Kota Medan Thomas Purba meminta polisi menangkap seluruh pelaku penganiayaan anggotanya. ”Ini bukan bentrok antarorganisasi. Ini pengeroyokan yang tidak berperikemanusiaan. Orang yang tidak berdaya dikeroyok puluhan orang sampai meninggal,” ujarnya.
Ini bukan bentrok antarorganisasi. Ini pengeroyokan yang tidak berperikemanusiaan. Orang yang tidak berdaya dikeroyok puluhan orang sampai meninggal.
Thomas berharap polisi menangkap seluruh pelaku dan menyelidiki siapa otak di balik penyerangan itu.
Terjadi berulang
Bentrokan antara organisasi pemuda IPK dan PP sudah berulang kali terjadi di Kota Medan. Tidak sedikit anggota mereka yang menjadi korban, baik luka-luka maupun tewas.
Kasus yang menjadi sorotan publik terakhir terjadi pada Januari tiga tahun lalu. Saat itu, massa IPK dan PP bentrok setelah acara pelantikan Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila Kota Medan (Kompas, 31/1/2016). Bentrokan itu menelan dua korban jiwa. Puluhan toko di pusat kota tutup selama dua hari.