Pelatih Manchester United Ole Gunnar Solskjaer mengatakan, ”Setan Merah” bukanlah tempat berfantasi. Timnya tidak bisa menyerang dan mencetak tiga gol setiap laga, tetapi yang terpenting adalah tetap membumi dengan memastikan tiga poin hingga akhir musim.
MU kembali meraih kemenangan tipis 1-0 saat bertandang ke markas Leicester City di Stadion King Power, Sabtu (3/2/2019) malam WIB. Gol semata wayang dicetak penyerang muda Marcus Rashford pada menit kesembilan. Rashford menyarangkan bola dengan tendangan kerasnya setelah menerima umpan cungkil manis dari Paul Pogba.
Dalam laga itu, MU tampil menyerang pada babak pertama. Namun, pada babak kedua mereka cenderung bertahan. Untungnya performa apik David de Gea kembali menyelamatkan Setan Merah.
Ini menjadi empat kali beruntun MU tidak mampu menang lebih dari satu gol di Liga Primer Inggris. Dalam tiga laga sebelumnya, melawan Spurs (1-0), Brighton (2-1), mereka lebih banyak bertahan setelah unggul, kecuali melawan Burnley (2-2) karena ketinggalan dua gol lebih dulu.
Ada yang tidak biasa dari MU. Sejak dipegang Ole pada akhir Desember 2018, mereka selalu tampil menyerang sepanjang laga. Pada empat pertandingan pertama Ole, MU menang lebih dari dua gol, melawan Cardiff (5-1), Huddersfield (3-1), Bournemouth (4-1), dan Newcastle (2-0).
”Kami tahu bisa bermain lebih baik, tetapi kamu tidak bisa bermain dengan sepak bola fantasi setiap waktu. Dan hari ini kami tampil dengan pertahanan yang sangat baik,” kata Ole setelah menang melawan Leicester.
Menurut Ole, hal terpenting adalah terus meraih tiga poin. Itu untuk menjaga peluang masuk zona Liga Champions, empat besar. Strategi itu tampaknya berhasil. Saat ini MU menyusul Arsenal dengan berada di peringkat kelima. MU hanya tertinggal dua poin dari peringkat keempat, Chelsea.
Ole pun lebih menghargai gawangnya tidak kebobolan atau clean sheet dibandingkan dengan mencetak gol, tetapi banyak kebobolan. ”Jika kamu punya fondasi clean sheet, hampir pasti akan selalu memenangi pertandingan. Sikap ini yang harus selalu dijaga,” kata mantan penyerang MU itu.
Kemenangan melawan Leicester membuat sang pelatih sementara masih belum terkalahkan. Dalam 10 laga bersama MU, dia hanya seri sekali dan memenangi sisanya.
Meski belakangan hanya unggul tipis, permainan Ole berbeda dengan Jose Mourinho. Pria Norwegia itu tetap berusaha menguasai laga dan mencetak sebanyak-banyaknya gol tergantung dari kondisi. Berbeda dengan Mourinho yang lebih pragmatis.
Prinsip kemenangan tipis sempat menjadi inspirasi MU memenangi trofi liga pada 2008/2009. Kala itu di bawah arahan Sir Alex Ferguson, MU memenangi 57 persen laga dengan keunggulan tipis satu gol.
Total 16 kemenangan tipis pada musim itu membawa Cristiano Ronaldo dan rekan-rekan unggul empat poin atas Liverpool di pengujung musim. MU sepanjang musim hanya mencetak 68 gol, tetapi mereka hanya kebobolan 24 gol dengan 24 laga clean sheets.
Dalam sebuah wawancara, Ferguson mengklaim, pertahanan dan penyerangan sama pentingnya. ”Namun, menyerang membuatmu memenangi laga, sedangkan bertahan membuatmu memenangi gelar juara,” ucap pelatih yang mengabdi selama 28 tahun di MU itu. (AFP/REUTERS)