LONDON, KOMPAS — Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia atau AirNav Indonesia menjajaki peluang kerja sama kembali dengan National Air Traffic Service atau NATS Inggris. Kerja sama itu dalam rangka meningkatkan kapasitas udara di beberapa bandara di Indonesia.
Penjajakan dilakukan Direktur Utama AirNav Indonesia Novie Riyanto saat bertemu CEO NATS Martin Rolfe di London, Inggris, pekan lalu.
Sebelumnya, AirNav Indonesia pernah bekerja sama dengan NATS untuk meningkatkan kapasitas udara di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Hasilnya, pergerakan pesawat yang terbang dan mendarat di Bandara Soekarno-Hatta meningkat, dari 50 pergerakan per jam menjadi 72 pergerakan, kemudian 81 pergerakan per jam.
”Pertumbuhan lalu lintas udara di Indonesia sangat pesat. Oleh karena itu, kapasitas di setiap bandara harus ditingkatkan juga. Saat ini kami ingin meningkatkan kapasitas di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, dan Bandara Juanda, Sidoarjo,” kata Novie.
Peningkatan kapasitas akan mendukung pertumbuhan pariwisata yang pesat, baik di Bali maupun di Jawa Timur.
”AirNav bekerja sama dengan Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II untuk menambah kapasitas. Dengan demikian, ketika ada permintaan dari maskapai ke sebuah bandara, kami siap melayani,” ujarnya.
Selain menambah kapasitas di bandara-bandara yang sibuk, AirNav Indonesia juga ingin meningkatkan layanan di bandara-bandara terpencil, seperti di Papua.
”Kami berdiskusi tentang menara digital yang sedang dikembangkan NATS. Menara digital ini bisa digunakan di beberapa bandara kecil di Papua, kemudian dikendalikan menjadi satu di menara digital,” ucap Novie.
Revolusi digital
Dalam kesempatan terpisah, Business Development Director NATS Andy Head menjelaskan, menara digital merupakan revolusi di dalam dunia kendali lalu lintas udara. Dengan penggunaan kecerdasan buatan, petugas di menara kontrol tidak lagi menemukan kendala dengan jarak pandang. ”Saat ini kami sedang menyiapkan penggunaan menara digital di Bandara London City,” katanya.
Dia mengatakan, NATS sudah menyiapkan segala kemungkinan buruk yang bisa terjadi, seperti gangguan pada kamera dan jaringan. Tujuannya, agar menara digital bisa tetap beroperasi maksimal.
Saat ini, NATS juga bekerja sama dengan Searidge Technology untuk membuat demo menara digital di Bandara Changi, Singapura.
Head of International Client Accounts Asia and Pacific Region NATS Chris Danner mengatakan, NATS memiliki teknologi yang menjaga kapasitas landasan kendati ada peristiwa tertentu di landasan. ”Misalnya, ada pesawat yang mengalami gangguan saat berada di landasan, tidak harus membuat landasan itu ditutup sepenuhnya sehingga pesawat harus batal terbang atau dialihkan.
Teknologi yang kami miliki adalah Time Base Separation, di mana kami bisa mengatur jarak antarpesawat sehingga landasan itu tetap bisa melayani pesawat lain dengan lebih maksimal,” kata Danner.