Tokoh-tokoh besar nasional pernah menorehkan sejarah di Kota Surabaya. Sebagian rumah yang menjadi jejak tokoh itu dijadikan museum. Lebih dari sekadar bangunan, museum itu terus berdetak menjadi ”rumah pergerakan” bagi banyak orang.
Rabu (23/1/2019), hujan deras dan angin kencang mengguyur Kota Surabaya. Rumah tokoh pergerakan nasional dr Soetomo di Jalan Bubutan, Surabaya, yang kini menjadi museum, tampak sepi pengunjung. Namun, di pendopo di kawasan museum justru ramai karena belasan orang sedang berkumpul.
Mereka bukan pengunjung, melainkan pelaku usaha kecil menengah di Kecamatan Bubutan. Mereka rutin berkumpul, setiap Rabu, saling berbagi ilmu tentang bagaimana mengembangkan usaha.
Saat itu, mereka menyiapkan rencana peluncuran ”Bubutan Heritage” yang digelar 28 Januari 2019. ”Kami sering berkumpul di sini membahas berbagai hal, mulai dari pembelajaran usaha kecil hingga pengembangan kota tua,” ujar Sabar Suastono, salah seorang di antara mereka.
Para wirausaha tersebut memilih Rabu untuk berkumpul di Museum dr Soetomo karena selain mudah dijangkau, kawasannya juga terbuka. ”Pengelola pun tidak keberatan dengan aktivitas itu,” kata Sabar.
Museum dr Soetomo diresmikan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada 29 November 2017. Sebelum menjadi museum, bangunan itu pernah digunakan Palang Merah Indonesia (PMI). Pernah juga dijadikan tempat resepsi pernikahan atau acara lainnya.
Bangunan utama museum yang merupakan rumah dr Soetomo itu dibangun tahun 1930 dan hingga kini dipertahankan sesuai bentuk aslinya. Di dalamnya tersimpan koleksi foto ataupun barang pribadi milik dr Soetomo yang masih bisa diselamatkan, termasuk tas dan peralatan praktik dokter.
Rumah bersama
Di tempat berbeda, rumah tokoh nasional HOS Tjokroaminoto di Jalan Peneleh Gang VII, Kota Surabaya, juga menjadi museum yang menyimpan jejak pergerakan nasional. Di lantai dua rumah itu dulu menjadi tempat kos proklamator Soekarno semasa mudanya.
Pernah tinggal di sana juga beberapa tokoh seperti Kartosoewirjo, Muso, Semaoen, dan Alimin. Dari rumah itu lahir para pemikir bangsa yang mungkin berseberangan ideologi. Mulai dari religius, nasionalis, hingga sosialis.
”Rumah ini (sekarang) kadang juga digunakan untuk kegiatan diskusi. Acaranya bisa digelar malam hari,” kata Eko, penjaga museum tersebut.
Eko Hadi Ratno, Ketua RT 002 RW 004, Kelurahan Peneleh, ketua RT tempat rumah HOS Tjokroaminoto berada, membenarkan bahwa rumah tersebut sering digunakan oleh warga untuk rapat-rapat RT, misalnya untuk persiapan Agustusan, serta tempat berdiskusi mengenai sejarah dan perjuangan bangsa. ”Kami ingin mengembalikan fungsi rumah itu sebagai rumah pemikiran bersama,” katanya.
Keberadaan rumah HOS Tjokroaminoto yang tidak berjarak dengan warga, menurut Eko, justru menjadikan bangunan itu terlindungi. Saat lebaran tahun lalu, kebakaran terjadi di bagian belakang Museum HOS Tjokroaminoto tersebut. Namun, dengan sigap, warga bergotong royong mencegah api merembet ke museum.
”Warga turut merasa memiliki bangunan itu karena warga pun merasakan ada manfaat dari bangunan itu. Rumah HOS Tjokroaminoto bukan sekadar bangunan sejarah, tetapi bagi warga sini adalah rumah berkumpul dan berdiskusi,” kata Eko.
Pusat ilmu
Selain Museum dr Soetomo dan HOS Tjokroaminoto, Surabaya juga memiliki Museum WR Supratman, pencipta lagu kebangsaan ”Indonesia Raya”. Museum yang berada di Jalan Mangga Nomor 21, Surabaya, itu dahulu merupakan rumah tinggal WR Supratman.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, selain tiga museum tokoh pahlawan di Surabaya, yakni HOS Tjokroaminoto, dr Soetomo, dan WR Soepratman, Pemerintah Kota Surabaya masih akan menambah museum tokoh lainnya. Hingga saat ini, prosesnya masih dalam negosiasi dengan para ahli waris tokoh-tokoh tersebut.
Risma pun berencana membangun situs pahlawan di era modern, misalnya museum tokoh olahraga. Ada beberapa tokoh olahraga asal Surabaya yang patut dianggap pahlawan, antara lain pebulu tangkis Rudy Hartono dan Alan Budi Kusuma.
Bagi Risma, museum bukan sekadar bangunan. Lebih jauh lagi, museum adalah pusat ilmu pengetahuan dan keteladanan.