Perajin Kue Keranjang Panen Jelang Imlek
TANGERANG, KOMPAS — Perajin kue keranjang di Kota Tangerang, Banten, panen raya menjelang hari raya Imlek 2570. Sebanyak 50 ton kue keranjang dengan hasil penjualan Rp 2,25 miliar berhasil dibukukan dua perajin kue keranjang di kota itu.
Di Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang, Banten, terdapat dua perajin kue keranjang. Mereka merupakan anak dari Ny Lauw, pembuat kue keranjang tertua di Kota Tangerang.
Umar Sanjaya (Lauw Kim Liong), anak ke-8 Ny Lauw, Minggu (3/2/2019), menuturkan, sudah menjual 20 ton kue keranjang. Sementara Surdiatman (Lauw Kim Wie), anak ke-2 Ny Lauw, berhasil menjual 30 ton kue keranjang.
”Kue ini dijual saat Imlek dan Lebaran saja. Namun, kalau penjualan, memang signifikan saat Imlek. Selain untuk makanan, kue ini juga digunakan untuk ritual persembahan,” kata Umar.
Baca juga: Menilik Pecinan Semarang Menyambut Hari Imlek
Umar menjelaskan, usaha itu dimulai almarhum ibunya, Ny Lauw, sejak 1962. Kemudian dilanjutkan empat anak Ny Lauw dengan merek dagang yang berbeda.
Kue keranjang untuk persembahan adalah kue keranjang yang disusun mirip menara dan dibungkus daun pisang. Sementara kue keranjang yang dimakan dan dibagikan kepada keluarga saat Imlek adalah kue keranjang mirip roda dengan diameter 15 sentimeter. Kue itu dijual Rp 45.000-Rp 47.000 per kilogram (kg).
Baca juga: Jutaan Warga China Mudik Menyambut Imlek
Mei (40), seorang pembeli, mengeluarkan Rp 964.000 untuk membeli dodol dan kue keranjang. ”Khusus kue keranjang, saya beli 5 kg. Ini buat sembahyang dan dibagi-bagikan kepada keluarga,” kata Mei.
Kue berwarna coklat kemerahan ini terbuat dari beras ketan yang dicampur gula. Rasanya manis dan legit. Beras ketan terlebih dahulu ditumbuk hingga menjadi tepung, lalu dibuat menjadi adonan dan dicampur gula. Adonan tersebut kemudian dikukus di tungku selama 12 jam.
Pekerja musiman
Umar menuturkan, menjelang Imlek, ia menyerap 200 tenaga kerja. Mereka disebut pekerja musiman karena hanya bekerja 20 hari menjelang Imlek. Di hari biasa, Umar hanya memiliki enam pekerja tetap.
”Tugas mereka beragam. Ada yang mengelap daun, bikin adonan untuk dodol dan kue keranjang, dan ada yang memasak kue keranjang,” kata Umar.
Sardi (35), pekerja musiman yang bekerja pada Umar, menuturkan, dia bertugas untuk membikin adonan. Lalu, adonan itu dimasukkan ke dalam wadah mirip keranjang.
”Sebelumnya, keranjang ini dibalut dengan daun pisang oleh ibu-ibu,” kata Sardi.
Sardi dan ratusan pekerja musiman lainnya bertugas di dapur seluas 1.000 meter persegi. Setelah adonan jadi, Sardi dan pekerja lain akan memasukkan adonan itu ke dalam tungku berbentuk persegi panjang. Adonan kemudian dikukus selama 12 jam.
Sardi bekerja sejak 15 Januari lalu. Hari ini merupakan hari terakhir dia bekerja. ”Tahun lalu, saya dapat Rp 5 juta. Untuk sekarang belum tahu, soalnya lagi menunggu jadwal gajian,” katanya.
Winawati (Wie In Nio), istri Surdiatman, mengaku sudah menjual 30 ton kue keranjang. Toko mereka masih berada di gang yang sama dengan toko Umar.
Baca juga: Hidangan dan Hantaran Imlek
Winawati mengatakan, ada 170 pekerja musiman yang bekerja di tempatnya. Selain gaji, mereka juga disediakan makan dan kopi. Jika ada pekerja yang sakit, akan disediakan obat-obatan.
Winawati menuturkan, dia mendapat hasil bersih 20 persen dari total penjualan. Hasil penjualan kue keranjang sebanyak 30 ton adalah Rp 1,35 miliar. Jadi, total untung yang didapat adalah Rp 270 juta.
”Ini, kan, cuma sekali setahun. Di hari biasa tidak ada menjual kue keranjang. Penjualan dodol di hari biasa pun berkisar 20 kg-40 kg per hari,” kata perajin yang memiliki empat karyawan tetap ini.
Belum tertarik digital
Kedua pengusaha ini belum melirik platform daring untuk menggelar dagangan. Sebab, mereka sudah memiliki pelanggan tetap setiap menjelang Imlek. Pelanggan itu terdiri dari penjual kue dan perorangan.
”Di sini modelnya pembeli memesan dulu, baru kami buat,” kata Umar.
Kami belum melirik platform daring untuk menggelar dagangan. Sebab, mereka sudah memiliki pelanggan tetap setiap menjelang Imlek. Pelanggan itu terdiri dari penjual kue dan perorangan.
Winawati bahkan mengaku kewalahan membuat pesanan pelanggan. ”Ini masih ada beberapa pelanggan yang pesanannya belum kami buatkan,” kata Winawati.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Dinas Koperasi UKM Kota Tangerang Sayuti menyatakan, sedikitnya terdapat 11.000 usaha mikro, kecil, dan menengah di Kota Tangerang. Produk mereka terdiri dari makanan dan suvernir.
”Dalam catatan kami, memang baru Ny Lauw yang membuat usaha kue keranjang, sisanya dodol betawi,” ujarnya. (INSAN ALFAJRI)